Translate

FAHAM ANTROPOMORFIS


FAHAM ANTROPOMORFIS

Berasal dari bahasa Yunani antrophos “Manusia” dan morphe “Bentuk”, adala istilah modern, ditegaskan sejak abad kedelapan belas, menjelaskan kecenderungan universal secara praktis dalam membentuk gagasan-gagasan dan konsep-konsep keagamaan, dan dalam sebuah tingkatan dasar, untuk mengalami sifat-sifat ketuhanan, atau “Suci”(istilah tersebut digunakan karena kekurangan istilah yang tepat, tanpa keharusan menerapkan komitmen teori Rudolf Otto), dalam jenis-jenis dan bentuk yang paling mudah, yang ada diperuntukan bagi pemikiran manusia-yaitu, wujud manusia itu sendiri. Ide mempunyai sejarah yang panjang dalam pemikiran orang barat. Orang Yunani kuno, termasuk Patristik, literature yang berkenaan (meremehkan)kepada “anthropomorfis” mengartikan orang-orang pemeluk ide-ide anthropomorfis tentang ketuhanan. Istilah ini juga dipakai dalam bahasa latin oleh Augustin untuk mengembalikan terhadap mereka yang karena oleh “imaginasi pemikiran badaniah Dewa mereka dalam bentuk patung orang yang bisa dirusak” (patrologi Latina 43.39), dan dibawah pengaruhnya, hal ini berlanjut digunakan secara terus menerus oleh para penulis hingga akhir masa Leibniz pada abad kesembilan belas.

Pengertian dan Perbedaan
Dalam sejumlah keberadaan yang lebih umum, Anthropomorfis dapat didefinisikan sebagai gambaran Tentang non-material,”ruhani” yang menjelma dalam fisik dan bentuk manusia secara spesifik. Ide tentang bentuk manusia merupakan sebuah bagian penting dari definisi tersebut, karena bagaimanapun juga seseorang sebaiknya bersepakat dengan penyajian –penyajian dan manifestasi-manifestasi sifat ketuhanan dalam semua bentuk material yang mungkin.sudah tentu, perbedaan-prebedaan tajam sering berubah dan bahkan mengemuka, khususnya karena dalam banyak budaya kegamaan, dewa sering diasumsikan baik dalam mitologi dan iconografi(ilmu arca) sebagai bentuk hewan(yang bersuaraa keras,­theriomorfis); campuran, peranakan, bentuk setengah hewan-setengah manusia (yang bersuara/berbicara keras, therionthropis); atau “mustahil”imajinasi yang terlalu gila, dan bahkan bentuk yang aneh sekali. Dewa-dewa bisa dipahami atau dibayangkan secara keseluruhan atau sebagian berujud binatang, sebagaimana Hathor dan Anubis, Dewa Sapi dan Dewa Serigala dalam agama masyarakat Mesir Kuno, atau mereka mungkin memiliki binatang avataras , sebagaimana berlaku pada Wisnu yang berujud Ikan,kura-kura darat,manusia-singa dan babi hutan. Dewa dan dewi mungkin bisa memiliki kepala dan lengan yang banyak sebagaimana Brahma; dewi mungkin memiliki banyak payu dara, seperti pada dewi Ephesus(artemis); atau mungkin mereka diwujudkan dengan bentuk-bentuk wajah dan tokoh yang kasar “kejam/jahat” tanpa kombinasi-kombinasi alamiah dari bagian tubuh, sebagai penipu kepercayaan mesir dan India kuno, diantara lainnya, menyediakan sejumlah contoh yang banyak. Mengutip kembali terminologi Otto,  Seseorang dapat menentang hal yang mana itu tepat merepresentasikan kualitas theriomorfis dan therianthropis non-manusia, yang mana hal itu dapat memfungsikan mereka kedalam fungsi sebagai lambang-lambang ketuhanan sebagai “pelengkap yang lain”. (lihat; Binatang dan Therianthropis)
Sedangkan fenomena tentang anthropomorfis yang sesuai telah menjadi sebuah pusat permasalahan didalam sejarah keagamaan(kepercayaan), teologi dan filosofi keagamaan (dlm istilah-istilah kritis tentang agama yang menyebabkan semangat internal keagamaan untuk sebuah pemahaman yang lebih baik tentang simbol-simbol tersebut), peralihan dari theriomorfis dan anthropomorfis (menurut pengetahuan saat ini yang lama hingga beberapa dekade yang lalu) telah sering ditampilkan sebagai hasil perkembangan yang pasti.  Oleh karena itulah Hegel, dalam Lectures on the philosophy of history (mempelajari filosofi sejarah), memuji agama/kepercayaan orang Yunani karena Anthromorfisnya menandakan bahwa “seseorang yang oleh karena kebenaran spiritualnya, mendapatkan kebenaran yang asli pada dewa-dewa Yunani.” Di tempat lain, Lectures on Athestics “mempelajari atheistic”, Hegel menambahkan bahwa orang nasrani lebih superior ketimbang agama orang Yunani karena ia telah mengambil anthromorphis sebuah langkah yang jauh yang menentukan.Tuhan tidak hanya semata berbentuk manusia yang indah dan ideal dan artistik tapi, sebuah “kenyataan, tunggal, individual, Tuhan yang menyeluruh dan manusia yang lengkap, yang telah masuk kedalam totalitas dari syarat keberadaannya (wujudnya).” Pendirian yang ditandai ini berbeda dengan pandangan Puitis asal Jerman yaitu Schiller (1759-1805), yang menilai agama Kristen lebih rendah dari pada Agama orang yunani: “Ketika dewa-dewa melebihi mahluk, maka manusia jadi melebih Illahiah” (dewa-dewa yunani). Satu hal yang perlu ditambahkan dalam polemik pertengahan kedua-duanya islam dan judaism menghukum Kekristenan yang tidak hanya untuk nya "ajaran banyak tuhan"(pengertian doktrin trinitasnya) tetapi  juga untuk ajaran anthropomorfisnya.
            Sebuah perbedaan sering di buat antara anthrophomorfis fiskis (anthropomorfis yang sesuai) dan mental atau anthripomorfis psikologis yang juga disebut Antrhopopathis (i.e. bukan bentuk dan ukuran manusia tapi perasaan manusia: Cinta, benci, nafsu/keinginan, marah dll). Dengan demikian, sementara hanya ada beberapa kepercayaan yang dituangkan tentang keutamaan anthropomorfis didalam kitab taurat(perjanjian Lama), Tuhan digambarkan sebagai Cinta, belas kasih, pemaaf, pemarah dan pengadzab (pendosa dan penjahat), dan membalas dendam dirinya terhadap musuhnya. Bahkan, ketika pemikiran yang mengenai agama yang semakin melepaskan dewata dari  format mental dan phisik yang lebih kasar tentang anthropomorfis, maka tinggal beberapa unsur-unsur tidak dapat diperkecil lagi. Sebagai contoh, tipe tertentu tentang sejarah teologi (heilsgeschichte)menyatakan bahwa Tuhan “memiliki kehendak” bagi ciptaan dan mahluknya. Pada kenyataannya, Agama sering mengexpresikan istilah tugas-tugas manusia untuk mengabdi pada sebuah kehendak Illahiah dan Takdir. Sisa pokok ajaran anthropomorfis bagaimanapun juga adalah gagasan ketuhanan sebagai pribadi, bertentangan terhadap konsep ketuhanan orang-orang tertentu. Juga, ungkapan verbal, bukan masalah bagaimana, perumpamaan itu harus diwujudkan, menjaga/mempertahankan basic dari anthropomorfis ini; Tuhan bapak, tuhan ibu, pecinta, raja, penuntun, hakim. perumpamaan lisan dan gambar orang suci bisa sangat menjadi sesuatu yang berbeda bahkan ketika keduanya merupakan anthromorphis. Pun begitu, agama budha adalah sebuah agama metafisis yang esensial, karena candi-candi budha (teravada yang tidak melebihi Mahayana) dapat menjadi titik penuh dengan patung(ungkapan)anthropomorfis. Mitologi Shinto, disisi lain, juga bisa dikategorikan dalam anthropomorphis, akan tetapi tempat suci orang Shinto(setidaknya jika tidak terkontaminasi oleh pengaruh ajaran budha) adalah sebuah patung dan gambar kosong sebagaimana masjid dan sinagog(gereja orang yahudi).
            Pebedaan lain yang penting yang dapat terjadi antara apa yang mungkin disebut –anthropomorphis utama dan tambahan(lanjutan). Yang pertama merefleksikan kesederhanaan, naïf, tanpa level kritikan (atau prekritikal) langsung secara nyata,dan  “ besar-besaran”dan merupakan imaginasi mitologis. Yang terakhir adalah lebih dogmatis dan berhati-hati. Tentang pernyataan perasaan/pengertian anthropomorfic yang fundamentalis ini dibuat dan tidak dipertahankan sebab mereka mencerminkan ketidak dekatan tingkat kesadaran religinya, tetapi sebab mereka mencerminkan suatu posisi dogmatis. Kitab suci injil dan tulisan-tulisan gereja menggunakan bahasa antropologis(manusia), dengan demikian bahasa ini seharusnya menjadi literatur yang bisa diterima dan diimani. Banyak perbedaan dalam sejarah teologi muslim yang seharusnya dilihat dalam sinar/cahaya perbedaan ini.

Implikasi Teologis dan Filosofis
suatu survei dari semua kejadian anthropomorfis agama di dunia akan bersifat serupa bagi suatu survei menyangkut mitologi dan ilmu arca religius dunia. Artikel ini akan dibatasi pada tinjauan yang ringkas dan padat tentang implikasi teologis dan filosofis dari anthropomorfis, dan mungkin ini semua akan lebih menyoroti terutama pada sejarah pemikir barat, bukan karena perkembangan yang bersifat analogis  yang menjadi kelemahan dimanapun, tapi karena didalam sejarah pemikir barat  permasalahanya telah menjadi jelas dengan lebih konsisten dan sistematis. Sejarah agama barat juga memamerkan/menampakan sebuah permasalahan khusus dan menarik, yaitu tentang Agama (kaum)Kristen….(kutipan kamus Hegel diatas) Karena orang-orang kristen menganggap lebih dari hany sekedar avatara ketuhanan yang lain, atau manifestasi dan dengan demikian doktrin penitisan (inkarnasi) merupakan permasalahan antropologi yang paling lebar.-itulah makanya, dokrtin alami tentang manusia dan relasinya dengan ketuhanan-dan di dalam sebuah cara yang khusus. Tapi, meskipun berlaina dari penitisan, elemen “pribadi”  dalam ajaran teistik tetap ada, sebagaimana yang telah kita saksikan atau kita lihat, sebuah aliran antropomorfis yang tak tereduksi. Keadaan ini sebaik yang didefinisikan oleh sarjana perjanjian lama dan teologian Jerman  Benhard Duhm, ketika dia mengatakan bahwa masalah nyata tentang ajaran bibel (injil) adalah bagaimana untuk memeperoleh kisaran bukan pada antropomorfis tetapi “psiomormfisnya” dalam merepresentasikan Tuhan.
            Kebanyakan ajaran-ajaran memulai dengan keterusterangan dan menafikan ide-ide antropomorfis tentang nilai ketuhanan. (dewa-dewi) dan bahkan dalam tingkatan kemajuan mereka yang lebih tinggi lagi tidak berpikir secara tegas tentang kandungan dongeng sederhana tentang gagasan “ kesederhanaan/kebersahajaan”, meskipun tokoh spiritualnya mungkin mempertimbangkan ungkapan kasar antropologis dan menggantinya dengan bahasa yang lebih sophistis. Anggapan antropomorfis dan fsikis kemudian diterangkan (diterangkan jauh) darinya, sebaliknya mereka mungkin selanjutnya melebih-lebihkan dengan memberikan sebuah pemahaman spiritual yang lebih dalam.



Antropomorfis dan Kritik Agama
Ungkapan “kritik tentang agama” harus dipahami dalam beberapa tingkatan-tingkatan. Hal ini tidak membutuhkan keharusan menjadi ateistik atau tidak beragama. Ungkapan ini hanyalah menerangkan bahwa statemen-statemen dan representasi keagamaan (baik kesederhanaan, populer, tradisi, ataupun tentang normative) dikritik karena dugaan mereka yang tak pantas dan dalam hal yang sama berkelakuan tida bermoral. Kritian ini bisa datang dari luar-dari filosofi, sebagai contoh-atau dari dalam-karena itulah ketika kesadaran keagamaan menjadi lebih bersifat sophistic, bersih, dan kritis dengan sendirinya (sering dibawah pengaruh filosofis yang kuat dari luar) diantara contoh yang paling awal dan dulu terkenal dari kecenderungan ini adalah penulis yunani XENOPHASES (abad kelima) tentang fragmen (penggalan) tulisan-tulisannya yang terpelihara (dijaga). Dia secara ironis menulis bahwa orang-orang Ethiopia merepresentasikan tuhan sebagai sesuatu yang hitam atau gelap. Orang-orang Tracia melukiskan mereka bermata biru, berambut merah, dan “ jika lembu jantan dan kuda…. Memiliki tangan dan dapat melukis.” Gambaran mereka tentang dewa mungkin melukiskan lembu jantan dan kuda. Xenophanes oleh karenanya mengantisipasi pemutar balikan faham atheis modern tetnang penciptaan isi perjanjianl lama (bibel), untuk memberi efek pada orang-orang yang menciptakan dewa(tuhan) dengan gambaran pikiran mereka. Dia juga menyerang anthropopathis: “ Homer dan Hesiod menghubungkan antar sesama manusia(laki-laki) tentang sifat yang tercela yang perlu dipertimbangkan: Pencurian, perzinahan dan penipuan.” Karena Xenophases sama sekali tidak agamis. Dia membicarakan satu Tuhan “ yang tidak berbentuk ataupun terpikirkan” menyerupai segala mahluk. Dia tidak mempunyai mata dan juga telinga, tapi dia sendiri adalah “ mata, ruh atau jiwa dan telinga secara keseluruhan.”
Plato juga menentang tentang semua konsep ketuhanan pada manusia. Untuk alasan ini dia juga mau melarang tradisi mitologi Homeris dari republik idealnya, “bukan masalah apakah (cerita-cerita ini semua memiliki) sebuah indera yang tersembunyi atau tidak” (republik 377-378). Tapi, kenyataanya bahwa plato menyebutkan kemungkinan sebuah indera yang tersembunyi menandakan salah satu jalan bahwa pemikiran religius dan apologetis menanggapi tantangan kritikal. Tantangan kritikal  ini harus bisa menjadi pertanyaan ulang, bukan anti-religius; bahkan ini merupakan seubah tren religius terhadap permunian itu sendiri dengan menyingkirkan/membersihkan elemen-elemennya sendiri yang mengacu pada kesederhanaan dan kesahajaan. Kecenderungan yang sama merupakan sebuah bukti di dalam banyak bagian perjanjian lama, dan tidak hanya di bagian kedua dari sepuluh perintah. Itu mengumpulkan kekuatan di bawah pengaruh filosofi helenistis, sebagai contoh Targum (terjemahan-terjamahan Aramais tentang perjanjian lama) yang mana dalam keinginan mereka ingin menghapus semua aliran antropomorfis, pengganti dari arti frase Yahudi “ dan Tuhan nampak’, “tuhan berbicara”, “tuhan melihat”’ “tangan tuhan” dan semacam frase alternatif seperti “ kejayaan penampakan tuhan”, “ kekuatan tuhan”, dan sebagainya.
            Pensucian yang pertama ini bagaimanapun juga tidak memecahkan masalah mental antropomorfis. Tatkala abad ke XVI, seorang esais asal Prancis, Montagne menulis tentang “ kita bisa menggunakan kata-kata seperti kekuatan, kebenaran, keadilan tapi kita tidak dapat memahami hal itu sendiri..... tak seorangpun yang berkualitas dari kita mampu menyifati wujud ketuhanan tanpa menodainya dengan ketidak sempurnaan kita”.(Essais 2.12) dia hanya menyimpulkan apa yang menjadi perdebatan filosuf islam, yahudi dan kristiani pada abad pertengahan. Permasalahan mereka, seperti masalahnya Montaigne bukanlah  terletak padaketidak mampuan menerima fisik dan karakter serta sifat moral tertentu, akan tetapi terletak pengakuan terhadap sifat-sifat tersebut. Filosuf yahudi terbesar di abad ke XII, Moses Maimunides (Musa bin Maimun), seperti filosuf muslim yang mendahuluinya, berpendapat dengan keras tanpa kompromi bahwa tidak ada sifat-sifat positif apapun yang bisa dilekatkan pada Tuhan. Seharusnya itu datang bukan sebagai suatu kejutan tentang sejumlah usaha-usaha Maimunides, yang mana disamping sebagai seorang filosuf besar juga seorang pemegang otoritas ajaran Nabi, yang seharusnya diabadikan sebagai penjelas tentang permasalahan penganut anthropomorfis yang ada dalam Injil. Sekali, seseorang menaikan jalan radikal ini, maka pertanyaan berikutnya menjadi tak bisa diacuhkan: bukan hanya “wujud”, “existensi” tapi juga konsep kemanusian dan bukan hanya definisi tentang Tuhan yang sama murninya dengan kemutlakan wujud tapi juga sebuah anthropomorofis, walaupun mengharap sebuah hal yang telah dijelaskan?
            Dua kecenderungan utama tersebut bisa dibedakan dalam tanggapan terhadap penolakan ini. Yang satu mengantarkan pada perhentian suara (keheningan mistikus); sedangkan yang lainnya mengantarkan lebih jauh pada teologi sophistic yang berdasarkan analisis kesadaran manusia.

Mistikus  (aliran mistik)
Metode yang paling radikal bahwa kesadaran religius dapat mengadopsi pemurinian itu sendiri dari paham antropomorfis yang merupakan pernyataan tentang ketidak cukupan pernyataan tentang ketuhanan yang mungkin ada dalam bahasa manusia. Di barat, tradisi ini kemballi kepada aliran teologi mistik Neoplatonis yang terkenal sebagai Aeoropagit Dionisu (abad ke V), yang mengenalkan kedalam terminology umat Kristen tentang “tuhan (dewa) yang tersembunyi dan “kegelapan ketuhanan”. Tradisi ini diwariskan kedalam bahasa latin barat oleh John Scottus Eriugena (abad ke IX), darinya ditularkan ke aliran mistik Eckhart dan Rhineland dan selanjutnya masuk kedalam beberapa tokoh-tokoh Inggris seperti Walter Hilton dan penulis (Jacob Boehme, Angelius Silesius) dan bahkan kedalam “ garis utama” aliran teologi nonmistik. Thomas Aquinas memberikan sebuah tempat didalam sistemnya tentang Teologi Negativa, dan Martin Luther berpikir lebih jauh lagi tentang trek mistik yang terkenal dengan Teologia Belanda (deutsch).
            Penolakan terhadap faham antropomorfis,atau lebih yang lebih tepat, refleksi kritis tentang bagaimana mempertemukan penolakan ini, yang ternyata merupakan factor penting dalam perkembangan aliran kebatinan. Tapi  aliran mistik yang radikal ini “memurnikan” bahasa yang pada akhirnya menghubungkan dengan aliran agnostic dan bahkan pengkritik nonreligius. Pusat teks di dalam penghormatan mengenai dialog-dialog tentang keagamaan yang murni oleh David Hume (1779), ditulis dalam bentuk sebuah percakapan antara tiga teman bicara: seorang skeptis, seorang kristiani yang dekat dengan tradisi misitk dan seorang yang percaya terhadap tuhan. Kristiani mistik tersebut menyatakan bahwa esensi ketuhana, sifat-sifat dan cara dari keberadaan (wujud) adalah misteri bagi kita. Si skeptis sependapat, tapi mengakui legitimasi sifat-sifat antropologis(bijaksana, berpendapat, niat), karena manusia secara sederhana tidak mempunyai kecenderungan pada diri mereka tentang bentuk pengekspresiannya. Dia sering mengingatkan kehati-hatian terhadap kekeliruan pengumpamaan persamaan kata-kata kita dan sifat-sifat ketuhan. Dengan kata lain, mistikus dan skeptis,  bahkan agnostis, bahkan kritikan anthropomorphis berniat untuk bersatu(bertemu). Pembicaraan seorang yang bertuhan tidaklah lemah untuk menagkap untuk maksud (poin) ini. Aliran ketuhananya menjadi lebih sophistis; hal itu telah menyerap dan mengintegrasikan kritik anthropomorfis. Tapi, jika semua ide tentang ketuhanan tersebut didefinisikan secara total menyalahi dan melebar, maka agama dan teologi tentu/pasti dan secara otomatis berhenti menjadi suatu ketertarikan apapun. Sebuah wujud spiritual yang tidak dapat di prediksikan (tidak ada kemauan, emosi(perasaan) dan cinta) menjadi sebuah fakta kebenara, tanpa semangat sama sekali. Pendapat Hume tentang akhir pertemuan Aliran mistik (termasuk panteisme) dan ateisme telah mempengaruhi jangkauan yang luas. Filosofis orang ateis abad kesembilan belas mengangkat pendapat milik Hume dan menggunakan kritik tentang anthropomorphis karena kebaikan dan kebuntuan terhadap hal yang mengantarkanya sebagai pengaruh dari pergeseran antropologi dan teologi: Esensi tuhan bukanlah suatu hal yang nyata tapi merupakan proyeksi dari kita, dalam sebuah latar belakang luar angkasa pada esensi manusia. Itulah kesimpulan untuk contoh Ludwig Feurbach (1804-1872)

Sifat-sifat lain untuk Anthropomorphism
Terlepas dari aliran mistik, pemkiran kristiani telah dituangkan dalam dua cara untuk mengkritisi faham antropomorphis. Secara tradisi, bentuk standar tologi teistik mencoba pada satu sisi untuk memurnikan agama dari faham antropomorfis yang mengundang kritik yang deras dan pada sisi yang lain untuk menghindari jenis “pemurnian(pembersihan)”yang radikal yang menghantarkan kepada keheningan mistikus atau ateis. Alternatifnya hanyalah dengan berbicara tentang Tuhan secara tidak apologis dan melalui sebuah kebenaran yang sempurna dan pasti serta “dengan analogi” pemahaman penuh dan valid akan firman. Subyek tersebut merupakan satu hal yang paling kompleks dalam sejarah teologi. Karena tujuan artikel ini harus mencukupi maksud dari keberadaan tentang jalan pertengahan ini, tanpa melanjutkan kedalam detail tekhnis atau menganalisa tipe-tipe yang berbeda tentang “analogi teologi”: pertalian analogi, utamanya dikenal dalam bentuk “ analogi wujud” (analogi ada), sebuah sumber konsep dalam kalangan toelog katolik Roma: analogi perbandingan, analogi keimanan(dianut oleh teolog protestan Karl Bath sebagai tanggapan konsep analogi wujud dari kaum katolik Roma), analogi hubungan dan sebagainya. Analogi teologi menggunakan pembeda yang dibuat oleh seorang filosuf muslim penganut Arisoteles yaitu Ibnu Rusyd(averous) diantara ketidaksamaan suara, persamaan suara dan pembenaran kaum analog. Dua pendahulu tersebut telah ditolak oleh dewan gereja katolik roma sebagai yang terakhir/ yang keempat  yang mendukung “analogi”.
            Hal lainnya, tipikal modern, metode tentang penghindaran masalah antropomorfis adalah pendangan yang memegang semua statemen agama untuk dijadikan statemen kesadaran agama kita. Bapak dari teori in, dalam sejarah pemikiran barat, adalah Friedrich Schleiermacher, seorang teolog Kristen protestan Jerman abad kesembilan belas. Pada jalan akhir pandangan ini juga menghadirkan peralihan/pergeseran dari teologi kedalan antropologi(seperti yang dijelaskan ringkas oleh Feuerbach) dengan perbedaan bahwa menurut Schleiermacher peralihan atau pergeseran ini menyajikan pemahaman religius, padahal menurut Feuerbach  ini menyajikan kritik keras terhadap agama dan semacamnya. Pengertian Scleiermacher yang mendalam ini masih menjalankan kegiatan “ ketidak-metologisan” injil Rudol Bultmann. Menurut Bultmann semua pernyataan tentang tindakan konkrit tuhan harus ditafsirkan “keberadaanya,” kecuali gagasan/pikiran perbuatan Tuhan (i.e., keikutsertaannya dalam menyelamatkan keberadaan kita). Keinginan para penentang Bultmann  sudah tentu mempertanyakan mengapa seseorang harus menghentikan secara singkat pada pembahasan keterangan-keterangan antropomorfis ini.teologi tentang kesadaran religius ini telah dihukum bid’ah oleh keduanya, baik kelompok gereja katolik Roma(lihat pascendi encyclical paus) dan juga kaum Kristen ortodox (e.g. Karl Bath).

Kesimpulan
            Artikel ini meskipun focus pada sejarah pemikiran barat, juga dimaksudkan untuk memberikan subuah gambaran hubungan dari bebeberap permasalahan yang terlahir oleh faham antropomorfis. Fenomena yang serupa, walaupun kurang terperici secara sistimatis dapat juga dalam tradisi keagamaan yang lain. Sebagai contoh, dalam konsepsi keumuman ajaran veda tentang kebenaran, yang mana mempertimbangkan ajaran ketuhanan personalis dan bhakti atau ketaatan sebagai bentuk ketundukan pada agama. Ajaran Budha Mahayana mempunyai sebuah ajaran anthropomorfis yang maju pesat dan orang-orang panteis semianthropomorfis, tapi figur-figur ini adalah gambaran simbolis yang dipentingkan pada tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi tentang  meditasi. Bersama-sama, agama-agama barat membuat masukan yang lebih besar untuk perbedaan-perbedaan didalam tingkat-tingkat pemahaman diantara jenis-jenis dan kondisi seseorang yang berbeda. Beberapa teolog muslim abad pertengahan juga mendukung doktrin (mendekati bid’ah) pengingat “kebenaran berganda” pada pembedaan orang-orang India antara samvtri (kebenaranyang lazim/menurut adapt” dan paramartha  (kebenaran absolute). Dengan cara yang sama, sebuah gagasan dan bahasa diadopsi terhadap kapasitas kekurang dewasaan dan kukurang majuan, yang dijustifikasi oleh umat Budha sebagai upaya {sarana kemahiran untuk mempelajari kebenaran). Bahkan Zen, seorang umat Budha dalam praktek kesehariannya menyembah patung-patung Budha dan Bodhisattva, meskipun secara teoritis dia mengaspirasikan untuk meniadakan kebenaran dan itu berarti belajar untuk “membunuh Budha” jika dia menemui dirinya sebagai sebuah kesalahan dalam jalan tersebut. Analogi agama Hindu bisa dibedakan antara saguna dan nirguna (i.e. kebenaran yang bersyarat” melawan “yang tak bersyarat”). Upanasadis neti, neti  atau  “peniadaan rangkap delapan” Nagarjuna bisa dikemukakan sebagai kejaidan “Teologi Negatif” orang-oang India. Agama sebagai pembeda dari masalah-masalah filosofis dapat diringkas dalam sebuah pertanyaan yang sederhana: Bisakah seseorang berdoa kepada dewa nonanthropomorfis?

ANTROPOSOPHY
(“Pengetahuan manusia” atau “kebijaksanaan manusia”) adalah nama yang diberikan oleh Rudolf Steiner (1861-1925), fiosuf Australia, pendidik, dan guru spiritual (ruhani), pada pengajarannya. Steiner juga mereferensikan dalam pengajarannya sebagai ilmu spiritual atau ilmu keruhanian, dengan demikian mengisyaratkan apa-apa yang dia pertimbangkan kedalam sifat-sifat empiris tentang penelitiannya mengenai dunia spiritual. Pada tahun-tahun awalnya sebagai seorang penulis dan guru topik-topik spiritual, Steinar berhubungan dengan perkumpulan/lembaga Theosofis, tapi pada tahun 1912, setelah ketidak setujuan dengan ketua/rector Anne Besant mengenai klaim bahwa Jiddu Krishnamurti adalah Reinkarnasi dari Isal al Masih, Steiner mendirikan perkumpulan/lembaga antroposophis. (lihat Biografi Besant). Sebagai sebuah pergerakan keruhanian(spiritual), Anthroposophy berakar pada aliran Rosicrus tentang tradisi esoteris (yang dipahami orang tertentu saja) umat Kristen. (lihat Rosicrucians)
            Keterangan Steiner yang paling jelas tentang Anthroposophy terdapat pada paragraf pembuka Pengantar Pemikiran-pemikiran Anthroposofis, yang mana dia menulis selama sisa bulan hidupnya:
  1. Anthroposophy adalah jalan pengetahuan, menuntun ruhani (spiritual) dalam diri manusia kedalam spiritual alam semesta. Ia muncul dalam diri seseorang sebagai kebutuhan hatinya, tentang perasaan kehidupan; dan ia dapat dibenarkan sebanyak ia bisa merasakan (menikmati) kebutuhan inti ini.
  2. Anthroposophy menghubungkan pengetahuan yang dicapai dalam sebuah jalan spiritual… karena pada bagian yang sangat terbatas dimana pengetahuan dipeoleh dari perhentian presepsi indera, ada yang terbuka melalui jiwa manusia itu sendiri dan melalui pandangan keluar jauh dalam dunia spiritual.
(Steiner, 1973, p.13)
           
Dari karya pertamanya yang sistematis, Die Philosophie Der Freitheit (1896) yang diterjemahkan sebagai The Pilosophy of Freedom  (filosofi kebebasan) (1916) dan juga sebagai The Philosophy of Spiritual Activity  (filosofi kegiatan spiritual) (1912), hingga tulisannya yang terakhir, Steiner dicari untuk menerangkan (dan membuat orang lain mampu untuk mencapai) spiritual, atau pemahaman indera yang bebas. Anthroposofi bisa dipahami sebagai disiplin penglihatan suatu titik terdalam atau spiritual, inti setiap kenyataan, hingga kenyataan-kenyatan tersebut nampak untuk dijadikan material yang nyata sekali. Walaupun itu sudah biasa dipahami sebagai pengajaran, Anthroposofi secara esensinya adalah sebuah disiplin yang mana denganya mampu melihata dunia spiritual secara langsung. Memakai tehnik antroposophical, Steiner ……(mana lagi nduk……ko’ putus nich……….hehehe………….;) ;) ;)

AL-QUSHAYRI (d. 465/1074)
Persyaratan untuk sebuah kehidupan masyarakat yang kolektif dan teratur. Hal itu adalah merupakan penrang yang perlu diterjemahkan untuk mempertahankan pandangan universal dan kebebasan beragama dalam menghadapi kekuatan sectarian (orang-orang picik), yang menentang prinsip prinsip dari Petunjuk Universal. Al-Qur’an sebagaimana yang direferensikan dalam ayat 85 surat 3 bahwa tidak ada agama selain “Al-Islam” yang akan diterima Tuhan. Itu berarti, “Islam” merupakan agama yang tunduk pada satu Tuhan. Itu dalam pengertian dengan arti literal dari kata “Al-Islam”. Al-Qur’an bukan tidak mengartikan degan Islam masyarakat agamis tertentu tunduk atau patuh pada nama ini tapi orientasi keagamaan dari pesuruh dan kepatuhan pada Tuhan yang Esa.
            Menurut undang-undang garis interpretasi ini, kita bisa mengatakan bahwa bentuk keistimewaan pergerakan universalistis dari Islam seharusnya diterapkan dalam hukum aturan keagamaannya dan perintah-perintahnya dan sikap tertentu itu sendiri di izinkan dalam menghadapi musuh-musuhnya, adalah sebagai bentuk hasil nyata dari adanya batasan-batasan manusia dalam jarak dan waktu. Selain dari semangat dan keimanan universalistis mereka semua, muslim terdahulu tidak dapat melakukannya, meskipun begitu mereka memiliki sebuah bentuk peribadatan yang istimewa, seandainya mereka pergi beribadah semua dan tidak dapat melakukannya tapi mereka memiliki sebuah gaya hidup tertentu, seandainya mereka hendak hidup di dunia ini. Persamaanya, jika masyarakat yang  didirikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan prinsip-prinsip universalitas dan persaudaraan sesama manusia akan memiliki kestabilan yang ada dan melanjutkan pembawaan misi ini secara efektif sepanjang keadaan sejarah., hal itu harus lebih dulu menemukan syarat-syarat yang menjadi keharusan dalam kehidupan apakah dalam bentuh misi-misi perdamaian atau dalam tanah peperangan.  
            Melihat pada pandangan poin ini menjadikan kebenaran, bahwa Islam dengan esensi  berisi pesan persaudaraan universal dan persahabatan seluruh manusia dalam menyembah Tuhan yang Esa serta mempraktekan sebuah sikap yang bermoral. Tapi dalam bentuk dan tubuh, ia nampak dalam sebuah bentuk tertentu dan tradisi yang spesifik. Pada akhirnya bukanlah sebuah penolakan terhadap yang terdahulu, Melainkan sebuah keadaan yang mengharuskan dari keberadaan fisikalnya. Untuk menerapkan dalam dunia tentang bentuk dan bahan memerlukan sarana untuk menerapkan kekhususan-kekhususan . tapi semua hal ini tidak mengharuskan melumpuhkan semangat kebebasan maupun mengaburkan pandangan universalitas. Pada kenyataanya orientasi pemikiran tentang keesaan Tuhan dan sebuah akhlak yang bermoral merupakan sebuah esensi dari agama yang terpusat dalam al-qur’an kecuali jika itu dihormati sebagai jiwa yang mendasar dari al-qur’an, sebuah bagian yang bisa dipertimbangkan tentang suatu hal yang nampak menjadi sulit diterangkan.

AL-QUSHAYRI (D.465/1074)
Aliran mistik Asy’ari ini di hargai dalam beberap buku;yang menarik darinya adalah Tafsir Lat a if al-ishaarat.
“dan karena kekafiran mereka (terhadap ‘Isa) dan tuduhan mereka terhadap maryam dengan kedustaan besar (zina),(Annisa 156)
 “dank arena ucapan mereka: “sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan (tidak pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka.sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) ‘Isa benar-benar dalam keraguan; tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu,……….(Annisa 157)
“Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (An-Nisa 158)
Dia mendiskusikan surat An-Nisa ayat 157 sebagai sebuah bagian tema penafsiran yang menghubungkan sebuah bagian dari surat yang dimulai dengan surat An-Nisa ayat 156 dan berakhir dengan ayat 158.
Melebihi batas (hadd) adalah salah, seperti mengurangi dan meremehkan kebenaran juga salah. Mereka (orang-orang Yahudi) memunculkan pembicaraan (isu)menentang Maryam dan menuduhnya sebagai peselingkuh/pezina. Dan yang lainnya melebihi batas dalam menekannya, mereka berkata: “Anaknya(Maryam) adalah anak Tuhan”, dan semua golongan telah salah. Dan itu juga dikatakan bahwa Maryam berzina (waliyat) dengan Tuhan dan bahwa Dia telah disusahkan karena dua buah kelompok, yaitu orang-orang yang melebihkan (ifrat) dan orang-orang yang menyia-nyiakan(tafrit) dan yang menyalahkannya. Pengingkaran mereka yang menyedihkan disebabkan oleh kebajikan yang kurang akan sebuah respek. Dan mereka yang mengikuti mereka tidaklah mempunyai sebuah kebenaran untuk dikerjakan; mereka mempermasalahkan keistimewaannya dalam ketertekanan mereka. Dan mereka semua melakukan hal yang sama kecuali segolongan mayoritas kaum yang tua dari mereka.

Hal ini juga dikatakan bahwa Tuhan mengganti pemfitnah sebagai Isa, maka dia terbunuh dan disalib di tempatnya. Dan ini dikatakan:
“ Barangsiapa yang menggali lubang bagi temannya maka jatuhlah ia di dalamnya”

من حفرخفرة وقع فيها
(Peribahasa Bahasa Arab)
Dan dikatakan juga bahwa Isa Berkata:
“siapapun senang dengan kemungkinan penyerupaan/kemiripan yang dilimpahkan kepada dia dan dibunuh sebagai penggantiku”
Salah seorang murid yang senang untuk melakukan hal ini. Isa mengingatkannya, dengan berkata:
“ Jangan memikul penderitaan rasa sakit tanpa iman kepada Tuhan Sang Pencipta”
Kemudian dia (Isa) mengulangi:
“Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik.”
(Surat Al-Kahfi ayat 30)
Sejak laki-laki tersebut mempersilahkanya dengan bebas maka akhirnya Isa berteman dengannya. Karena Isa sudah diangkat ke suatu tempat yang disebut Zulfah, sementara ruh dari orang yang dikorbankan dinaikan dalam suatu tempat yang disebut dengan Qur’bah”.
Adalah suatu hal yang mengejutkan bahwa Al-Quraisyi, seorang pengikut faham Al-Sulami tidak memaparkan suatu apapun disini dibandingkan dengan penafsiran Ja’far. Apa-apa yang ktia punya merupakan legenda pergantian yang sederhana yang secara sederhana dilukiskan dalam warna-warna Sufi. Bahasanya di tandai dengan bentuk semacam ruh, nafs, zulfah, dan qur’bah.Ketiadaan kajian terhadap istilah-istilah yang dipergunakan para penulis ini menjadikan kesulitan untuk menebak signifikansi (arti) mereka diluar tujuan kebenaran mereka sebagai tingkatan-tingkatan pencapaian mereka. Bagaimanapun seseorang dapat melihat tajam/jelas sebuah keinginan yang nyata untuk membenarkan penerimaan Isa sebagai pengganti utusan: ini bisa dilihat dengan merujuk pada

Dan ini juga dikatakan bahwa Isa Berkata:
“ Dan katakanlah: “ kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya telah kami sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka, dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang palling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”
(Al-Kahfi 29)
Alhamdulillah……………..
Mohon dimaklumi kalo kek banyak nulis kesalahan pada teks diatas…….
Kalau ada yang masih mu dikonsultasikan lebih lanjut kek siap aja Bantu…..hehehe……
Dah ya cu…….kek capek nich….
Tapi kek jadi kangen ama kerjain kayak gini lagi
Kalau masih ada yang tertinggal segera kirim
Ke PO BOX Kek ya……………………

kritk behaviourisme dalam pendidikan


KRITIK BEHAVIORISME DALAM PENDIDIKAN
Kegunaan penggunaan teknik behaivour telah meningkat secara terus menerus dalam banyak langkah kehidupan. Bisnis, gereja, militer dan sekolah telah merasakan dampaknya, dan hal itu menjadi lebih lazim untuk menilai pertumbuhan dalam wilayah ini dari pendekatan ini dengan kesuksesan mereka dengan teknik behavior. Mungkin segi yang paling banyak dari pendekatan ini ialah bahwa ia adalah “ilmiah”, ia berdasarkan sebuah kesepakatan besar dengan riset, dan ahli riset  bisa menunjukan kesuksesan yang terukur dalam menggunakan metode ini. Itu telah digunakan sejak tahun 1960an dan terus meningkat, dan banyak kalangan pendidik yang mendukung dan giat pada teknik behavior yang mereka pakai di kelas-kelas mereka. Dalam wilayah seperti pendidikan khusus, guru-guru menemukan konsep penguatan langsung trutama manfaat dalam mengkontrol dan mengarahkan anak anak dengan rintangan-rintangan gerak dan mental. Bahkan dalam kelas biasa, lebih jauh, seseorang mendengar tentang M dan Ms, sebuah penghargaan dalam bidang ekonomi, dan penguatan-pengutan positif dan negatif sebagai bantuan yang efektif dalam proses pendidikan. Skinner Air Crib didesain sebgai sebuah mekanisme perilaku penguat bagi awal-awal kehidupan si anak, telah di pakai oleh beberpa orang tua dalam sebuah usaha untuk mempengaruhi perilaku anak pada tahapan kehidupan yang paling awal. Popularitas aliran behavior telah muncul karena teknik trsebut yang nampak bekerja manakala banyak pendekatan-pendekatan yang lain gagal. Lebih jauh lagi, pendekatan yang digunakan oleh banyak Insinyur behavior, terutama Skinner, mencoba untuk menghindari jenis metode afersif (bertentangan) apapun dalam pendidikan. Dan bukti ini menarik banyak pendidik moderen. Anak-anak juga nampak merespon baik terhadap metode yang menyediakan masukan-masukan dan penghargaan bagi pencapaian mereka. Mesin pengajaran yang terkenal dikalangan guru-guru dan murid-murid dan cara-cara yang efektif dan efisien pada penanaman pengetahuan di wilayah yang diberikan, dengan daerah hasil yang meningkat terus-menerus.
            Tidak hanya para Insinyur behavior yang benar-benar terkesan dengan penggunaan metode-metode tersebut dalam pendidikan dan juga dalam kehidupan sosial. Skinner, contohnya, telah mengambil kesimpulan dan teori-teori kedalam wilayah perubahan sosial dan kultur. Dia melihat teknik behavior yang bisa ditempatkan di skala global, menegaskan bahwa adalah mungkin untuk menyelesaikan masalah kelaparan, kesejahteraan, dan pergolakan ekonomi, jika hendak melakukan, maka caranya melalui pengembangan teknologi pada behavior. Banyak yang mengejek rekomendasi Skinner dan meluncurkan serangan-serangan yang sangat tajam terhadap teori-teorinya, terutama dimana dia berpedoman bahwa individu tidak memiliki kebebasan koheren(hubungan) dan martabat. Mereka mengatakan bahwa jika saran-saranya diikuti, Orwell tahun 1984, akan menjadi sebuah kepastian, Skinner menjawab jika teori ini mungkin hanyalah sebuah harapan untuk menyelamatkan diri dari zaman teknologi yang kompleks. Kita telah sampai pada tujuan dimana kita dapat lebih lama memberikan kemewahan yang uzur pada keterpusatan pada diri sendiri, kekerasan sebagai jalan hidup, kesejahteraan yang sedikit pada banyak kebutuhan dan filosofi tua serta dugaan-dugaan teologis tentang dandanan manusia yang mendukung kemegahan yang tua ini. Kebebasan dan martabat dalam pengertian dulu bersifat gagasan emosif yang menurunkan dukungan-dukungan yang kuat, tapi Skinner menegaskan bahwa gagasan-gagasan ini terlalu sering digunakan untuk menyembunyikan dosa-dosa yang banyak. Sifat menyerang, contohnya, sering dikatakan menjadi sebuah bagian pada hiasan dalam diri manusia dan tak ada suatu apapun yang dapat dikerjakan dengannya karena “kamu tidak dapat mengubah alam manusia”. Bagi Skinner, asumsi-asumsi yang mudah melepaskan diri dan dangkal adalah disesalkan. Hasil tangkapan yang harus menyerahkan diri sebelum kita memulai karena agresivitas adalah sebuah perilaku yang dipelajari dan bisa belajar meninggalkan atau mematikan jika kita mengambil sebuah pendekatan dan pengendalian atasnya.
            Banyak kritik menyerang bahwa teori Skinner mempersempit dan membatasi humanity tapi ada sebuah pendapat kuat pahwa pandangannya adalah optimistis, berpegang pada bukti yang mana kita dapat jadikan sesuatu melalui teknik behavior yang benar. Daru sudut pandang Skinner, ada sedikit hal yang menghiasi bagian dalam seseorang yang membatasi perkembangan dalam sebuah jenis cara-cara kreatif. Oleh sebab ini, para pengikut Skinner menegaskan adalah mungkin untuk membangun masyarakat yang bagus dengan orang-orang yang baik di masa depan yang dapat dicapai jika kita memiliki keuletan untuk merencanakan dan bekerjasama dalam usaha ini. Ketika semua ini dikatakan dan dikerjakan, kontrol tersebut akan ada dalam lingkungan, dalam kemungkinan-kemungkinan dari penguatan, dan dalam cara ini individu terkontrol secara tidak langsung. Sedangkan beberapa pengkiritk melihat buku Skinner Walden Two sebagai jenis keberanian yang teratur perilakunya dimana kebahagiaan dan kebaikan akan berlaku.
            Teknik behavior telah diketemukan dan telah menjadi hal yang sukses dalam laboratorium, karena membenarkan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin bisa dimunculkan tentang keterpakaianya dalam masyarakat manusia dimana terlalu banyak variable-variabel dan hal lain yang tak diketahui keberadaanya. Di laboratorium, adalah mungkin untuk mempertahankan kontrol yang ketat, tapi kontrol adalah hal yang sungguh-sungguh sulit dalam dunia pintu luar yang kasar. Dan kalangan behavior mungkin yang paling kedengaran menentang ketika mereka bersepakat dengan prosedur selangkah demi selangkah pada pembelajaran. Hal ini tentunya masuk akal untuk merumuskan sebuah teori bahwa ketidak pedulian atau pengabaian alam inti manusia karena bisa membuka pandangan-pandangan baru dalam mempelajari manusia. Hal itu mungkin bekerja dan berjalan sangat indah tapi  ini masih tidak mengartikan bahwa ada ketidak mungkinain menjadikan kapasitas bawaan manusia atau karakteristik yang terpelihara. Skinner telah menegaskan bahwa “tidak ada teori yang menghancurkan tentang apa sebuah teori itu sendiri”, dan ini adalah sebuah gagasan yang memotong kedua cara tersebut. Untuk menyatukan bahwa individu tidak memiliki inti kebebasan dan martabat tidak menghancurkan inti kebebasan tersebut dan martabat pada faktanya mereka adalah benar-benar ada.
            Sementara orang-orang behavior membuat beberapa asumsi tentang manusia, mereka juga membuat asumsi-asumsi tentang alam pada alam semesta. Sebuah asumsi diluar kesiapannya pada sejumlah perkiraan mereka ialah bahwa alam semesta beroperasi dalam istilah-istilah mekanis. Mereka memandang skema benda-benda sebagai yang teratur, regular, bisa di produksi dan dengan demikian bisa dikontrol. Pertanyaan serius telah muncul seperti; Apakah alam semesta menggerakkan jalan ini atau apakah orang-orang behavior memaksakan dugaan susunan wajah alam semesta yang terbentuk?. Kecondongan ini untuk mengatur dan keteraturan adalah hal yang paling nyata bagi usaha-usaha kalangan behavior untuk mengembangkan sebuah teknologi dari permasalahn-permasalahan behavior. Mereka mungkin dalam percobaan untuk membuat sebuah pendekatan yang memastikan keluar dari sesuatu yang berdasar pada asumsi-asumsi yang bisa dipertanyakan secara luas. Ini mengantarkan kepastian. Cocok untuk dijadikan model setelah ilmu-ilmu psikis, tapi ada beberapa yang bisa diketahui dalam ilmu-ilmu psikis yang menentang bahwa kepastian telah banyak di atas rata-rata dari yang ada. Dengan kata laini kalangan behavior mungkin sedang membangun teori mereka tentang tanah pasir yang berpindah dari perkiraan untuk kepastian.
            Mungkin salah satu kritikan yang paling mencolok dan melemahkan ditujukan pda rekomendasi kebijakan sosial dari orang-orang behavior seperti Skinner. Mereka mungkin menjadi yang paling solid menentang karena mereka menjelskan bagaimana pembelajaran mengambil alih atau bagaimana perilaku dipersepsikan sebagai hal kecil, dan langkah-langkah yang berentetan dalam laboratorium atau kelas-kelas. Tapi mereka mengambil langkah Quantum dari laboratorium yang meliputi wilayah Sosial, politik dan ekonomi. Pengkritik mulai menjauhkan diri. Skinner menganjurkan sebuah kelompok perencana dan pengontrol untuk menajamkan individu dan sosial. Dan nampaknya tidak ada karya yang cukup sistematis untuk menopang semacam anjuran tersebut. Para pengontrol nampaknya sangat menyukai para psikolog di laboratorium, tapi lagi ada perbedaan antara laboratorium dan sosial yang luas. Sejarah penuh dengan contoh-contoh individu dan kelompok yang berpikir, bahwa mereka dan hanya mereka yang mampu memimpin masyarakat dengan petunjuk yang benar. Sejarah juga penuh dengan bencana dan efek penyakit dari pemikiran. Dalam banyak anggapan kelihatan ada hal yang menjadi sedikit berbeda yang melahirkan kekuatan-kekuatan pemerintah dari kekuasaan tersebut, hukum tentang dialektik materialisme atau hukum-hukum behavior.
            Satu pertanyaan kembali muncul “Siapakah yang mengontrol para pengontrol?” Skinner menegaskan bahwa yang dikontrol mempunyai pengaruh atas pengontrol, karena perilaku anak sekolah berdampak pada perilaku guru. Dengan kata lain, petunjuk pada perilaku yang terkontrol membentuk keadaan yang mana didalamnya pengontrol memberi reaksi. Hal ini nampak menjadi sebuah pendapat yang sangat lemah karena inisiatif ini dipenuhi dalam kebaikan para pengendali yang memiliki kekuatan sosial, politik, intelektual dan ekonomi yang terpusat di tangan mereka. Hal ini kelihatan mudah diprediksi bahwa kelemahan seseorang dari masyarakat pengikut skinner akan hanya di manipulasi (meskipun untuk kebaikan mereka) seperti dalam kekuasaan yang lain.
            Meski Skinner dan tokoh behavior lainnya sekuat tenaga mempertahankan bahwa tujuan-tujuan mereka dan metode tersebut bukanlah orang yang menganggap kita atau menjauhkan inti-inti perasaan dan tujuan-tujuan tersebut. Serangan bahwa program mereka sebagai hasil sebuah robotisasi kemanusiaan memiliki beberapa basis. Dari sudut pandang beberapa pengkritik, behavior sepertinya mengabaikan apa yang sebenarnya merupakan manusia yang sebenarnya dalam kebaikan pandangan baru pada alam manusia yang lebih mekanistis dalam cakupannya. Frazier, menggambarkan karakter Skinner sebgai penemu Walden Two, mengatakan adalah satu-satunya orang yang tidak bahagia dalam masyarakat yang terkontrol karena dialah satu-satunya orang yang tidak terbelakang disana. Jika kita harus memberikan banyak orang pilihan pada bentuk Frazier dengan semua ketertekanannya pada harapan-harapan dan ketakutan melawan individu-individu baru yang teratur pada Walden Two yang berada dalam kebahagiaan yang mengabaikan kontrol-kontrol yang ditekan, itu nampaknya bahwa banyak orang akan memiliki former (pembentuk).

Hobbes
LEVIATHAN
            Thomas Hobbes, filosuf Inggris abad ke 19, bukanlah seorang penganut behaviorisme, tapi filsafat materialisnya berisi banyak gagasan pusat behaviorisme. Pilihan berikutnya adalah dari Leviathan, atau Materi, bentuk dan kekuatan pada sebuah gereja persemakmuran dan warga (pertama terbit th 1651an). Dengan cara-cara pada panca indera. Gerakan atau behavior merupakan hal yang vital (genetik atau bawaan) dan “hal yang diperoleh”(yang dipelajari). Dugaan-dugaanya tentang “keinginan” dan “keengganan” memiliki daya kedekatan dengan penguatan yang bersifat positif dan negative. Keyakinan Hobbes bahwa ilmu dan akal bisa digunakan untuk membangun masyarakat yang baik berhubungan dekat (sama) dengan peraturan behavior. Akhirnya, seperti orang-orang behaviorisme semacam Skinner, Hobbes melihat liberty atau kebebasan sebagai suatu kendaraan yang berdasarkan pda keadaan-keadaan external.

Pendahuluan
Alam, seni dimana Tuhan buat untuk memerintah dunia, ialah dengan seni pada manusia, seperti banyak terdapat dalam hal-hal yang lain, maka dalam hal ini juga di batasi – bahwa itu dapat membuat sebuah hewan artificial (tiruan). Karena kehidupan melihat sebuah gerakan pada cabang-cabang, tapi tentang apa yang mengawali hal yang ada dalam beberapa bagian prinsip, mengapa kita tidak boleh mengatakan bahwa semua autamata (mesin yang menggerakan diri mereka sendiri dengan pegas dan roda seperti yang bekerja pada sebuah jam) memiliki sebuah kehidupan artificial? Karena apa-apa yang menjadi jantung melainkan sebuah pegas, dan syaraf tersebut melainkan senar-senar, dan penghubungnya tidak lain adalah roda-roda yang memberikan gerakan terhadap seluruh badan seperti yang di inginkan oleh para peniru? Seni berlanjut semakin jauh, tiruan yang rasioanal dan karya alam yang paling istimewa adalah manusia, kerena dengan seni yang diciptakan bahwa Leviathan yang besar disebut sebuah Negara persemakmuran – dalam bahasa latin, sebuah civitas yang mana bukan lain merupakan tiruan seseorang, pikiran pda hal yang tinggi dan lebih besar serta kuat dari alam karena memiliki proteksi dan pertahanan yang itu di maksudkan……

Tentang Panca Indera
Mengenai pemikiran manusia, saya akan mempertimbangkan mereka pertama kali berpusat pada satu hal saja, dan setelah itu dengan melatih atau menggantungkan atas yang lain. Hal pertama, setiap orang dari mereka adalah sebagai sebuah persembahan atau penampakan dari beberapa kualitas atau kejadian lain pada sebuah tubuh tanpa kita yang mana secara umum disebut sebuah objek. Dimana objek tersebut bekerja pada mata, telinga, dan bagian lain pada sebuah tubuh manusia dan dengan perbedaan pada pekerjaan yang menghasilkan perbedaan pada penampakan.
            Hal yang asli pada mereka semua ialah bahwa apa yang kita sebut panca indera, karena tidak ada konsepsi dalam sebuah akal manusia yang pertamanya tidak diperoleh bagian-bagian panca indera  secara total ataupun perbagian. Sisanya berasal dari yang asli….
            Sebab pada panca indera adalah tubuh external atau objek yang mencetak organ utama bagi rasa itu sendiri. Baik secara langsung sebagai dalam rasa dan sentuhan, atau secara tidak langsung seperti melihat, mendengar, dan mencium; yang mana menekan pada mediasi dari syaraf-syaraf dan simpul-simpul yang lain dan membran-membran pada badan yang berlanjut ke dalam otak dan hati, karena disana terdapat sebuah resistensi atau tekanan balik atau usaha keras pada hati untuk menyalurkannya sendiri, dimana usaha keras tersebut, karena keluar, nampak tanpa menjadi beberapa materi. Dan hal ini menampakkan atau fantasi yang mana orang sebut sebagai panca indera yang teridiri dari mata, dalam sebuah cahaya atau warna yang menghiasi, dalam dingin, keras, lembut dan sifat-sifat lainnya yang kita bedakan sebgai bentuk rasa. Semua sifat tersebut bisa dirasakan, adalah objek yang menyebabkan mereka meski banyak beberapa rasa-rasa pada materi yang dengannya itu menekan organ-orga kita secara berbeda, karena rasa tidak menghasilkan apapun selain rasa itu sendiri. Tapi meski penampakan mereka pada kita adalah sebuah fantasi, hal yang sama yang bersifat membangunkan dan memimpikan. Dan karena tekanan, tiruan atau kemiripan mata membuat kita mengangankan sebuah cahaya dan menekan telinga sehingga menghasilkan sebuah suara keras di telinga, begitu pula badan/tubuh kita juga yang kita lihat dan kita dengar menghasilkan hal yang sama dengan kekuatan mereka meskipun  tak bisa diamati gerakanya. Sebab, jika warna tersebut dan suara yang ada dalam tubuh atau objek yang menyebabkan mereka, mereka tidak dapat di keraskan dari mereka sendiri seperti dengan kaca mata, dan dalam bunyi dengan refleksi yang ia peroleh dalam diri kita, meski masih berujud sebuah objek benda, namun fantasi atau imaginasinya berbentuk lain. Karena itu panca indera dalam semua kasus bukanlah apa melainkan sebuah fantasi yang asli yang disebabkan – seperti yang saya katakan – oleh tekanan – yaitu, dengan rasa pada hal yang berasal dari luar mata, telinga dan organ tubuh kita yang lain seperti yang ditakdirkan.

Tentang Akal dan Ilmu
..... itu memunculkan bahwa akal bukanlah sebagai panca indera dan ingatan, terlahir bersama kita, yang diperoleh bukan hanya melalui pengalaman sebagaimana kebijaksanaan tapi ia di dapat dengan industri pertama dalam flat nama Yang Mengagumkan, keduannya yaitu dengan mendapatkan metode yang teratur dan baik dalam cara kerja dari elemen-elemen yang merupakan nama-nama, untuk membuat penonjolan dengan hubungan pada salah satu dari mereka satu sama lain. Dan juga silogisme yang merupakan penghubung dengan sebuah penonjolan terhadap yang lain,   hingga sampai pada semua akibat-akibat dari nama-nama yang di peroleh dalam tujuan                yang diraih: dan itulah orang yang lihat dengan sains, dan bukanlah pancaindera (rasa) dan memori melainkan pengetahuan kenyataannya,merupakan sebuah hal yang lalu (lewat) dan bila dapat dilirik kembali, sains adalah pengetahuan pada akibat-akibat dan ketergantungan pada sebuah fakta satu sama lain, dengan hal yang keluar pada hal yang kita dapat lakukan dengan cara menghadirkan dan kita tahu bagaimana untuk melakukan sesuatu apapun ketika kita ingin atau seperti waktu yang lain, karena ketika kita melihat sesuatu yang menyebabkan atas apa-apa,”yang sebab-sebab apa dan dengan cara apa, dan ketika keinginan menyebabkan datang kepada kekuatan kita, kita melihat bagaimana untuk memaksa menghasilkan keinginan yang mengkibatkan untuk menyimpulkan, cahaya pada akal / fikiran manusia membisakan kita yang bingung dengan definisi yang tepat, adalah hal yang pertama kali dicium dan dibersihkan dari ambiguitas (kecendrungan ); akal adalah langkah; sains yang meningkat dan caranya; dan hasil dari manusia.
Permulaan interior dai rasa-rasa fakultatif yang biasanya di sebut kesabaran … ada dua bentuk emosi khas dalam diri binatang berdasarkan mereka yang satu menyebut vital, dimulai dalam generasi dan berlanjut tanpa berhenti sepanjang kehidupan mereka - seperti aliran darah, tekanan darah, nafas, pencanpuran, gizi, kotoran, dan lain-lain. bagi rasa tersebut terdapat  sarana-sarana yang dapat membantu imaginasi, yang lainnya adalah rasa binatang, yang disebut juga dengan rasa tambahan-seperti untuk pergi, berbicara, menggerakkan kaki kita dengan cara seperti yang pertama kali di fantasikan oleh pikiran kita, indera tersebut menggunakan rasa dalam bagian-bagian interior dan organ-organ pada tubuh seseorang diwujudkan oleh gerakan dari hal-hal yang kita lihat, kita dengar dan fantasi tersebut, akan tetapi merupakan hal yang tertinggal pada rasa yang sama yang menetap setelah panca indera, telah siap untuk di bahas dalam judul yang pertama dan kedua, dan karena pergi, bergerak, dan rasa tambahan yang serupa selalu bergantung pada sebuah pemikiran terdahulu tentang bagaimana dan apa, karna itu adalah bukti bahwa imaginasi adalah internal pertama yang mengawali pada semua rasa-rasa tambahan, dan meskipun orang-orang yang tidak belajar tidak dapat meyakini rasa apapun pada semua orang harus ada dimana hal itu bergerak secara tidak terlihat atau jarak tersebut bergerak di dalamnya, yang di peruntukkan bagi kependekan jarak tersebut, tak dapat di rasakan, karena itu bukanlah pemutus tapi  karena hal tersebut merupakan rasa, untuk membiarkan sebuah jarak menjadi tidak pernah bahkan sedikit, hal itulah yang digerakkan melalui sebuah wilayah yang lebih besar, padahal yang kecil tadi merupakan sebuah bagian, yang pertama kali harus digerakkan melalui hal tersebut. Permulaan-permulaan rasa yang kecil ini yang ada dalam tubuh seseorang; sebelum mereka nampak dalam berjalan, berbicara, menendang, dan gerakan-gerakan terlihat lainnya yang biasa disebut dengan usaha (kerja keras).
Usaha ini, ketika menuju sesuatu yagn menyebabkannya di sebut nafsu (makan) dan nafsu (birahi), nama yang terakhir adalah nama umum dan yang satunya terikat dengan hal yang mengkontrol pada kepentingan terkait nafsu makan yaitu rasa lapar dan haus, dan ketika usaha itu jauh dari satu hal, hal ini secara umum disebut Aversi(kebencian terhadap sesuatu) kata-kata ini, Aversi nafsu (makan) kita dapat peroleh dari bahasa latin; dan keduanya menjelaskan tentang rasa, satu hal pada pendekatan dan yang lainnya menghindari karena alam itu sendiri sering menekan orang-orang yang mana memiliki kebenaran-kebenaran yang selanjutnya ketika mereka mencari hal apapun diluar alam, mereka tidak harapkan…
Keinginan (nafsu) pada orang juga mereka sebut sebagai cinta (love) dan benci pada hal-hal yang mereka tidak sukai oleh sebab itu keinginan (nafsu) dan cinta adalah hal yang sama, tanpa keharusan bersama nafsu kita selalu mementingkan ketidak beradaan sebuah objek, dengan cinta secara umum paling banyak hadir dalam hal yang sama; jadi kebencian kita juga mementingkan ketidaan dan dengan membenci kehadiran sebuah objek keinginan dan kebencian, beberapa di antarnya lahir bersama manusia, seperti nafsu pada expresi dan tak bersalah, yang mungkin juga, dan lebih utamanya disebut penolakan dari apapun yang mereka rasakan dalam tubuh mereka dan beberapa nafsu lainnya tidaklah banyak caranya, yang terdapat pada nafsu hal-hal tertentu, terlahir dari pengalalaman dan percobaan dari akibat-akiabat atas merekan sendiri atau dari orang lain, karena hal-hal itu kita tahu tak suatu apapun, atau percaya untuk tidak jadi, kita tidak dapat lebih jauh menginginkan untuk merasakan dari pada mencoba, karena penolakan kita mempunyai hal-hal yang tidak hanya kita tahu bisa melukai kita tapi juga yang kita tak tahu apakah mereka akan melukai kita atau tidak.
Hal tersebut, baik yang kita inginkan atau benci kita katakan sebagai peremehan, peremehan akan menjadi berarti baik, tapi sebuah kemandegan hati dalam menentang perbuatan/aksi pada hal-hal tertentu, dan berlanjut dari hati yang telah digerakkan selain dengan objek-objek lain yang lebih berisi atau dari keinginan pada pengalaman mereka.
Dan karena ketetapan pada sebuah tubuh seseorang berada dalam mutasi yang berkelanjutan, itu adalah mungkin bahwa semua hal yang sama harus selalu menyebabkan dalam dirinya keinginan yang sama dan penolakan, setidaknya semua orang dapat konsen dengan keinginan yang ada hampir pada seluruh orang dan objek yang sama.
Tapi apapun objek yang seseorang sukai, itu adalah bagian dari dirinya disebut baik dan objek yang dia benci dan tolak sebagai kejahatan, dan dari penolakan tersebut, memalukan dan tersadar karena kata tersebut, seperti; kebaikan, kejahatan dan hal-hal yang bertentangan pernah dipakai dengan menghubungkan pada orang yang memakai mereka, dengan cara sederhana dan mutlak baik ada, maka bukanlah suatu aturan umum apapun pada kebaikan dan kejahatan yang diambil dari alam objek itu sendiri tapi dari orang pada orang, yang mana lebih bebas, atau dalam hal atau dari penentu atau hakim yang mana orang tidak setujui dengan konsen membentuk dan merancang kalimatnya dalam aturan yang berlaku.
Seperti dalam panca indera yang benar-benar ada dalam diri kita, seperti yang juga dikatakan sebelumnya, hanyalah rasa yang disebabkan oleh perilaku obyek luar, tapi dalam penampakan pada cahaya pandangan dan warna, pada suara ditelinga, pada bau dihidung,dll. Jadi ketika aksi pada obyek yang sama berlanjut dari masa, telinga dan organ-organ yang lain menuju ke hati, efek yang nyata tidaklah ada tapi rasa atau usaha yang terdiri dari keinginan dan penolakan untuk atau dari obyek yang bergerak. Jadi penampakan atau indera pada rasa tersebut ialah apa yang kita sebut baik sebagai hal yang menyenangkan atau masalah dalam pikiran.
Rasa ini,yang disebut dengan keinginan (nafsu) dan karena perwujudannya iltu menyenangakan dan mengenakan, namun menjadi sebuah kebenaran pada rasa yang vital dan sebuah bantuan yang diperuntukkan dan oleh kerena itu hal-hal semacam ini karena menyebabkan kesenangan tidak disebut secara tidak benar sebagai jucunda, juvanda dari bantuan atau penguatan dan perbedaan, gangguan, serangan dari pencegahan dan pengganggu rasa yang vital. keenakan atau kesenangan beberapanya muncul dari indera pada sebuah obyek yang ada itu bisa disebut kesenangan-kesenangan pada indera-kata-kata yang sensual, seperti yang di gunakan oleh hal-hal yang hanya menentang mereka tidak memiliki tempat hingga ada aturan-aturan, semua kesalahan-kesalahan dan kebebasan rasa bersalah pada tubuh sebagaimana juga itu merupakan kesenangn dalam pandangan, pendengaran, bau, rasa, atau sentuhan. Hal lainnya muncul dari harapan-harapan yang menguntungkan dari sudut pandang pada konsentrasi dari hal-hal yang baik itu merupakan indera yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, dan inilah kesenangan pikiran pada seseorang yang menggambarkan konsentrasi-konsentrasi tersebut dan umumnya disebut kenikmatan dalam cara yang sama, ketidak senangan ada dalam indera dan disebut kesakitan, hal lainnya dalam harapan-harapan dari konsentrasi-konsentrasi disebut dengan kesedihan.
Rasa yang kuat yang sederhana ini disebut keinginan, kemauan, cinta, penolakan, benci, kenikmatan dan kesedihan, diharapkan bisa membedakan pertimbangan-pertimbangan yang berbeda disebut  dari orang-orang yang memiliki kesamaan dalam memperoleh apa-apa yang merekan inginkan, kedua kalinya, dari obyek yang di sukai atau dibenci, yang ketiga kalinya, dari pertimbangan dari kebanyakan mereka secara bersamaan yang keempat kalinya, dari serangan kesuksesan itu sendiri.
Tentang sifat (baik) yang biasa disebut  cendikiawan. keberhasilan (sifat baik) pada umumnya dalam, semua bentuk subjek ialah apa-apa yang bernilai bagi kebesaran, dan tergantung dalam perbandingan karena jika semua orang sama, tidak ada yang bisa dihargai dan dengan kebajikan intelektual yang selalu dipahami sebagai kemampuan akal seseorang seperti pujian, nilai, dan keinginan yang seharusnya ada dalam diri merekan sendiri dan biasanya berlanjut di bawah nama pada sebuah I’tikad kebaikan, meski kata I’tikad yang sama juga digunakan untuk membedakan kemampuan tertentu seseorang dari lain-lainnya.
Kebajikan ini ada dua bentuk alamiah dan yang di peroleh (usaha). Dengan alamiah, saya maksud bukanlah yang seseorang memiliki dari kelahirannya karena hal itu bukanlah apa-apa melainkan dari indera, dimana seseorang berbeda sangat sedikit pada sama lain dan dari kejahatan yang kasar luar karena itu bukanlah di gabungkan dari kebajikan, tapi saya mengartikan bahwa I’tikad yang diperoleh dengan hanya menggunakan pengalaman dan tanpan metode, budaya atau petunjuk, I’tikad alamiah ini mengandung dua hal prinsipil. Imaginasi yang seleritas yaitu, kesuksesan yang cepat dan pemikiran seseorang terhadap yang lain-dan petunjuk tetap bagi yang disetujui, disisi lain yang berbeda sebuah imaginasi yang lamban membuat hal itu gagal atau kadang-kadang dengan nama yang lain yang menerangkan kelemahan pada rasa atau kesulitan untuk bergerak.
Dan perbedaan pada kecepatan ini disebabkan oleh perbedaan kesabaran seseorang yang menyukai dan membenci, beberapa pada satu hal, beberapa pada yang lain dan dengan demikian pemikiran seseorang berjalan dalam pada cara, beberapa lainnya, dan yang berpedoman untuk dan mengawasi secara berbeda hal-hal yang lewat melalui imaginasi-imaginasi mereka, dan dalam rangkaian pada pemikiran seseorang tidak terdapat apapun untuk mengamati dalam hal-hal yang mereka pikir tapi apakah dalam apa-apa yang mereka sukai satu sama lain atau dalam apa-apa yang mereka tidak sukai atau apa-apa yang bermanfaat bagi mereka atau bagaimana bermanfaat untuk tujuan mereka…..
Begitu pula itikad yang diperoleh – maksud saya yang diperoleh dengan metode dan petunjuk – tidak ada satu orangpun melainkan akal, yang berdasarkan fungsi yang benar pada ungkapan-ungkapan dan hasil hasil ilmu…
Penyebab perbedaanya itikad ini ada dalam kesabaran, dan perbedaan kesabaran dimulai dari konstitusi yang berbeda dari tubuh dan pada bagian lain dari perbedaan pendidikan, karena jika perbedaan berasal dari sifat pada otak dan organ-organ pada panca indera, baik bagian luar maupun dalam, tidak akan ada sedikit perbedaan pda seseorang dalam pandangan, pendengaran atau indera lainnya ketimbang dalam fantasi-fantasi dan kewaspadaan mereka. Dengan demikian, ia berasal dari kesabaran-kesabaran yang berbeda bukan hanya dari perbedaan kompleksitas seseorang, tapi juga dari perbedaan kebiasaan dan pendidikan mereka.
Kesabaran yang paling menyebabkan perbedaan itikad pada prinsipnya adalah banyak sedikitnya kekuatan keinginan, kekayaan, pengetahuan dan kemuliaan. Semuanya mungkin diturunkan dari sebab Pertama, yaitu kekuatan Keinginan. Karena kekayaan pengetahuan dan kemuliaan adalah merupakan bentuk-bentuk kekuatan.
Dan demikianlah, seseorang tidak memiliki kesabaran yang besar atas hal-hal ini, seperti orang-orang yang dalam istilah tersebut akan berbeda, meskipun mungkin dia terlalu jauh sebagai orang yang baik untuk bebas dari pemberian serangan-serangan, karena mungkin dia tidak dapat memliki baik sebuah fantasia yang besar maupun keputusan yang cukup. Karena pemikiran bagi keinginan adalah sebagai pasukan dan mata-mata, untuk daerah luar dan menemukan jalan pada hal-hal yang diingini, semua ketetapan pada rasa-rasa akal, dan semua kecepatan yang sama, berasal dari yang kemudian; karena apabila tidak memiliki keinginan maka harus mati, begitu pula mempunyai kesabaran yang lemah adalah sebuah kebodohan….

Tentang Hukum Alam yang Pertama dan Kedua…..
            Kebenaran alam, sebgaiamana para penulis biasanya menyebut “jus naturale”, merupakan kebebasan bagi orang yang seharusnya menggunakan kekuatan, sebagaimana keinginannya sendiri, untuk penyelamatan alam yang di milikinya – itu dikatakan – dari kehidupannya – dan secara konsekuensinya pada perbuatan terhdap sesuatu yang ada dalam akal dan keputusannya, yang akan dia yakini untuk menjadi sarana yang paling tepat kesitu.
            Kebebasan dipahami dengan berdasar kepada kepentingan utama dari kata, ketiadaan halangan eksternal; yang mungkin halangan-halangan tersebut merampas bagian dari kekuatan seseorang untuk melakukan apa-apa yang dia maui, tapi tidak dapat menghalanginya dari penggunaan kekuatan dan meninggalkan dirinya dengan mendasarkannya sebagai keputusan dan akal yang akan mendidiknya.
            Sebuah hukum alam (lex naturalis) adalah sebuah aturan umum atau aturan yang ditemukan oleh akal, dengannya seseorang dilarang untuk melakukan hal yang merusak kehidupannya atau merampas sarana-sarana dari ketahanan rasa malu dan menghilangkan apa yang dengannya dia pikir, yang mungkin itu adalah sebagai pemeliharaan yang terbaik. Karena, meskipun mereka yang berbicara tentang subjek ini menggunakan untuk mengacaukan keadilan dan aturan kebenaran dan hukum, karena mereka seharusnya di bedakan; karena kebenaran mengandung kebebasan untuk melakukan atau untuk mengelak, padahal hukum menentukan dan mengikat satu dari mereka; jadi bahwa hukum dan kebenaran berbeda sama halnya antara kewajiban dan kebebasan, yang mana dalam satu dan masalah yang sama adalah tidak tetap….. konsekuensinya itu adalah sebuah perintah/aturan atau aturan umum dari akal. Bahwa setiap orang harus mengusahakan perdamaian, sejauh dia harapkan mampu meraihnya; dan ketika dia tidak dapat mencapainya, bahwa dia boleh mencari dan menggunakan semua bantuan-bantuan dan keuntungan dari perang. Cabang pertama yang darinya aturan mengandung hukum alam yang pertama dan fundamental, yang darinya untuk mencari kedamaian dan mengikutinya. Yang kedua, sejumlah kebenaran tentang alam, yang dengannya semua sarana-sarana tersebut kita bisa pertahankan diri kita sendiri.
            Dari hukum alam yang fundamental ini, dengannya orang-orang diperintah untuk mengusahakan perdamaian, berasal dari aturan yang kedua; bahwa seseorang akan mau ketika yang lainnya juga, sejauh perdamaian dan sebagainya dan ketahanan pada dirinya, maka dia akan mengira hal itu adalah perlu, untuk menempatkan kebenaran pada satu hal. Dan dihadapkan dengan kebebasan melawan semua orang karena dia akan memperbolehkan orang lain melawan dirinya. Karena, semua orang memegang kebenaran ini dalam melakukan hal yang dia sukai, selama itu pula orang-orang berada dalam keadaan perang. Tapi jika orang lain tidak menempatkan kebenaran sebaik dia, kemudian tidak ada akal lagi bagi seseorangpun untuk membedakan dirinya pada dirinya sendiri, yang karenanya itu mengekspos dirinya untuk berdoa, yang mana tak seorangpun ditalikan, lebih dari pda mengatur dirinya untuk berdamai. Inilah hukum pada sebuah kesucian (injil); apapun yang kau butuhkan yang orang lain harus melakukan untukmu, itulah yang kamu lakukan untuk mereka.

Skinner
Di Luar Kebebasan dan Martabat
Skinner adalah seorang yang berlairan behaviorisme yang paling penting, yang masih hidup hingga saat ini. Mengikuti jejak pendahulunya seperti Paulov dan Watson, dia membangun seubah ilmu behavior (tingkah laku) yang berdasarkan ………
Berhubung, kebanyakan karyanya didasarkan pada percobaan-percobaan laboratorium, dia juga telah mendiskusikan konsekuensi sosial dan politis tentang teorinya. Dalam pilihan beikutnya, Skinner menentang dugaan-dugaan yang mendasar tentang kebebasan dan martabat pada manusia, pandangan-pandangan itu sering didukung dengan filsafat yang beraneka ragam. Dia mengklaim bahwa dugaan tersebut bisa menjadi berbahaya: secara sosial, utamanya dugaan-dugaan permisif yang dimenangkan oleh sekolah-sekolah pemikiran filosofis dan edukatif. Pada saat yang sama, penolakannya tentang hal permisif tidaklah mengakibatkan paksaan untuk hukuman. Malahan, dia menentang kontrol yang berdasar pada prinsip teknologi behavior.
            Mereka yang memenangkan kebebasan dan martabat pasti tidaklah menyatakan diri mereka sendiri untuk menghukum aturan-aturan, tapi mereka beralih pada alternatif dengan malu-malu dan ketidak beranian. Perhatian mereka atas orang-orang Swatantra menetapkan mereka untuk hanya ukuran-ukuran yang tidak efektif, yang beberapanya kita bisa uji sekarang…
            Sebuah metode behavior yang membatasi tanpa menampakkan dan tanpa memaksakan kontrol yang dihadirkan oleh metafora Socrates pada bidang perbidanan; seseorang yang membantu lainya memberi kelahiran dalam prinsip behavior. Karena bidan bermain tidak dalam satu bagian dalam konsepsi dan hanya sebuah bagian kecil bagi proses kelahiran, orang yang memberi kelahiran pada tingkah laku bisa mengambil masukan penuh darinya. Socrates mendemonstrasikan seni pada perbidanan atau maieutis dalam pendidikan. Dia cenderung lebih suka menunjukkan bagaimana sebuah budak laki-laki yang tak berpendidikan bisa diarahkan untuk membuktikan teorema Pythagoras untuk menggandakan kuadrat. Anak tersebut menuju pada langkah-langkah dalam pembuktian dan Socrates mengklaim bahwa dia melakukan hal tersebut tanpa di beritahu – dengan kata lain, bahwa dia “tahu” teorema tersebut dalam beberapa indera yang meliputi semuanya. Socrates senang bahwa pengetahuan biasa bahkan bisa digambarkan dengan cara yang sama karena jiwa tahu kebenaran hanya untuk ditujukan untuk yang ia ketahui. Episode tersebut sering dikutip jika itu relevan dengan praktek pendidikan moderen.
            Kecerdasan, pengobatan dan perbidanan yang baik hampir lebih mudah dibandingkan dengan control menghukum, karena itu menuntut lebih keahlian pada hal pokok dan berkonsentrasi pada perhatian. Tapi itu juga mempunyai keuntungan sendiri. Itu nampak memberi sebuah kekuatan asing dalam praktisioner. Seperti sebuah kekuatan kabalistik pada petunjuk-petunjuk dan kiasan-kiasan. Ia mencapai hasil yang nampaknya di luar ukuran yang dikerjakan. Masukan yang jelas pada individu tidaklah berkurang. Dia diberi kredit khusus untuk mengetahui sebelum dia mmepelajari untuk memiliki di dalam dirinya benih-benih kesehatan jiwa yang baik, dan untuk menjadi seorang yang bisa masuk dalam komunikasi dengan Tuhan. Sebuah keuntungan yang penting ialah bahwa praktisioner (dokter umum) menghindari tanggung jawab. Hanya saja itu bukanlah kesalahan bidan jika bayi lahir mati atau cacat, maka seorang guru dibebaskan dari kesalahan jika murid-murid gagal, juga para psikiater tatkala pasiennya tidak mampu memecahkan masalah, dan para pemimpin mistik keagamaan ketika para pengikutnya lebih buruk.
            Praktisi-praktisi maieutis memiliki tempat sendiri. Hanya seberapa banyak guru yang seharusnya memberi murid bantuan sebagaimana dia mendapatkan bentuk-bentuk baru tentang behavior yang merupakan sebuah pertanyaan yang sulit. Guru seharusnya menunggu murid untuk merespon ketimbang lebih terburu-buru untuk memberi tahunya tentang apa-apa yang harus di lakukan atau diucapkan. Sebagaimana yang dikatakan Comenius bahwa, semakin banyak guru mengajari, semakin sedikit yang murid pelajari. Dalam hal umum, kita tidak suka untuk dikatai apakah kita sudah tahu atau apa-apa yang kita sukai ketimbang pemahaman yang baik atau hasil yang bagus. Kita tidak membaca buku jika kita sudah akrab dengan materi tersebut atau jika itu seluruhnya tidak akrab yang sepertinya untuk diingat juga. Kita membaca buku yang membantu kita berbatasan pada setiap cara mengucap tapi tidak dapat sedikit berkata tanpa bantuan. Kita mengerti formulasi apa yang kita pahami sebelum dia di letakan ke dalam kata-kata. Ada persamaan keuntungan untuk pasien dalam psikioterapi praktisi-praktisi maieutis yang ternyata juga membantu, karena mereka menggunakan kontrol yang lebih banyak ketimbang hal yang biasanya berpengatahuan dan beberapa darinya mungkin bisa berharga.
            Keuntungan ini, bagaimanapun juga, adalah jauh dekatnya dari klaim yang dibuat. Budak laki-laki Socrates tidak mempelajari suatu apapun; tidak ada bukti apapun bahwa dia telah belajar teorema dengan dirinya sendiri. Dan itu adalah benar pada maieutik sama pada permisif bahwa hasil-hasil positif harus dihargai ke kedalam kontrol-kontrol yang tidak berpengetahuan pada bentuk-bentuk lainnya. Jika pasien menemukan sebuah solusi tanpa bantuan dari psikiaternya, itu karena dia telah di ekspos ke dalam sebuah lingkungan yang membantu satu sama lain.
            Metafora lainnya yang berhubungan dengan praktek-praktek yang lemah ialah hortikultura (ilmu perkebunan). Behavior yang ada dalam seseorang yang terlahir tumbuh, dan itu diarahkan atau dilatih, seperti tanaman yang tumbuh itu dilatih. Behavior bisa di “tanam”.
            Kiasan tersebut utamanya di rumah, dalam sebuah pendidikan. Sebuah sekolah untuk anak-anak kecil di sebut Taman Anak, atau Taman Kanak-kanak (TK). Behavior anak berkembang sampai dia mencapai kedewasaan. Seorang guru boleh mempercepat proses itu atau mengalihkannya kedalam arah perbedaan yang minimum, tapi – dalam bagian-bagian klasik – dia tidak dapat mengajari, dia hanya bisa membantu murid belajar. Kiasan tentang petunjuk juga sudah umum dalam psikioterapi. Freud berpendapat bahwa seseorang harus melalui beberapa tahapan perkembangan, dan jika pasien tersebut telah “dirasakan”pada tahapan yang diberikan, seorang psikiater harus membantunya melepaskan masalah dan memajukannya. Pemerintah mengikutsertakan pendidikan – contohnya, ketika mereka menggali pertumbuhan industri melalui pembebasan pajak atau menyediakan sebuah “iklim” yang disenangi ide peningkatan hubungan-hubungan antar ras.
            Bimbingan tidaklah permisif tapi itu biasanya lebih mudah dari perbidanan, dan ia mmpunyai beberapa keuntungan. Seseorang yang hanya membimbing sebuah perkembangan alamiah tidak dapat dengan mudah dituduh dalam mencoba kontrol tersebut. Pertumbuhan ada sebagai pencapaian dari individu-individu, menyaksikan kebebasan dan kesejahteraannya, “kecondongan-kecondongannya”, dan sebagai tukang kebun tidak bertanggung jawab atas bentuk mutlak dari apa-apa yang tumbuh, maka seseorang yang hanya membimbing dibebaskan tatkala benda-benda tersebut tumbuh tidak normal.
            Bagaimanapun, sebuah bimbingan efektif hanya untuk mengusahakan kontrol yang di gunakan. Bimbingan bisa untuk membuka kesempatan-kesempatan baru atau menghalangi pertumbuhan dalam petunjuk-petunjuk tertentu. Untuk mengatur sebuah kesempatan bukanlah sebuah perbuatan yang sangat positif, tapi itu melainkan hanya sebuah bentuk kontrol jika ia meningkatkan kemungkinan bahwa behavior akan dieliminasi. Guru yang hanya memiliki materi untuk dipelajari anak-anak atau para psikiater yang hanya memberi pilihan pekerjaan yang berbeda atau mengganti latar belakang telah menggunakan kontrol, meskipun itu mungkin sulit untuk dideteksi.
            kontrol yang lebih jelas ketika pertumbuhan atau perkembangan di pelihara. Sensorif menghalangi akses pada materi yang dibutuhkan untuk perkembangan dalam sebuah petunjuk yang diberikan; itu dekat dengan kesempatan. De Tecquivelle melihat ini di Amerika dalam kesehariaanya: “keinginan seseorang tidaklah di keraskan, tapi dilembutkan, diikat dan di arahkan … perbuatan, tapi mereka merasa secara constant ditahan dari perbuatan.” Seperti yang dikatakan Ralph Barton “siapapun menentukan pilihan-pilihan apa yang akan memaksa tahu pada kontrol-kontrol seseorang atas apa-apa yang akan dipilih seseorang darinya”. Dia menghilangkan kebebasan alam ukuran seperti dia menunda untuk mengakses gagasan-gagasan apapun, atau dibatasi pada wilayah apapun dari gagasan yang pendek dari totalitas yang relevan dengan kemungkinan-kemungkinan karena “menghilangkan kebebasan” disebut “dikontrol”.
            Bukanlah hal yang berharga yang meragukan untuk menciptakan sebuah lingkungan yang didalamnya seseorang mendapatkan behavior yang efektif dan rapi serta terus berkarakter/ bertingkah laku secara efektif. Dalam membangun lingkungan tersebut kita boleh menghilangkan gangguan-gangguan dan membuka kesempatan-kesempatan, dan ini adalah petunjuk kunci dalam kiasan pada bimbingan atau pertumbuhan atau perkembangan; karena itu adalah kemungkinan-kemungkinan yang kita atur, ketimbang keterbukaan pada beberapa bentuk ketetapan, yang merupakan tanggung jawab untuk perubahan-perubahan yang diamati.
            J.J. Rousseau mewaspadai bahaya dari kontrol social, dan dia berpendapat itu mungkin untuk menghindari mereka dengan membuat seseorang yang bergantung tidak pada orang tapi benda-benda. Dalam Emile dia menunjukan bagaimana seseorang anak bisa belajar tentang hal-hal dari itu sendiri lebih dari buku-buku. Dia menggambarkan hal-hal praktis masih umum, secara luas karena tekanan-tekanan John Dewey dalam kehidupan nyata didalam kelas.
            Salah satu manfaat bergantung pada sesuatu lebih dari pada bergantung pada orang lain ialah bahwa waktu dan energi pada orang lain tersebut terpelihara. Anak-anak yang harus diingatkan bahwa ada waktu untuk pergi ke sekolah itu tergantung pada orang tuanya, tapi anak yang telah belajar untuk merespon jam dan sifat temporal lainnya tentang dunia disekitarnya (bukan untuk “indera pada waktu”) merupakan ketergantungan pd sesuatu, dan dia membuat lebih sedikit tuntutan kepada orang tuanya.
            Manfaat penting lainnya dari menjadi bergantung dalam sesuatu ialah bahwa kemungkinan-kemungkinan yang melibatkan hal-hal lebih berharga dan bentuknya lebih berguna ketimbang kemungkinan-kemungkinan dengan orang lain. Sifat-sifat temporal pada lingkungan adalah lebih meresap dan lebih pokok dari pada rentetan pengingat. Seorang yang memiliki behavior dalam mengemudi mobil yang dikondisikan dengan respon pada mobil, berjalan lebih ahli ketimbang orang yang mengikuti petunjuk…..tapi hal-hal tersebut tidak mudah mengambil kontrol. Prosedur yang digambarkan Rosseau tidak simpel dan itu sering tidak berjalan. Kemungkinan-kemungkinan yang kompleks melibatkan hal-hal (yang termasuk orang yang bersikap tidak berniat) bisa tak tertolong, memiliki sangat sedikit efek dalam sebuah individu dalam masa hidupnya – sebuah bukti penting yang besar untuk alasan-alasan tersebut bukti yang penting yang besar untuk alasan-alasan tersebut akan kita tambahkan kemudian. Kita juga harus mengingat baha kontrol dilatih dengan hal-hal yang mungkin menjadi bersifat merusak. Dunia pada hal-hal yang bisa menjadi lazim. Kemungkinan-kemungkinan alamiah mengajak orang untuk bersikap takhayul, menanggung bahaya yang lebih dan lebih besar, bekerja tanpa guna dalam kelelahan dan sebagainya. Hanya alat pengendali diguanakan oleh lingkungan sosial yang menawarkan proteksi terhadap akibat tersebut.
            Ketergantungan pada satu hal bukanlah kebebasan. Anak yang tidak butuh dikatai bahwa ini adalah waktu untuk ke sekolah telah masuk dalam kontrol hal yang lebih pokok dan lebih berguan sebagai pendorong. Anak yang telah blajar berbicara dan bersikap bersama orang-orang berada di bawah kendali pada kemungkinan-kemungkinan sosial. Orang yang bisa bekerjasama dengan baik di bawah kemungkinan-kemungkinan yang ringan pada persetujuan dan ketidak setujuan dikontrol secara efektif (dan dalam banyak cara lebih efektif daripada) oleh warga Negara seperti polisi Negara. Kekolotan mengontrol melalui pendirian aturan-aturan, tapi hal-hal mistik tidaklah bebas karena kemungkinan-kemungkinan yang telah menajamkan behaviornya yang lebih bersifat personal atau istimewa. Mereka yang bekerja secara produktif karena penguatan nilai pada apa-apa yang mereka produksi tersebut yang lebih produktif dan kuat. Mereka yang belajar dalam lingkungan alamiah berada dibawah sebuah bentuk pada kendali sama kuatnya dengan kontrol apapun yang diguanakan oleh seorang guru.
            Seseorang sesungguhnya tidak pernah menjadi percaya diri, meskipun dia cocok dengan baik terhadap sesuatu, dia perlu bergantung pada apa-apa yang seseorang telah ajarkan kepadanya untuk di kerjakan. Mereka telah memilih hal-hal yang dia gantungkan dan tentukan  jenis tingkatan pada ketergantungan (mereka tidak dapat, lebih dari itu, menyangkal tanggung jawab atas hasil-hasil tersebut).
            Adalah hal yang mengejutkan bahwa mereka yang menjadi objek manipulasi pada behavior tidak sekalipun membuat usaha-usaha yang paling giat dan hebat untuk memanipulasi pikiran. Buktinya, kebebasan dan martabat diancam hanya ketika behavior diganti dengan perubahan lingkungan secara fisik. Itu tidaklah nampak terancam ketika wilayah akal berkata untuk menjadi tanggung jawab atas hal-hal yang dirubah, agaknya karena orang-orang Swatantra memiliki kekuatan yang hebat yang membuat mereka mampu untuk menolak atau menentang.
            Keyakinan, kesukaan, persepsi, kebutuhan, tujuan dan opini-opini merupakan hal lain yang dimiliki orang Swatantra yang dikatakan untuk merubah ketika pikiran-pikiran berubah. Apa-apa yang dirubah pada tiap kasus adalah kemungkinan dari perbuatan. Keyakinan seseorang bahwa sebuah lantai akan memegangnya ketika dia aberjalan melewatinya bergantung atas pengalaman masa lalunya. Jika dia telah berjalan melewatinya tanpa kejadian berulang-ulang, dia akan siap-siap melakukannya lagi, dan behaviornya tidak akan menciptakan jenis dorongan afersif yang dirasa sebagai kegalauan. Dia mungkin mencatat bahwa dia memiliki “keyakinan” dalam soliditas dari lantai atau “kepercayaan” bahwa itu akan memegangnya, tapi jenis pada hal-hal yang dirasai sebagai keyakinan atau kepercayaan bukanlah ketetapan dari akal; mereka ada dengan produk terbaik pada behavior dalam hubungannya dengan kejadian-kejadian yang mendahului, dan mereka tidak menjelaskan mengapa seseorang berjalan seperti yang dia lakukan.
            Kita membangun “keyakinan” ketika kita meningkatkan probabilitas pada perbuatan dengan mendorong behavior. Ketika kita membangun kepercayaan seseorang bahwa sebuah lantai akan memegangnya dengan membujuknya untuk berjalan diatasnya, kita mungkin tidak bisa dikatakan merubah keyakinan, tapi kita melakukan itu dalam rasa panca indera yang mendasar ketika kita memberikannya jaminan verbal bahwa lantai itu solid, menunjukan kesolidannya dengan berjalan diatasnya atau menjelaskan keadaan atau strukturnya. Perbedaanya hanyala pada kejelasan dari ukuran-ukuran tersebut. Perubahan yang terjadi seperti seorang “mempelajari lantai yang dipercaya” dengan berjalan diatasnya, atau “ketika dia” di yakinkan dengan “jaminan” bahwa lantai tersebut akan memegangnya bergantung pada pengalaman masa lalunya yang tidak lama membuat sebuah masukan yang jelas. Contohnya, seseorang yang berjalan diatas permukaan yang sepertinya untuk membedakan kesolidan mereka (contoh; danau beku) dengan cepat membuat sebuah diskriminasi antara permukaan yang mana orang lain berjalan penuh kepercayaan diri untuk pertama kali, kedua kali dan seterusnya.
Pandangan pada seseorang berjalan diatur sebuah kepastian /jaminan bahawa ilmuwan yang merubahnya dari kelas yang kedua ke kelas yang pertama sejarah ini, dimana selama diskriminasi dibentuk, mungkin telah dilupakan dan akibatnya kemudian nampak melibatkan peristiwa dari dalam yang di sebut perubahan pikiran.
            Perubahan dalam kesukaan, persepsi, kebutuhan, tujuan, ketinggian, pendapat dan sifat-sifat lain pada pikiran bisa dianalaisa denagn cara yang sama – kita merubah cara seorang sahabat melihat pada suatu benda, sama halnya apa yang dia lihat ketika dia melihat, dengan merubah kemungkinan-kemungkinan; kita tidak merubah sesuatu yang disebut persepsi. Kita merubah kekuatan yang berhubungan pada respon-respon dengan penguatan yang berbeda dari kelas-kelas alternatif dari sebuah perbuatan; kita tidak merubah sesuatu yang disebut sebuah kesukaan. Kita merubah probabilitas dari sebuah perbuatan dengan merubah kehilangan kondisi atau rangsangan yang bertentangan. Ktia tidak merubah kebutuhan, kita menguatkan behavior denan cara-cara tertentu; kita tidak memberikan seseorang sebuah tujuan atau perhatian. Kita merubah behavior menuju sesuatu, tidak sebuah sikap kepadanya. Kita mencontohkan dan mengganti behavior verbal bukan gagasan-gagasan.
            Cara yang lain untuk merubah sebuah pemikiran ialah dengan menunjuk pada alasan-alasan mengapa seseorang seharusnya bersikap dengan sebuah jalan yang diberikan, dan alasan-alasan yang hampir selalu berakibat hal yang mungkin menjadi ketergantungan dalam behavior. Biarkan kita berkata bahwa seorang anak yang sedang menggunakan sebuah pisau berada dalam cara yang berbahaya. Kita bisa menghindari masalah dengan lingkungan yang lebih aman – dengan merampas pisaunya atau memberinya sesuatu yang lebih aman – tapi hal itu tidak akan menyiapkan baginya sebuah dunia dengan pisau-pisau yang tidak aman. Tinggalkan sendiri, dia boleh belajar menggunakan pisau dengan semestinya dengan memotong dirinya sendiri tatkala dia menggunakannya secara tidak semestinya, kita boleh membantu denan memasukkan sedikit bentuk yang membahayakan dari hukuman – menamparnya, contohnya, atau mungkin sedikit mempermalukannya ketika dia menggunakan pisau dengan cara yang salah, kita boleh mengatainya bahwa beberapa kegunaan yang baik dan buruk “buruk!” dan “bagus!” telah dikondisikan sebgai hal penguat positif dan negatif. Dengan harapan, lebih jauh lagi, bahwa semua metode ini telah tidak dikehendaki oleh hasil-hasil, semacam sebuah perubahan dalam hubungannya dengan kita, dan karena itu memutuskan untuk menarik kedalam “akal”
            Kita menjelaskan kemungkian-kemungkinan, menunjukan apa-apa yang terjadi ketika seseorang menggunakan sebuah pisau dalam sebuah cara dan cara yang lain. Kita boleh menunjukkannya bagaimana aturan-aturan bisa diusahakan dari kemungkinan-kemungkinan (kamu seharusnya tidak pernah memotong untuk dirimu sendiri). Sebagai sebuah hasil kita bisa memasukkan anak yang menggunakan pisau dengan benar akan mungkin dikatakan bahwa kita telah membagi sebuah pengetahuan dari kegunaan yang semestinya. Tapi kita telah mengambil keuntungan dari suatu kesepakatan besar dari keadaan utama dengan tanggapan-tanggapan pada petunjuk-petunjuk, arah dan stimulus verbal lainnya, yang dengan mudah terlupakan, dan masukan mereka kemudian bisa dicirikan kedalam orang Swatantra. Sebuah bentuk yang masih kompleks dari pendapat yang harus dikerjakan dengan mengambil alasan-alasan yang baru dari yang lama, proses deduksi yang bergantung pada sejumlah sejarah verbal yang lebih lama dan utamanya mungkin disebut prubahan sebuah akal(pikiran).
            Cara-cara pada perubahan behavior dengan perubahan akal yang sering dimaafkan manakala mereka benar-benar efektif, meskipun itu masih berupa sebuah pemikiran yang telah berubah secara terpisah. Kita tidak memaafkan perubahan akal apabila hal-hal yang mengikuti tidaklah cocok sama sekali. Yaitu “pengaruh yang tak pantas” tidak pula kita memaafkan perubahan pikiran yang diam-diam. Jika seseorang tidak dapat melihat apa-apa yang menjadi pengganti pada pikiran lakukan, diad tidak dapat lari atau menyerang balik; dia menjadi tersingkap ke dalam “propaganda”. “pencucuian otak” diharamkan oleh mereka yang mengampuni penggantian pada akal (pikiran) dengan sederhana karena kontrol tersebut adalah benar. Sebuah teknik umum harus membangun sebuah keadaan afersif yang kuat, semacam rasa lapar atau kurang tidur dan dengan meredakan atau menguranginya, untuk menguatkan behavior yang “menunjukan sebuah sikap yang positif” kedalam sebuah system politis atau religius. Sebuah “pendapat” yang baik dan menguntungkan harus dibentuk dengan sederhana dengan pernyataan yang baik dan menguntungkan. Prosedur ini mungkin tidak benar bagi mereka yang mana itu diguanakn, tapi itu sangat benar bagi yang lain untuk menerima sebagai sebuah cara yang dibolehkan daolam penggantian akal (pikiran).
            Ilusi tentang kebebasan dan martabat dihormati tatkala kontrol yang nampak tidak lengkap muncul dalam bagian bentuk probabilistic alamiah dari behavior yang bekerja. Jarang ada kondisi lingkungan yang “mendatangkan” behavior dalam semua atau bukan bentuk juga apapun dalam sebuah reflek. Sebuah petunjuk dengan sendirinya tidak akan cukup membangkitkan sebuah respon, tapi ia menambah kekuatan pada sebuah respon yang lemah yang kemudian mungkin timbul. Sebuah petunjuk sangat mencolok mata, tapi kejadian-kejadian lainnya bertanggung jawab atas penampakan dari respon atau tidak.
            Seperti hal-hal yang permisif, maieutik, bimbingan dan pendirian sebuah ketergantungan atas sesuatu yang merubah akal pikiran dimaafkan oleh para barisan pembela pada kebebasan dan martabat. Karena itu adalah sebuah cara yang efektif dari perubahan behavior, dan pengganti dari pikiran selanjutnya bisa lebih dari tanggung jawab dari orang-orang yang dia kendalikan. Dia juga dibebaskan dari tuduhan ketika hal-hal tersebut berlanjut salah. Orang Swatantra berjuang untuk memasukkan pencapain-pencapainnya an menyalahkan atas kesalahan-kesalahannya.
            Kebebasan dan martabat pada orang-orang Swatantra perlu dipelihara ketika hanya sebuah bentuk yang lemah dari kontrol yang non afersif digunakan, merekalah yang menggunakan hal-hal tersebut yang nampaknya untuk mempertahankan diri mereka terhadap tuduhan bahwa mereka sedang berusaha mengendalikan behavior, dan mereka dibebaskan dari tuduhan ketika hal-hal tersebut tidak benar. Permisif adalah ketiadaan kendali, dan itu muncul untuk mengarahkan kepada hasil-hasil yang diinginkan, itu hanyalah sebab pada kemungkinan-kemungkinan yang lain. Maieutik atau seni perbidanan perlu meninggalkan behavior untuk mengambil atau memasukkan hal hal yang telah memberi kelahiran baginya dan bimbingan kepada prkembangan mereka yang sedang berkembang. Campur tangan manusia perlu dikecilkan ketimbang atas orang-orang yang lain. Cara-cara yang berbeda dari perubahan behavior dengan merubah pemikiran tidaklah dimaafkan karena secara kasar telah dipraktekan oleh barisan pembela kebebasan dan martabat. Ada sebuah kesepakatan yang baik untuk di ucapkan guna memperkecil kontrol tertentu pada orang lain, tapi ukuran-ukuran lainnya masih tetap berlaku. Seseorang yang merespon dengan cara-cara yang diterima terhadap sebuah bentuk yang lemah dari kontrol-kontrol, mungkin telah diganti dengan kemungkinan-kemungkinan yang beroperasi tidak lama. Dengan menolak dan mengenal mereka, pembela kebebasan dan martabat menggali praktek-praktek pengendali yang tidak berguna dan menghalangi kemajuan menuju sebuah teknologi behavior yang lebih efektif.