Translate

realisme pendidikan


REALISME DAN PENDIDIKAN
Seperti idealisme, Realisme merupakan salah satu filsafat tertua di budaya Barat dan sudah ada paling tidak pada masa permulaan bangsa Yunani kuno. Karena masa yang terhormat itulah, realisme mempunyai sekumpulan (sejenis) pembicara/jubir dan penafsiran-penafsiran. Pada dasarnya, ada beberapa jenis tingkatan realisme dari klasik dan realisme keagamaan ke ilmiah, natural, dan realisme rasional. Karena variasi-variasi kesatuan yang membingungkan inilah, ia nampak paling masuk akal/layak untuk mendekatkan filsafat ini dari benang-benang umum yang terjalin sepanjang sejarahnya.
Mungkin, benang yang paling sentral dari realisme ialah apa mungkin disebut sebagai prinsip atau tesis dari kebebasan. Dalam keberadaanya, tesis ini berpegang pada yang nyata, pengetahuan dan nilai kebebasan yang ada pada pemikiran manusia. Dengan kata lain, realisme menolak dugaan/gagasan idealis yang hanya berpegang pada ide-ide dan kenyataan. Realis menegaskan, sebagai bukti, bahwa tongkat-tongkat yang sesungguhnya, batu-batu dan pepohonan di alam raya ini ada tergantung bagaimana persepsi akal manusia menentukan apakah mereka ada atau tidak. Dalam sebuah pengertian kita boleh mengatakan bahwa bagi orang-orang realisme, materi adalah nyata. Apa yang penting ialah bahwa materi adalah sebuah contoh yang jelas dari sebuah kenyataan yang bebas. Untuk memahami filosofi yang rumit ini, kita perlu menguji perkembanganya dari masa klasik, bagaimana ia ditransformasikan dengan revolusi ilmiah dan apa dia pada masa sekarang.

TRADISI KLASIK
Realisme menurut pengikut Aristoteles
Aristoteles (384-322 SM)
Plato percaya bahwa materi tidak mempunyai akhir realitas dan bahwa kita seharusnya memperhatikan diri kita sendiri dengan ide-ide. Adalah seorang murid Plato yaitu Aristoteles, lebih lanjut, telah mengembangkan gagasan bahwa sementara gagasan-gagasan mungkin penting bagi diri mereka sendiri, pembelajaran yang utama tentang materi mengantarkan kita pada gagasan-gagasan yang jelas yang lebih baik. Aristoteles belajar dan mengajar di Akademi milik plato kurang lebih selama dua puluh tahun kemudian dia membuka sekolah sendiri, Lysium. Perbedaannya denga plato dikembangkan secara teratur dan dalam penghormatan yang tinggi dia tidak pernah keluar dari bawah pengaruh pemikiran Plato.
Menurut Aristoteles, gagasan-gagasan (atau bentuk-bentuk), seperti ide tentang Tuhan atau ide-ide tentang sebuah pohon bisa ada walaupun tanpa materi, tapi tidak ada materi yang ada tanpa bentuk. Setiap bagian dari materi memiliki baik sebuah sifat penting/tertentu yang menyuluruh. Sifat penting dari sebuah biji pohon, sebagai contoh, merupakan hal-hal yang penting bagi biji dan itulah perbedaan biji dari semua biji yang lain. Sifat-sifat ini termasuk ukuranya, bentuk, berat dan warna. Tidak ada biji  yang serupa sama sekali, jadi kita bisa mengatakan bahwa beberapa sifat penting dari suatu biji sebagaimana perbedaan yang mendasar dari hal hal pada semua biji yang lain. Hal ini bisa disebut dengan “bebijian” dan itu adalah hal yang universal dengan semua biji yang lain. Mungkin hal ini bisa dipahami lebih baik dengan mengembalikan pada manusia pada poin ini. Orang, juga, berbeda dalam sifat-sifat tertentu mereka. Mereka memiliki perbedaan bentuk dan ukuran, dan tak ada dua orangpun yang sama persis. Karena semua manusia sesungguhnya berpegang pada sesuatu yang universal, dan ini bisa disebut dengan “kemanusiaan” mereka. Baik kemanusiaan dan bebijian adalah realitas dan mereka ada secara bebas dan dihargai bagi satu jenis sifat manusia atau biji apapun.  Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa bentuk-bentuk (universal, gagasan, atau esensi) adalah aspek-aspek non-material dari masing-masing objek materi tertentu yang menghubungkan pada semua objek-objek penting lainnya dari kelas tersebut.  Berpikir pada non-material mungkin kita bisa sampai padanya dengan menguji objek-objek material yang ada dalam diri mereka sendiri, terbebas dari kita. Aristoteles berkeyakinan kita harus banyak terlibat dalam mempelajari dan memahami ralitas pada benda-benda itu semua. Memang, dia setuju dengan Plato dalam posisinya. Bagaimanapun juga mereka berbeda, dalam hal tadi Aristoteles merasa seseorang bisa mendapatkan suatu bentuk dari pembelajaran benda-benda materi tertentu, dan Plato yakin bentuk bisa dicapai hanya dengan melalui beberapa jenis alasan yang dialektis.
Aristoteles menentang bahwa bentuk adalah benda, sifat universal dari suatu objek (benda), berada tetap dan tidak pernah berubah padahal komponen-komponen penting sungguh (bisa) berubah. Sel dalam suatu biji mungkin tidak bisa dipadukan dan sebuah biji mungkin bisa dihancurkan, tapi bentuk dari semua biji-bijian atau bebijian tetap. Dalam istilah pada manusia lagi, meskipun person individu mati, kemanusiaannya tetap ada. Bahkan jika semua manusia harus mati, kemanusiaan akan tetap ada, sebagaimana halnya konsep perputaran akan ada bahkan jika keberadaan lingkaran materi dihancurkan. Jika kita melihat pada istilah ini pada perkembangan manusia, kita dapat  melihat bahwa seperti anak, masing-masing individu memiliki karakteristik tertentu dari kekanakan. Karena mereka tumbuh, lebih lanjut, badan mereka berubah dan mereka memasuki pada masa pertumbuhan yang disebut dengan masa adolesen (remaja); kemudian mereka menjadi dewasa. Sifat kemanusiaan tetap bahkan meskipun proses pertumbuhan pada individu tersebut berubah berapa kali. Dengan demikian, bentuk tetap konstan sedangkan sifat materi berubah. Aristotels dan Plato menyetujui pada poin bahwa bentuk konstan dan materi selalu berubah. Tapi Aristoteles meyakini bentuk ada dalam materi tertentu dan bahkan motivasi kekutan pada materi tersebut. Dengan tanda yang sama, filosuf modern yaitu Henri Bergson berbicara tentang sebuah hal mendasar atau prinsip dasar bahwa setiap objek memilikit dan mengarahkanya pada istilah yang memenuhi/mengisi tujuanya. Ini bisa dilihat dalah perkembangan yang benar pada sebuah biji yang mengisi tujuannya dalam menjadi sebuah pohon. Ia harus mengambil sejumlah sinar matahari dan air yang cukup, ia harus membentuk akarnya semakin dalam dan ia harus menerima makanan denan cara yang pas/tepat. Masing-masing objek, Aristoteles berpikir, memiliki sebuah “jiwa” yang sempit yang mengarahkannya dalam jalan yang tepat.
Aristoteles adalah seorang ilmuan dan filosuf dan dia mempercayai bahwa meskipun kita boleh memisahkan sains dan filsafat sesuai dengan coraknya, masih ada sebuah hubungan antara mereka yang mana pembelajaran pada salah satunya membantu kita dalam mempelajari yang lain. Sebagai contoh, dengan mempelajari aspek-aspek materi dari sebuah biji- selnya, warnanya dan juga seterusnya- kita seharusnya dihantarkan lebih dalam memuju sebuah kontemplasi(pemikiran) tentang apa sesungguhnya biji itu sendiri, esensinya dan bentuknya. Tentu saja, sejumlah keputusan bergantung dalam mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan yang benar. Ada beberapa pertanyaan ilmiah dan pertanyaan filosofis dan mereka saling menyalip/mendahului. Jika kita pergi kepantai dan mengambil kerang, kita bisa mempertanyakan diri kita sendiri banyak pertanyaan ilmiah tentang kerang tersebut. Tersusun dari apakah ia? Berapa lamakah ia ada? Apa yang hidup di dalamnya? Berapa beratnya? Ada banyak pertanyaan semacam ini dan jawaban mereka cukup tentang kerang tersebut, tapi kita akan sedang mempertanyakan hanya tentang aspek-aspek sifat psikis. Kita juga bisa mempertanyaan jenis pertanyaan yang lain. Apa arti kerang? Siapa yang menciptakan nama itu? Apa tujuannya? Jenis-jenis pertanyaan ini berdasarkan filosofis, meskipun mereka bisa dibawa keluar dengan penyelidikan-penyelidikan ilmiah. Hal ini telah ditunjukan, sebagai contoh, pada pada jurnal tahuna The Bulletin of Atomic Physicists yang menjadi lebih berorientasi filosofi. Ini akan mendorong klaim Aristoteles baha semakin dalam kita masuk ke dalam materi maka kita akan semakin dihantarkan pada filsafat.
Pertanyaan-pertanyaan yang paling penting kita bisa mempertanyakan tentang benda-benda yang menghubungkan pada tujuan-tujuan mereka. Aristoteles merasa bahwa setiap benda memiliki sebuah tujuan dan fungsi/kegunaan. Apakah fungsi/tujuan adanya ikan? Jika kita mengujinya secara hati-hati kita mungkin mengatakan bahwa tujuannya ialah untuk berenang. Fungsi dari burung adalah untuk terbang. Apa, pemikiran, yang menjadi tujuan kemanusiaan? Aristoteles meyakinin bahwa karena manusia adalah hanya ciptaan yang diberi kemampuan untuk berpikir, tujuan mereka adalah untuk mengguanakan kemampuan ini. Dengan demikian, kita mencapai tujuan kita yang benar ketika kita berpikir dan kita terus melawan ini ketika kita tidak berpikir atau ketika kita tidak berpikir secara cerdas.
Menurut Aristoteles, ada desain/rancangan dan perintah/atuarn dalam alam semesta ini, bagi setiap hal yang terjadi dalam sebuah cara yang teratur. Sebuah biji menjadi sebuah batang pohon dan bukan sejenis pohon. Seekor anak kucing menjadi kucing bukan anjing. Kita bisa memahami alam semesta dengan mempelajari istilah dari tujuan-tujuanya. Dengan demikian, apapun yang terjadi bisa dijelaskan menurut tujuannya. Biji mengikuti pada tujuannya dan seekor anak kucing memiliki tujuanyan pula. Dengan mengembalikan pada manusia, kita telah melihat bahwa tujuan kita ialah untuk berpikir, tapi kita mengakui kita bisa menolak untuk berpikir atau berpikir secara bodoh. Kita bisa menghindari pemikiran dengan tidak memperhatikan, dengan menyalah arahkan pemikiran kita, atau atau dengan selain pemikiran yang subversif. Aristoteles meyakini baha kita bisa menolak untuk berpikir dan oleh karena itu terus menentang desain pada alam semesta ini dan alasan bagi penciptaan kita; dengan demikian kita memiliki keinginan yang bebas. Ketika kita terus melawan tujuan ini, lebih lanjut lagi, kita mengalami sebuah konsekuensi dari gagasan-gagasan yang salah atau keliru, kesehatan yang lemah, dan sebuah ketidak-bahagiaan hidup diantara benda-benda yang lain.
Bagi Aristoteles, orang yang mengikuti sebuah tujuan yang benar mengantarkannya pada sebuah kehidupan rasional pada moderisasi(tdk berlebih-lebihan), menghindari keekstriman (kekerasan). Ada dua ekstrimis pengikut Aristoteles: ekstrem yang terlalu sedikit dan ekstrem terlalu banyak. Dalam istilah makan, jika seseorang makan terlalu banyak, seseorang akan dengan rakus dan mengalami obesitas, kurang energi, lemah dalam kesehatan secara keseluruhan atau mati dengan sendirinya. Orang yang tidak berlebih-lebihan atau wanita, orang yang berpikir, menghindari semacam exsesi. Menurut Aristoteles, perspektif utama ialah Arti yang Bermakana, sebuah jalan diantara ekstremis.
Konsep Aristoteles tentang Arti yang Bermakna diilustrasikan dengan pemikirannya tentang sebuah jiwa sebagai sebuah entitas untuk dijaga dalam sebuah keseimbangan. Dia berbicara tentang tiga aspek tentang jiwa vegetatif manusia, hewan, dan rasional. Kita boleh mengatakan bahwa ketika manusia tumbuh, mereka mengikuti ektsrim yang terlalu sedikit, ketika mereka marah dan bermusuhan dengan aspek-aspek harmonis, mereka mengikuti jalan yang bagi konsep Plato tentang keberadaan yang ideal dimana keberadaan kebaikan adalah sebuah kesatuan dimana semua kelas-kelas tersebut, yaitu, kuningan (vegetatif), perak (hewan) dan emas (rasional) adalah keseimbangan dan keserasian. Aristoteles yakin bahwa sebuah pendidikan yang baik membantu untuk mencapai Arti yang Bermakna dan dekat memajukan keserasian dan keseimbangan baik jiwa dan badan.
Menurut pandangan Aristoteles, keseimbangan adalah merupakan pusat. Dia melihat semua alam semesta dalam seimbang dan bergaya secara teratur. Sejauh yang diperhatikan pada diri manusia, dia tidak melihat badan dan pikiran dengan posisi yang menurut Plato; lebih, badan adalah sarana-sarana yang mana denganya data masuk kedalam kita melalui panca indera. Data yang masak pada panca indera diatur dengan pikiran yang masuk akal. Prinsip universal diciptakan oleh akal dari sebuah pengujian tertentu dengan menggunakan panca indera. Dengan demikian, badan dan pikiran bergerak bersama dalam sebuah keseimbangan meliputi seluruh konsistensi internal dalam diri mereka.
Aristoteles tidak memisahkan sebuah benda tertentu dari wujud universalnya. Materi dan bentuk bukanlah dua jenis hal yang berbeda dari sebuah wujud, melainkan sebagai aspek-aspek fundamental dari hal yang sama. Bentuk adalah sebuah materi, karena kebentukan materi merupakan sebuah pandangan yang keliru/salah, bukanlah sebuah realitas. Hal penting untuk dilihat ialah semua materi berada dalam tahapan-tahapan aktualisasi. Padahal Plato tertarik terutamanya dalam bidang dari bentuk-bentuk atau ide-ide. Aristoteles mencoba untuk menyatukan dunia tentang materi dengan dunia pada bentuk-bentuk. Sebagai sebuah contoh dari ini ialah pandanganya pada kebenaran dan potensialitas. Aktualitas merupakan suatu bentuk yang lengkap dan sempurna. Potensialitas merujuk kepada kapabilitas pada wujud yang terwujud atau peraihan kesempurnaan dan bentuk. Ini merupakan kesatuan bentuk dan materi yang memberikan realitas konkrit tentang benda-benda. Dengan kata lain, sebuah individu biji mengandung bentuk dan materi yang menyusun biji “nyata” dalam pengalaman dalam pengertian dunia yang biasa dikehidupan sehari-hari.
Hal ini lebih jauh diilustrasikan oleh konsepsi (pengertian) Aristoteles tentang empat sebab-sebab: (1) Sebab Material, materi yang darinya sesuatu dibentuk; (2) Sebab Formal, rancangan yang membentuk objek material; (3) Sebab Efisien, agen yang memproduksi objek; dan (4) Sebab Final, petunjuk yang mengarah kepada pendirian objek tersebut. Dalam pengertian bahasa yang biasa, ketika kita berbicara tentang sebuah rumah, material itu terbuat dari (kayu, bata, dan paku) yang merupakan Sebab Materialnya; sketsa atau perencanaan yang mengikuti konstruksinya adalah Sebab Formal; tukang kayu yang membangunya adalah Sebab Efisiennya; dan Sebab Finalnya ialah bahwa ia merupakan sebuah tempat untuk tinggal, sebuah rumah. Materi ada dalam proses, bergerak menuju akhir. Dalam pengertian ini, pemikiran Aristoteles sangat serupa dengan pemikiran modern tentang evolusi dan dugaan/ pemikiran pada alam yang terbuka-tak terbatas. Perbedaan antara Aristoteles dan pemiki pemikiran modern ini ialah bahwa Aristoteles melihat pergerakan ini mengarah pada sebuah akhir yang final, jadi menurutnya alam semesta adalah hanya semacam terbuka-tak terbatas. Kekuatan yang mengendalikan dan memproses secara bersamaan ialah Tuhan, yang mana denganya Aristoteles mengartikan kekuatan atau sumber petunjuk-petunjuk materi berada di luar matrei itu sendiri, sebuah asal Realitas; dengan demikiran, Tuhan merupakan Sebab Pertama, Tujuan Akhir, Penggerak Yang Tak-Bergerak, di luar semua materi dan bentuk. Dalam pandangan ini, kita mungkin mengamati bahwa Filosofi Aristoteles adalah Esoteris sama halnya dengan Filosofi Plato. Karena, bagi Aristoteles, Tuhan adalah sebuah keterangan yang logis bagi aturan alam semesta, keteraturanya dan prinsip-prinsip operasionalnya.
Memang, organisasi merupakan suatu yang esensial bagi filosofi Aristoteles. Segala sesuatu bisa diatur dalam sebuah hierarki. Sebagai contoh, manusia secara biologis adalah berasal dan berakar dalam alam. Bagaimanapun, mereka berusaha untuk sesuatu yang diluar mereka sendiri. Jika mereka dicirikan dengan badan, mereka juga dikarakteristikan dengan jiwa, atau sebuah aspek rasional, kapasitas untuk bergerak dari dalam. Jika badan dan jiwa seimbang mereka juga teratur dan jiwa merupakan sebuah susunan yang lebih tinggi dari badan(tubuh), leibh berkarakteristik dari manusia dibandingkan segala sesuatu apapun. Menurut Aristoteles, manusia adalah binatang yang rasional, paling lengkap penuh maskud mereka ketika mereka berpikir, karena berpikir merupakan ciri khas mereka yang paling tinggi, karena itulah, dengan Aristoteles, segala sesuatu wujud mampu diatur, karena realitas, pengetahuan dan nilai kebebasan pikiran ada, dengan konsistensi internal mereka dan keseimbangan kemampuan memahami wujud dengan pikiran.
Untuk mencapai struktur realitas yang independent (bebas), Aristoteles melakukan proses yang logis. Plato menggunakan dialektik untuk mempersatukan dugaan-dugaan yang benar tentang kebenaran. Aristoteles telah memperhatikan masalah kebenaran juga dan dia mencari aksesnya melalui usaja untuk menyaring dialektik. Metode yang logika yang dia kembangkan adalah Silogisme. Pada dasarnya, silogisme adalah sebuah metode untuk menguji pernyataan-pernyataan yang logis. Sebuah versi yang terkenal tapi simplistic dari hal itu adalah sebagai berikut:
                                                Semua manusia mati/ musnah
                                                Socrates seorang manusia
                                                Maka dari itu, Socrates mati/ musnah
Silogisme disusun dari sebuah pemis (dasar pikiran) utama, premis minor dan kesimpulan. Aristoteles menggunakan silogisme untuk membantu kita berpikir secara lebih akurat dengan menyusun pernyataan-pernyataan tentang realitas dalam sebuah logika, bentuk yang sistematis yang sesuai dengan bukti dalam situasi tertentu dibawah pembelajaran.
Pada dasarnya, metode logika Aristoteles adalah deduktif; yaitu, itu berasal dari kebenaranya dari keumuman, seperti “semua manusia musnah”.  Satu permasalahan dengan metode ini ialah bahwa jika dasar pikiran/premis pokok adalah kesalahan maka kesimpulannya akan menjadi salah. Sebuah temuah yang berasal dari penentuan kebenaran pada pokok dasar pemikiran; Dengan metode apakah kita bisa mengujinya dengan akurat? Jika kita melanjutkan menggunakan silogisme, kita juga harus terus menyandarkan diri pada dasar pemikiran umum yang tak-terbukti. Metode logika Aristoteles menemui perbedaan dengan desakanya yang mana kita pahami lebih baik dari (prinsip umum) dengan mempelajari objek-objek materi ilmiah. Dalam contoh berikut ini, kebenaran Arisototeles adalah induktif; yaitu, kita menemukan kebenaran dengan cara-cara tertentu atau sebuah proses berasal dari hal-hal yang khusus ke yang lebih umum. Silogismenya, bagaimanapun berasal dari keumuman (semua manusia musnah) ke kesimpulan yang khusus (Socrates mati/musnah). Masalah metode logika ini merupakan kayu penghalang bagi para pemikir (ilmuan) selama berabad-abad. Pendekatan silogistis membimbing pada sejumlah kesalahan atau posisi yang tak dapat dipertahankan. Tidaklah hingga abad ke-16 tatkala Francis Bacon menemukan sebuah pendekatan induktif yang lebih cocok.
Pangkal kebaikan menurut Aristoteles adalah kebahagiaan; bagaimanapun, kebaikan itu terbebas dari jiwa yang teratur secara baik-berbudi luhur. Hal ini bisa terjadi hanya karena kita mengembangkan kebiasaan-kebiasaan atau budi luhur yang dibentuk melalui jenis pendidikan yang utama. Pendidikan mengharuskan perkembangan/ kemajuan dari kapasitas pemikiran kita oleh karena itu kita bisa membuat jenis-jenis pilihan yang benar. Seperti yang sudah ditandakan, ini adalah sarana langkah/jalan pada moderisasi. Sebuah penerimaan dan mengikuti sebuah prinsip semacam ini menjadi inti dari proposal-proposal edukasional Aristoteles. Meskipun, Aristoteles tidak mempelajari kejelasan ilmiah tentang gagasan-gagasan edukasional miliknya, dia merasa bahwa sifat utama akan terbentuk dengan mengikuti Arti Yang Bermakna. Ini akan menghasilkan perkembangan sosial yang diinginkan dan akan menolong Negara dalam menghasilkan dan memilahara warganya yang baik. Dalam bidang politik, Aristoteles lebih jauh mengembangkan pandanganya bahwa ada hubungan timbal-balik antara orang yang terdidik secara tepat dan warga Negara yang terdidik secara tepat.
Pengaruh faham Aristoteles adalah sebuah kepentingan luas dan mencakup semacam hal-hal seperti pengenalan kebutuhan untuk mempelajari alam secara sistematis menggunakan proses-proses logika dalam pikiran, menghasilkan kebenaran-kebenaran umum melalui sebuah pembelajaran keras pada particular-partikular tertentu, dan menekankan aspek-aspek rasional pada alam manusia.

REALISME KEAGAMAAN
Thomas Aquinas (1225-1274)
Thomas Aquinas lahir dekat Napoli, Italia pada tahun 1225. pendidikan formalnya dimulai pada saat berumur lima tahun ketika dia dikirim ke kerajaan Benedictin di Monte Casino. Lalu, dia belajar di Universitas Napoli dan pada tahun 1244 dia menjadi seorang biarawan Dominican, mengabdikan kehidupannya untuk beribadah. Hidup dalam kemiskinan dan pekerja keras intelektual. Pada tahun 1245 dia dikirim ke Universitas di Paris, disana dia belajar dibawah bimbingan Albertus Magnus, seorang cendikiawan pengikut folosofi Aristoteles yang terkenal. Dia belajar dan mengajar pada Universitas di Paris hingga tahun 1259, ketika orang-orang Dominic mengirimnya kembali ke Italia untuk membantu mengatur kurikulum bagi sekolah-sekolah Dominic. Dia kembali lagi ke Paris pada tahun 1268 dan dia dikenal dan diingat dalam kehidupanya sebagai seorang Profesor teologi dan sebagai seorang pemimpin eduakatif bagi orang-orang Dominic. Dia meninggal pada tanggal 7 maret tahun 1274.
Gagasan-gagasan Aristoteles memiliki sejumlah dampak pemikiran orang Kristen, dan dalam banyak anggapan mereka memiliki niatan untuk menggali sekularisasi di Gereja, sebagai oposisi terhadap aliran biarawan/wati yang dilahirkan oleh tulisan-tulisan Agusitine. Secara bertahap, gagasan Aristoteles dikorporasikan kedalam agama Kristen dan disediakan sebuah dasar filosofis. Thomas Aquinas menjadi kekuasaan yang mengantarkan Aristoteles kedalam abad pertengahan dan tidak menemukan konflik yang besar antara gagasan-gagasan paganisme para filosuf dan gagasan-gagasan wahyu agama Kristen. Dia menentang bahwa karena Tuhan adalah sebab yang murni, kemudian alam adalah sebab dan dengan menggunakan alasan kita, sebgaimana yang ditegaskan oleh Aristoteles, kita bisa mengetahui hal-hal yang benar. Aquinas juga meletakan penekanan dalam menggunakan indera kita dalam rangka memperoleh pengetahuan tentang dunia, dan bukti-buktinya tentang existensi Tuhan, sebagai contoh, berdasarkan observasi sensoris yang sungguh-sungguh.
Aquinas meyakini Tuhan menciptakan materi bukan dari satu apapun dan Tuhan, sebagai mana yang telah Aristoteles tetapkan, adalah Penggerak Yang Tak-Bergerak yang memberikan arti dan tujuan kepada alam semesta. Dalam karya monumentlnya, Summa Theologica, dia mengumpulkan pendapat-pendapat yang setuju dengan agama Kristen. Dia menggunakan pendekatan rasional yang diusulkan/ditegaskan oleh Aristoteles dalam menganalisa dan mencocokan dengan pertanyaan-pertanyaan keagamaan yang variatif. Sebagai buktinya, banyak pendapat-pendapat yang mendukung dalam agama Kristen adalah henar-benar berasal darinya, tanpa memperhatikan pada cabang apa dalam agama Kristen didasarkan. Katolik Roma menganggap pemikiran Thomas sebagai filosofi utama.
Thomas Aquinas adalah orang paling utama dari orang-orang gereja. Menurutnya semua kebenaran abadi pada Tuhan. Kebenaran telah diberikan oleh Tuhan kepada manusia dengan wahyu keTuhanan, tapi tuhan juga telah memberkati manuisa dengea kemampuan akal untuk mencari kebenaran. Sebagai mana ia menjadi orang gereja, Aquinas tidak menjadikan alasan subordianat kewahyuan, tapi dia benar-benar ingin memberikan alasan pada sebuah tempat yang utama. Pada kepentingannya, dia mewacanakan teologi sebagai perhatian utama dan filosofi sebagai “teologi handmaiden”. Dengan demikian, dengan pengenalan supremasi teologi, dia mampu menjelajahi perkembangan filosofis pada pemikiran keagamaan secara lebih penuh.
Aquinas sepaham dengan Aristoteles bahwa kita datang ke alam semesta dengan sebuah pembelajaran tertentu. Dia menerima tesis kebebasan dan “bentuk” sebagai prinsip cirri dari semua wujud. Dia menjunjung tinggi “Prinsip Keberadaan” Yang sama dengan pandangan Aristoteles  pada setiap eksistensi yang bergerak menuju kesempurnaan dalam bentuk (isi). Sedangkan dia menyetujui bahwa jiwa adalah bentuk dari badan, dia berpegangan bahwa jiwa bukan berasal dari akar-akar biologis manusia. Cukup, jiwa dari sebagai ciptaan tuhan, musnah dan dari tuhan, Aquinas melambangkan pemikiran “skolastik” abad pertengahan, sebuah pendekatan yang menekakankan sebuah keabadian jiwa manusia dan keselamatan. Skolastik menggabungkan filosofi Aristoteles dengan pengajaran-pengajaran gereja, dan Aquinas mengisi sebuah aturan penting dalam latihan ini dengan menyusun hubungan antara akal dan iman.
Aquinas yang terkadang juga dengan Doktor Angelis “sangat tertarik padangan pendidikan, hal ini ditandai dengan kerja samanya bersama orang-orang dominic. Dalam sebuah cacatatan pada gagasan-gagasan edukasional dalam buku summa theological, dia juga menulis demagisto (seorang guru) yang mana menyetujuinya secara husus dengan filosofi pengajarannya. Sebagai contoh ia ia memunculkan pertanyaan tentang apakan seseorang dapat mengajar orang lain secara langsung, atau apakah aturan pengajaran adalah hanya milik tuhan. Bahwa hanya tuhan yang disebut gur karena keberadaannya yang mutlak. Jika seseorang mengajar bagaimanapun juga, itu hanyalah merupakan kepandaian (seperti yang ditunjukkan agustine pada waktu dulu) dan melalui sebuah simbol-simbol. Sebuah otak/akal manusia tidak dapat secara langsung berhubungan dengan akal yang lain, tapi itu bisa berhubungan secara tidak langsung. Itu sering dikatakan bahwa seorang dokter/tabib menyembuhkan badan, manakala hal yang sebenarnya itu merupakan penyembuhan alami yang datang dari dala, dan semua tabib/dokter bisa melakukan apa yang disebut sebagai praktek penyembuhan eksternal dan perangsang. Jadi begitu pula dengan pengajaran melakukan itu dengan berusaha memotifasi dan menunjukkan para pelajar melalui ayat-ayat, tanda-tanda, symbol dan tehnik penggalian diri. Dengan kata lain seorang guru hanya “menunjukkan” para pelajar pada pengetahuan dan pemahaman dengan tanda-tanda dan symbol. Namun pengajaran adalah sebuah cara untuk melayani manusia dan itu adalah bagian pekerjaan tuhan di dunia ini. Menghantarkan murid dalam ketidak pedulian dalam pencurahan adalah merupakan pengabdian yang terbesar seseorang yang bisa diberikan kepada orang lain.
Pusat pemikiran Aquinas adalah pemikiran Nasrani “bahwa setiap kita dilahirkan dengan jiwa yang abadi” meneruskan pemikiran idealisme Platonis sama baiknya dengan pemikiran relisme pengikut Aristoteles, dia berpendapat bahwa jiwa memiliki sebuah pengetahuan dalam yang hanya bisa dikeluarkan untuk menjelaskan kehidupan manusia lebih lengkap. Tujuan utama dari pendidikan, seperti Aquinas melihat itu, adalah kesempurnaan manusia dan reuni terakhir jiwa manusia dengan tuhan. Untuk mengembangkan ini, kita harus mengembangkan kapasitas akal dan melatih kesadaran (intelegen). Disinilah realisme Aquainas datang berdiri digaris terdepan, karena dia memegang realitas manusia bukan spiritual atau mental tapi juga psikal dan alami (kebiasaan). Dari sudut pandang tentang guru manusia, jalan bagi jiwa untuk bersandar melalui indera fisiknya, dan pendidikan harus menggunakan jalan ini untuk menyempurnakan pembelajaran. Petunjuk-petunjuk yang dapat menunjukkan pelajar pada pelajaran yang menghantarkan pada wujud yang benar dengan kemajuan dari yang rendah kebentuk yang lebih tinggi. Ini mengilustrasikan Aquinas sebagai aliran Aristoteles, karena pandangannya mencakup sebuah perkembangan kosmologi yang maju dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi. Atau pergerakan menuju kesempurnaan.
Pandangan/gagasan-gagasan Aquinas dalam pendidikan konsisten dengan posisi filosofisnya, demikian, pengetahuan dapat dicapai data indra dan itu bisa mengantarkan seseorang pada tuhan yang menyediakan/menyiapkan pelajar gagasan-gagasan dalam persepektif yang pokok/utama. Pada esensinya, gagasan-gagasannya ialah bahwa seseorang harus memulai dari pembelajaran materi ke pembelajaran bentuk (isi). Dia tidak setuju dengan Agustine yang mengatakan bahwa kita dapat mengetahui tuhan hanya melalui keimanan dan beberapa proses intuitif, lebih dari itu, Aquinas mempertahankan bahwa manusia dapat menggunakan akal mereka untuk mencapai tuhan melalui sebuah pembelajaran pada materi dunia. Dengan demikian, dia melihat ketidak konsistenan antara kebebaran-kebenaran wahyu yang diterima dalam iman dan kebenaran-kebenaran yang didapatkan melalui observasi dan pembelajaran yang rasional yang hati-hati. Aquinas percaya bahwa pendidikan yang pokok adalah seseorang bisa mengenal spiritual dan materi alamiyah pada individu-individu secara penuh, karena dia berfikir bahwa sisi spiritual lebih penting dan lebih tinggi, Aquinas dengan kuat menekankan pendidikan pada jiwa memberikan dukungan utama.
Dalam pandangan Aquinas pentara utama dalam pendidikan adalah keluarga, gereja, sedangkan Negara atau masyarakat yang diatur memerankan pihak ketiga yang lemah. Keluarga dan gereja mempunyai sebuah kewajiban untuk mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan prinsip moral yang baik dan hukum ketuhanan. Ibu adalah guru pertama sang anak karena anak mudah dicetak dan dibentuk. Itu adalah tugas ibu dalam membentuk moral anak. Gereja berdiri sebagai sumber pengetahuan pada ketuhanan, dan harus membentuk lahan untuk memmahami hukum-hukum tuhan. Negara harus merumuskan dan menyelenggarakan undang-undang dalam pendidikan, tapi itu tidak seharusnya membatasi keutamaan pendidikan di rumah dan di gereja.baik Ariestoteles dan Acquinas berpegangan pada doktrin realitas dualistik ini bisa dilihat dalam gagasan Ariestoteles  tentagn materi dan bentuk dan pandangan Aquinas pada sisi material dan sisi spiritual pada manusia,dualisme ini kemudian berlanjut dalam konflik yang besar antara sebuah pandangan ilmiah dan religious tentang realitas.

PERKEMBANGAN REALISME MODERN
Salah satu pokok masalah pada realisme klasik ialah kegagalannya dalam mengembangkan sebuah metode yang cukup dalam pemikiran induktif.Sementara orang –orang klasik telah mampu mengembangkan tesis bahwa realitas pengetahuan dan nilai bisa/boleh diketahui dengan mempelajari sifat-sifat, mereka  masih terbelenggu dalam gaya berpikir deduktif yang esensial,mereka sering  memiliki kebenaran-kebenaran mereka saat memulai,tidak pernah meragukan bahwa itu adalah sebuah sebab utama atau sebuah penggerak yagn tak bisa digerakkan,realisme modern mengembangkan keluar percobaan-percobaan untuk mengoreksi beberapa kesalahan-kesalahan, dan itu bisa dikatakan usaha/percobaan-percobaan korektif  sebagaimana pada inti hari ini yang kita namai “revolusi ilmiah” yang menjalar dibudaya barat,semua filisuf sebuk berbicara denga usaha-usaha ini, mungkin dua pemikir realis yang termuka yaitu francis Bacon dan Jhon locke, terlibat dalam pengembangan metode-metode berpikir yang sistematis dan cara-cara meningkatkan pemahaman manusia.

Francic Bacon (1561-1626)
Frncic Bacon bukan hanya seorang filosuf tapi juga politisi di istana Elizabet I dan Jamel I sejarah menunjukkan Francic Bacon tidak hanya berhasil dalam usaha-usaha politisnya ( dia dipindhakan dari kantornya karena tingkah lakunya yang memalukan),karena catatannya dalam perkembangan filosofis agak lebih impresif (mengesankan ),latihan-latihan filosofis Bacon adalah ambisius meskipun tidak ada kecondongan dalam bidangnya,dia mengklaim untuk mengambil semua pengetahuan seperti lapangan penyelidikannya yang hampir dia mencapai kesaksian bagi kejeniusannya.Barangkali,karyanya yang paling  terkenal adalah Novum Organum, yang mana didalamnya dia menentang logika pengikut Ariestoteles.    
Bacon menyerang  pengikut Aristoteles untuk memberi masukan terhadap perkembangan sains yang lesu, permasalan  dengan teologi adalah yang diawali dogmatis dan sebuah asumsi pendahuluan dan kemudian menarik keimpulan bagaimana juga, bacon menuduh  bahwa sains(ilmu) tidak dapat meneruskan cara/ jalan ini,karena sains harus memperhatikan inguiri( penyelidikan) yang murni dan sederhana,inguiri tidak dibatasi dengan dugaan-dugaan yang  dipertimbangkan,bacon berpedoman bahwa sains harus mulai dengan gaya ini dan harus mengembangkan metode-metode penyelidikan yang bisa diterima/ dipercaya,kita bisa bebas dari ketergantungan dengan kejadian pada bakat-bakat yang jarang dan mampu mengenmbangkan melalui kegunaan metode tersebut. Bacon meyakini “pengetahuan adalah kekuatan ” dan itu melalui pengakuan pengetahuan yang kita bisa sesuaikan secara kebih efektif dengan masalah-masalah dan kekuatan yang menyerang disetiap sisi untuk mernyempurnakan hal-hal ini, dia menemukan apa yang dia sebut metode induktif.
Bacon menentang  logika pengikut Aristoteles utamanya karena dia berfikir itu menghasilkan banyak kesalahan, utamnya mengenai fenomena sebagai contoh pemikiran regelius seperti Thomas Aquinas dan scholastic(orang-orang skolastik )yang menerima axiomatis(hal yang sudah jelas kebenarannya) mempercai tenteng Tuhan,bahwa dia ada,apa adanya,semua kegiatan dan sebagainya-dan kemudian mereka menyimpulkan semua macam hal tentang kagunaan kekuatan Tuhan, intervensinya dalam urusan-urusan manusia dan sebagainya. Pendekatan induktif bacon,yang mempertanyakan bahwa kita memulai dengan bagian yang bisa diamati dan kemudian memberikan alasan untuk pernyataan-pernyataan atau hokum-hukum yang general, menyerang balik  pendekatan skolastik, karena hal itu menuntut verifikasi(pembaharuan) bagian khusus sebelum pembenaran(pemberian hukum) dibuat sebagai contoh,setelah pengamatan bagian pada air yang membeku pada suhu 32 fahrenheit, kita mungkin kemudiaan menetapkan sebuah hukum umum bahwa air membeku pada suhu 32 fahrenheit. Hukum ini valid, bagaimanapun,hanya sepanjang air itu berlanjut membeku pada suhu ini. Jika, karena sebuah perubahan dalam keadaan atmosfir atau keadaan bumi, air tidak lebih lama membeku pada suhu 32 fahrenheit, kemudian kita akan diwajibkan untuk mengubah atau mengganti hukum kita melalui deduksi, seseorang mungkin juga mengubah keyakinan-keyakinan tapi ketika seseorang memulai dengan kebenaran-kebenaran yang mutlak, dia  sedikit perlu untuk mengubah mereka dari pada  ketika dia memulai dengan data yang netral.
Sebuah contoh historis melibatkan percekcokan antara Galileo dan gereja katolik mengenai posisi bumi dalam system tata surya. Gereja mempertahankan teori ptoleonik. Bahwa bumi merupakan pusat dari alam semesta. Sedangkan planet-plsnet yang lain, termasuk matahari, berputar mengelilinginya. Posisi ini didukung oleh diduksi untuk mengawali karena tuhan menciptakan bumi, adalah masuk akal.untuk menempatkannya di pusat, juga karena tuhan memilih menempatkan manusia di bumi. Bumi harus telah memiliki sebuah tempat  penting dalam rencana penciptaan. Dan ini memberikan berat yang bertambah akan pentingnya bumi menjadi tempa sentral. Cerita dalam bible(injil) tentang jesus melawan sebuah pertempuran yang sulit dan meminta tuhan untuk membuat matahari masih tampak untuk memberikan lebih dari dukungan pada posisi ini. Tapi Galileo menentang karena teori Copernicus yang mengatakan mata hari, bukan bumi sebagai pusat dari alam semesta. Posisi dari necolas Copernicus(seperti berikutnya dalam buku the revolution of the heavenly bodies) ditetang oleh gereja karena itu meremehkan bumi dan rencana tuhan. Dan itu menentang kejujuran pada wahyu.galelio menggunakan sebuah teleskop untuk memberikan bukti empiris terhadap posisi Copernicus. Dan ini meningkatkan kemerahan gereja. Hal ini di laporkan bahwa seorang Jesuit yang telah diundang dalam pembelajaran Galileo untuk melihat melalui  teleskop sebagai bukti menganggap  bahwa setan meletakkan benda-benda tersebut disana baginya untuk dilihat,ofisial gereja menuntut Galileo untuk menyangkal posisinya karena karyanya selanjutnya diperkuat oleh seluruh atau bagian oleh para ilmuan seperti Johanner Kepler,Tycho Brahe,dan Sir Isaac Newton.
Karena pendekatan induktif atau ilmiah tak bisa menutupi banyak kesalahan,Bacon mendesak/mendorong kita menguji ulang/kembali penerimaan pikiran-pikiran kita pada jenis-jenis “berhala-berhala”  yang mana sebelum kita membungkuk  dan menutupi pikiran kita,berhala ini, kata Bacon,utamanya ada 4.Ada dewa den,untuk hal-hal yang kita percaya karena pengalaman kita yang terbatas,jika,sebagai contoh,seorang individu memiliki beberapa pengalaman-pengalaman buruk dengan/yang memiliki kumis adalah jelek,sebuah kasus yang jelas pada generalisasi yang salah.Berhala yang lain adalah berhala rumpun untuk kita yang  berniat untuk mempercayai hal-hal yang karena kebanyakan orang mempercayai mereka,ada sejumlah penyelidikan-penyelidikan untuk menunjukkan bahwa banyak orang akan mengubah pendapat mereka untuk mencocokkan dengan mereka yang mayoritas.berhala yang lain bahwa Bacon mempercayai gangguan dengan pikiran kita yaitu apa yang kita namakan berhala market place. Berhala ini berkaitan bahasa,karena Bacon meyakini bahwa kata-kata sering dipakai dalam cara-cara yang melindungi/mencegah pemahaman.contohnya kata-kata seperti “liberal” dan “konservatif”bisa memiliki sedikit pengertian ketika diaplikasikan untuk orang  Karena seseorang dapat menjadi liberal dalam sebuah isu,konservatif pada hal yang lain.Bacon mendasarkan berhala yang terakhir sebagai berhala teater.Ini adalah berhala pada agama-agama kita dan filosofi-filosofi yang bisa mencegah kita dari melihat dunia secara obyektif.Dia menghendaki agar sebuah rumah tangga pada pikiran dimana kita melepaskan diri gagasan-gagasan yang mati di masa lalu dan melalui lagi dengan menggunakan metode induksi.
Esensinya,induksi merupakan logika untuk sampai pada generalisasi dalam landasan  observasi sifat-sifat yang sistematis.kebenaran umum pada gagasan ini bisa ditemukan dalam karya Ariestoteles tidak pernah mengembangkannya kedalam sebuah system yang lengkap.Menurut Bacon,Induksi melibatkan kumpulan data tentang sifat, tapi itu bukanlah hanya sebuah katalog  nomor dat,.data harus diuji,dan dimana perbedaan-perbedaan didapat, beberapa darinya harus dibuang dengan catatan,bukti-bukti  harus diproses atau ditafsirkan pada waktu yang bersamaan,jika metode induksi bisa berkembang dengan baik dan diaplikasikan secara teliti,itu akan menguntungkan kita ke tingkat yang mana itu akan memberikan kita control yang banyak terhadap dunia luar dengan rahasia-rahasia alam yang tidak tertutup.

JHON LOCKE (1632-1704)
Mengikuti apa-apa yagn jadi pijakan Bacon,Jhon locke  berusaha menerangkan bagaimana kitra mengembangkan  pengetahuan,"dia berusaha untuk membebaskan tanah dari berbagai sampah kotoran”sebagai latihan bentuk filosofis,yang mengganggu pencapaian pengetahuan manusia, dia mengusahakan untuk memberikan pemikiran pada apa yang Bacon aggap sebagai “berhala”.
Locke dilahirkan di Inggris,anak seorang pengacara kota dia di didik  di sekolah west minister dan Christ churh college di oxfard,dimana dia kemudian menjadi pengikutnya pendidikannya adalah klasikal dan skolastik.nantinya,dia berpaling dari tradisinya,menyerang akar-akar pemikiran Ariestoteles dan ajaran skolasrtiknya yagn bertengger pada perselisihan-perselisihan yang mana menurutnya agak mempertengkarkan dan menyombongkan.
Masukan-masukan Locke ke dalam realisme berupa  penyelidikan-penyeledikanya terhadap keberdan dan kepastian pengetahuan manusia,dia menemukan keaslian gagasan objek pemikiran,dan apapun yang akan punya akal,saat lahir,akal/otak adalah bagai sebuah kertas putih kosong,yang diperoleh dari sumber-sumber yang bebas pada akal(otak) atau diperoleh sebagai sebuah refleksi dari pemgalaman dengan melalui cara refleksi dan sensasi.
Locke tidak sepenuhnya mengingatkan dirinya dengan  kealamian akan itu sendiri  tapi lebih memfokuskan pada bagaimana gagasan-gagasan atau pengetahuan dapat diperoleh oleh akal,objek ekternal yang ada,dia berpendapat dan mencirikannya dengan dua jenis kualitas: kualitas primer,seperti kesolidan,ukuran dan gerakan;dan kualitas sekunder,seperti warna,rasa,bau,suara,dan kualitas “indera” yang lain,kita bisa menyebut kualitas primer sebaik subyektif(tergantung langsung penglaman kita tentang mereka).
Locke seorang pemikir emperis,dia memperhatikan hal nyata dan praktis tapi dia tidak membenarkan idealisme yang abstrak pada akhirnya,apa yang kita tahu adalah apa  yang kita alami kita mengenal sifat-sifat pada benda,apakah itu sebagai materi sifat tambahan data yang ada dalam otak/akal  menjalankan  data pengalaman,dank arena mereka datang tanpanya,akal dapat menggabungkan dan menyusun pengalaman dan bisa menjadikan kesadaran pada gerakan-gerakannya.Dengan demikian,pengetahuan tergantung pada sensasi dan refleksi.
Mengenai kealamiahan  dunia eksternal yang obyektif, Locke hanya sedikit berbicara pada dasarnya,dia menerima keberadaannya,dan dia menerangkan keberadaan ini dengan “Ajaran substansil”,yaitu substansial atau realitas eksternal merupakan pendukung penting untuk pengalaman. Dengan demikian dia menduga sebuah realitas yang bebas merupakan sebuah perkembangan pada kesadaran akut tentang pengalaman. Berbeda dengan perkiraan tentang ide/gagasan atau esensi-esensi atau sebuah realitas materi yang bebas, lapangan penyelidikannya adalah pengalaman dan pengetahuan manusia.
Pandangan Locke dalam pendidikan, seperti yang diekspresikan dalam buku Beberapa Pemikiran Mengenai Pendidikan tidaklah teoritis sebagaimana halnya spekulasinya dalam epistomologi. Mereka merupakan gagasan praktis tentang kelakuan, kemalasan, penghargaan dan hukuman, dan keumuman yang lain dalam proses pendidikan. Pemikiran Locke mengantarkan kepada jenis pendidikan “kesopanan” yang dicatat kuat dalam pendidikan orang-orang Inggris. Seseorang mungkin berpendapat bahwa penolakan filosofi Locke bertengger diatas demokrasi, gagasan-gagasan edukatifnya mengatarkan mereka sendiri untuk menjadi seorang kaum atas (bangsawan)

Realisme Kontemporer
Untuk bagian yang paling penting, realisme kontemporer telah memelihara perkembangan hal-hal yang paling kuat sekitar tentang sain dan permasalahan sain pada sebuah alam filosofis. Pergerakan ini terjadi paling banyak pada abad ke 20 dan telah dihubungkan dengan perkembangan sekolah-sekolah baru tentang pemikiran seperti  positivisme logis, dan analisis linguistic. Karean, dengan perkembangan ini telah menjadi sebuah kelanjutan pada dasar tesis kebebasan.
                Dua figure yang terkenal dalam realisme kontemporer adalah Alfred North Withehead dna Bertrand Russel. Kedua orang ini mempunyai banyak kesamaan, termasuk keduanya sama-sama orang inggris dan berkolaborasi dalam tulisan matematis. Pada dasarnya, keduanya dating untuk mengajar di beberapa perguruan tinggi terkenal di Amerika, dan mereka tertarik untuk menulis tentang pendidikan. Dengan semua persamaan ini, mereka masuk ke dalam keunikan petunjuk-petunjuk filosofis bgai mereka masing-masing. Arah petunjuk Whitehead adalah hamper seluruhnya platonis, dalam pencariannya tentang bentuk-bentuk universal. Russel mengarah pada hitungan dan pembuktian matematis, sebagai dasar generalisasi filosofis.

Alfred North Whitehead (1861-1947)
Mungkin, satu hal yang paling bermakna bagi filosofis yang kreatif lakukan adalah membawa rekonsialisasi cara-cara yang menentang pemikiran. Aquinas melakukan ini ketika dia mendamaikan aristotelianisme dan Kristen. Kant melakukan ini dalam mencoba mendamaikan sain dan nilai-nilai tradisional. Alfred North Whitehead berusaha menemukan ini degan usaha memadukan beberapa aspek-aspek idelaisme dengan realisme yang dekat dengan pendidikan dasar-dasar filosofis pada sain modern.
                Whitehead masuk kedalam filsafat melalui matematika. Dia mengarang bersama Bertrand Russel sebuah karya yang berjudul Principia Mathematica. Dia sudah berumur lebih dari 60th ketika dia beralih ke filsafat dengan sebuah basis masa yang penuh dengan filsafat di Universitas Harvard. Sebuah risalah filsafatnya yang paling mengemuka adalah sain dan dunia modern dan beberpa pernyataan pokoknya tentang pendidikan yang bisa ditemukan dalam filsafat Whitehead. Kareana dia berpedoman bahwa realitas adalah proses, apa yang seorang temukan dalam proses ini adalah entitas actual (wujud nyata) atau “kejadian” (hal atau obyek yang nyata), “prehensi” (hubungan rasional antara orang yang berpengalaman dan obyek-obyek yang dialami) dan “nexus” (memperluas urutan waktu “kejadian” dan “prehensi” yang mana bisa cocok satu sama lain denga keberadaanya yang terus menerus).
                Dalam banyak pengertian, whitehead berusaha untuk menyatukan pertentangan filsosofis sperti tinjauan subyektif dan obyektif dan dia percaya bahwa kita harus mengenali kedua aspek itu. Dia menolak sebuah realitas yang dibagi dalam dua cabang, karena mengenai sebuah individualitas pada sebuah benda dan hubungan atau aspek-aspek universal hal-hal itu sendiri. Apa yang dia tolak ialah terlalu jauhnya petunjuk pada kerusakan terhadap yang lainnya. Dia menolak pemisahan mental kedalam sebuah bidang itu sendiri. Karena kegiatan mental harus di pandang dlaam konteks pengalman. Dia lebih memilih realisme sebagai filsafat karena dia berpikiran itu membantu orang memperbaiki kelebihan pemikiran yang subyektif.
                Itu menampakan bahwa Whitehead menolak tesis yang bebas. Ini benar untuk mengukur bahwa dia tidak melihat realitas obyektif dan akal yang subyektif sebagai sesuatu yang benar-benar terpisah. Mereka ada bersama dalam sebuah kesatuan atau bentuk yang teratur. Karena, pada saat yang sama, kesatuan organic itu sendiri bisa dilihat sebgai sebuah system yang aktif, sebuah realitas yang mutlak untuk berbicara, yang menggerkakan menurut prinsip miliknya dalam sebuah proses. Filsafat sederhanaynya ialah sebuah pencarian bentuk di alam semesta. Seseorang tidak akan pernah mampu meraik bentuk dalam sebuah pandangan yang lengkap, meskipun dia mendapatkan aspek-aspek darinya secara mutlak, alam semesta benar-benar memiliki rasionalitas untuk itu dan bukanlah sebuah kewenangan.
                Kita mungkin mengatakan bahwa Whitehead mengikuti langkah-langkah aristoteles secara mantap, karena itu berhubungan bahwa bentuk(pattern) dalam istilah Whitehead sama dengan bentuk (form). Dia juga mengikuti aristoteles dalam memasukkan sifat-sifat ke dalam bentuk yang tajam, maka dia diperselisihkan karena dia berpedoman bahwa sifat dari kejadian-kejadian yang harus digambarkan dalam istilah-istilah pada proses yang tak berawal dan berakhir.
                Ini membawa kita pada sebuah pertimbangan tentang pandangan Whitehead dalam pendidikan. Menurutnya, hal yang penting yang harus dipelajari, dalam pengertian ini, kita bisa mengatakan dia seorang platonis. Bagaiamanapun dia tidak mau menyerah dalam mendorong bahwa pendidikan diperhatikan dengan “gagasan” yang hidup, gagasan menghubungkan dengan pengalaman dari yang belajar (pelajar), ide yang berguna dan tepat pada wujud yang tersambung. Dia mengingatkan untuk menentang ide-ide yang lamban, sederhananya karena itu berasal dari masa lalu. Ini menunjukkan orientasi organisnya bahwa pendidikan harus menampakkan kita untuk memasuki aliran pada existensi, yaitu proses bentuk-bentuk pada realitas.

Bertrand Russell (1872-1970)
Lahir di Wales dalam lingkungan keluarga yang ekonominya mapan. Dia memperoleh gelar sarjananya di Universitas Cambridge dalam jurusan filsafat dan matematika. Salah seorang yang memiliki otak diatas rata-rata pada abad ke 20, Russell mempunyai pengaruh baik sebagai penulis dan guru. Beberapa dari bukunya adalah Our Knowledge Of External World, Religion and Science, dan karya terkenalnya yang dikarang bersama Whitehead yaitu Principia Mathematica (1910-1913). Dalam pendidikan dia menulis Education and The Social Order dan Education and Modern World. Dia mengajar di Cambridge, University of Chicago dan University of California.
                Russell adalah seorang tokoh yang controversial. Selama perang dunia ke 1, dia dipenjarakan karena kegiatan-kegiatan perdamaian. Kebenciannya atas moralitas para juara, khususnya pandangannya dalam seks dan pernikahan, sering mengantarkannya kedalam konflik dengan teman sebayanya yang berwarga Inggris. Pada tahun 1960an dia ada di pusat pergerakan “Larang Bom” dan menentang perang anti Vietnam di inggris dan eropa.
                Dalam banyak pandangan Russell adalah seorang maverick (organisasi yang tidak konvensional). Dimana Whitehead menyimpulkan bahwa alam semesta dicirikan dengan bentuk, begitu juga Russell. Tapi Russell merasa bahwa bentuk atau pola ini bisa dibuktikan dengan penelitian analisa matematis. Ada sebuah keharusan yang dipegang bahwa untuk menggabungkan logika dan matematika dengan begitu bentuk bisa dilihat baik secara verbal dan matematis.
                Pada dasarnya, dia berpedoman bahwa aturan filsafat baik analitis dan sintetits; yaitu itu harus bisa di kritik dalam tahap analisisnya dengan mennunjukkan buah pikiran logika yang keliru dan kesalahan-kesalahan dalam sistem-sistem terdahulu, dan itu seharusnya bisa membangun dalam tahap sintetisnya dengan menawarkan hiphotesis tentang alam yang ada di alam semesta yang dianalisis secara penuh. Itu sebabnya berdasar atas sain itu sendiri, karena hanya sain yang bisa mempunyai klaim atas pengetahuan yang asli. Dari sudut lain, ktia bisa melihat ketaatan Russell terhadap ralisme dan apa yang kita sebut dengan tesis independen. Tidaklah banyak hasil dari sain-sain yang dia terima sebagai metodenya. Dengan menggunakan metode-metode ini dia berharap mampu sampai pada bangunan filsofisnya yang valid, bukan bangunan pada generalisasi yang luas, tapi cukup satu demi satu, detail dan bangunan yang bisa dibuktikan/tunjukan.
                Seorang bisa memperoleh dua bentuk data yang penting dalam ralitas yang bebas; data keras (hard ware) dan data yang lunak (soft ware). Data keras/ kasar berdasar pada bukti-bukti keadaan, bukti yang dapat menahan penelitian yang cermat pada refleksi dan tertinggal secara lengkap. Data yang lembut adalah semacam keyakinan-keyakinan, hal hal baik yang bisa dibuktikan atau ditolak dengan tingkatan-tingkatan kepastian. Tujuan yang ditetapkan Russell adalah untuk melandasi bangunan filosofisnya sebanyak mungkin pada sis keras yang bisa dibuktikan, sisi sain, tapi dia juga mengakui sis yang lunak. Dengan pedomannya ini, seharunya membuat kita lebih teliti untuk melampaui keumuman dan bahaya-bahaya kedekatannya dari pencapaian ketentuan-ketentuan yang salah.
                Dengan menggunakan sebuah pendekatan yang hati-hati dan tenang atau lebih terhadap sain, Russell mengharap kita mampu mulai memecahkan semacam masalah yang membingungkan seperti kemiskinan dan kesehatan. Dia berpikir pendidikan sebagai kunci ke dunia yang lebih baik. Jika kita hendak menggunakan pengetahuan yang ada dan metode-metode yang mampu diuji, maka melalui pendidikan kita mampu memberantas masalah-masalah seperti kemiskinan dna dengan demikian mengubah dunia. Russell bahkan berspekulasi bahwa andai saja itu dikerjakan dengan sebuah skala kecil, perubahan tersebut secara logis dapat diselesaikan dalam satu generasi.
                Untuk beberapa saat, Russell mencoba meletakkan beberapa ide/gagasan pendidikannya dengan bekerja pada sebuah sekolah yang dia danai yang di sebut dengan Bacon Hill, bagaimanapun juga, Radikalismenya menemui perlawanan, dan keingintahuanya sendiri pada akhirnya membawanya pada sebab-sebab dan perubahan yang lain. Meskipun usaha-usahanya dalam pendidikan di Bacon Hill bertermu dengan kesusksesan yang terbatas. Russell meneruskan hingga akhir khayatnya untuk mencoba membawa perubahan melalui pendidikan yang dianggap menguntungkan untuk kebaikan kemanusiaan.

Realisme Sebagai Filosofi Pendidikan
Realisme adalah filsafat yang membingungkan karena ada banyak jenis; realisme klasik, keagamaan, dan lain-lain. Kebingungan ini berasal dari Aristoteles, karena meskipun ketinggiannya dalam filsafat pada intinya lahir dari perbedaan-perbedaan dengan filsafat platonis, karena kemungkinan ada kesamaan-kesamaan yang menyeluruh daripada perbedaan antara Plato dan Aristoteles. Kebingungan utama sekitar realisme mungkin antara ralisme keagamaan dan realisme ilmiah dan sekuler. Realisme keagamaan hendak menunjukakkan persamaan-persamaan filsafat Aristoteles dengan Platonis dan Aquinas; realisme sekuler hendak menghubungkan karya-karya Aristoteles untuk perkembangan filsafat ilmiah melalui karya-karya Bacon, Locke dan Russell. Whitehead bisa dikatakan menggabungkan setiap aspek dalam penafsirannya terhadap realisme.

Tujuan Pendidikan
                Plato, sebagai seorang idealis yakin bahwa abstraksi seperti kebenaran, kebaikan dan keindahan bisa diraih dengan melalui pembelajaran pada ide-ide utamanya melalui menggunakan dialektik. Aristoteles pada sisi lain, berpikir bahwa ide (bentuk) juga didapat dengan mempelajari materi dunia. Pada dasarnya Plato dan Aristoteles berakhir pada tempat yang sama, tapi cara perolehannya saja yang berbeda. Plato percaya bahwa seseorang memerlukan pengetahuan pad ide-ide melalui perenungan pda gagasan-gagasan. Aristoteles yakin bahwa seseorang mungkin memerlukan pengetahuan untun ide-ide atau bentuk-bentuk melalui sebuah pembelajaran materi. Padahal Plato menolak materi sebagai sebuah obyek pembelajaran atau sebagai sebuah wujud yang nyata, Aritoteles menggunakan materi sebagai sebuah obyek pda pembelajaran untuk mencapai sesuatu yang lebih jauh.
                Bagi kalangan realis keagamaan, materi tidaklah penting dalam dirinya sendiri sebgaimana ketika dia mengantarkan sesuatud di luar itu sendiri. Aristoteles mengakui bahwa seseorang bisa saja melihat suatu objek apapun secara sederhana sebagai pembelajaran ilmiah, tapi ini akan hanya menjadi hubungan deskriptif satu obyek materi saja. Seorang ilmuan menemukan sebuah kerang ditepi laut boleh menguji secara deskriptif dengan istilah-istilah pada ukuran, bentuk, barat dan sebgainya. Hal seperti ini, bagaiamanapun, harus jg mengantarkan pada filosofi alam yang menghubungkan permulaan dan tujuan dari adanyan kerang tersebut. Hal ini diilustrasikan dengan usaha-usaha ilmiah terkini pada pembelajaran bulan. Bahan percobaan dibawa pulang oleh para astronot untuk dipelajari secara intensif. Banyak gambar dan tayangan-tayangan televise telah membentuk tatanan ilmiah tentang bulan, tapi ini belumlah dibuat secara sederhana menurut bentuknya, ukurannya, dan beratnya; cukup, bertujuan mendalami lebih banyak. Para ilmuan dan pemikir dari berbagai disiplin ilmu tertarik dalam penemuan pengetahuan tentang keaslian-keaslian pda alam semesta kita, ini membukitkan bahwa pelatihan ilmiah dapat membimbing kepada hal-hal paling besar dan jenis pokok (yang tersembunyi) pada pertanyaan-pertanyaan filsafat. Dengan demikian, seseorang bisa melebihi alam dna menggunakannya untuk mengadu pada gagasan-gagasan alam.
                Penggunaan pada sebuah pembelajaran tentang alam untuk materi yang penting adalah utnuk realis keagamaan menjadikan sebagai alas an utama. Dengan demikian boleh saja ada pendapat: Tuhan, yang merupakan ruh yang suci, yang menciptakan dunia. Dia menciptakannnya tanpa dari suatu apapun, tapi Dia memasukkan diriNya kedalam dunia, memberinya peraturan, regularitas dan desain. Dengan memepelajari dunia sepenuh hati dan meniemukan petunjuk-petunjuknya dan regularitas, kita dapat memasuki pengetahuan tentang Tuhan. Realis religius, seperti Thomas Aquinas bisa saja mengatakan ini sebagai tujuan kita – tuhan menciptakan dunia sebagai sebuah kendaraan bagi manusia untuk bisa mengetahui Dia.
                Pengikut Thomas, atau para pendidik yang mengikuti ajaran-ajaran Thomas Aquinas, menyatakan bahwa kurikulum seharusnya meliputi hal-hal praktis dan pengetahuan spekulatif. Sebagai contoh; pendidikan membantu individunya menjadi sadar pda dirinya sendiri, maka seseorang dapat berpikir tentang perbuatan-perbuatan seseorang. Melalui pembelajaran praktis tentang etika-etika, seseorang bisa di hantarkan pda realitas utama yang jelas dan lebih tinggi atau metafisis. Orang-orang Thomas berkeyakinan bahwa pendidikan yang benar selalu dalam proses dan tidak pernah bisa menjadi sempurna. Itu adalah sebuah proses perkembangan berkelanjutan pada jiwa manusia.
                Ada beberapa pemikir (tidak hanya realis filosofis) yang meyakini bahwa alam bisa menyediakan kita dengan beberapa sesuatu yang lebih besar daripada alam itu sendiri. William Wordsworth, Ralph Wold Emerson, dan Henry David Thoreau, semuanya orang-orang romantisme abad 19an, menggunakan tema tersebut bahwa alam bisa dilebihkan dengan berpikir dan individu-individu bisa menemukan dunia yang tiggi pada pemikiran. Realis religius meyakini jenis kepentingan yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan pada pengetahuan.
                Disisi lain, realis sekuler menekankan materi sensoris dunia dan prosesnya dan permasalahan-permasalahnnya melebihi daripada dunia spiritual yang amat sukar ketimbang yang dihantarkan oleh data sensoris. Pendkatan mereka pada dasarnya adalah keilmiahan alam. Perkembangan ilmiah diawali oleh Francois Bacon yang mengantarkan pada era pemikiran yang tidak hanya menekankan pada sebuah pemahaman dunia materi saja tapi juga pengendaliannya. Adalah Aristoteles yang menunjukan petunjuk dan regularitas dunia materi, and dengan proses yang sama, ilumuan kembali membicarakan tentang “hokum alam”
                Realisme sekuler menekankan pemahaman pda dunia materi melalui pengembangan-pengembangan metode pada pelatihan-pelatihan yang tepat. Bacon pertama kali mengemukakan bahwa orang yang seharusnya membersihkan pikiran-pikiran mereka dari berhala-berhala generalistik (keumuman), bahasa dan filsafat. Deduksi adalah sebuah metode yang umum/lazim pada pokok pemikiran Bacon, yang utamanya merupakan pemikiran rasional. Sebab sendiri, bagaimanapun, telah mengarahkan kepada banyak kesalahan dalam pemikiran Aristoteles dan orang-orang skolastik yang condong pda metafisika. Itu adalah sebab yang menciptakan/menghasilkan imaginasi-imaginasi semacam mimpi buruk, setan, dan sebagaianya. Bagi kalangan realis sekuler – jalan keluar dari masalah – yaitu; memutuskan ide-ide yang benar – harus membuktikan mereka dlam dunia pengalaman (empiris). John Locke memberikan dukungan besar pda empirisme Bacon dengan menunjukan bahwa tidak ad aide-ide yang merupakan bawaan sejak lahir, tapi melalui refleksi atau sebab kita bisa menciptakan ide, semacam ide pada sapi ungu, yang tidak ada di dunia pengalaman empiris. Perkembangan empiris Bacon dan Locke menyatakan bahwa ide-ide harus menjadi subjek bagi verifikasi publik. Ini berarti bahwa ide-ide tidak dapat dibuktikan melalui percontohan ilmiah yang harus di dasarkan hanya melalui hipotesa.
                Realis sekuler menggunakan sebuah pembelajaran pada sain dan metode ilmiah. Mereka percaya baha kita perlu untuk mengetahui dunia supaya menggunakannya untuk menentramkan keselamatan diri kita atau milik kita. Ide keselamatan diri ini adalah sebuah hal penting. Contohnya, Herbart Spenser, seorang filosuf dan Ilmuan social Inggris abad 19, meletakkan perlindungan diri sebagai tujuan pendidikan yang primer dan fundamenetal. Dengan kata lain, hal-hal yang anak-anak butuhkan untuk tahu adalah hal-hal yang mempertahankan atau memelihara kebradaan mereka sebagai seorang individu, sebagai angggota keluarga dan sebgai anggota warga Negara. Realis sekuler melihat pengendalian kita terhadap alam sebgai perkembangan yang besar dari awal mulai ketika kita ada dlam alam yang penuh rahmat ini. Kesalah pahaman kita terhadap alam, seperti keterangan-keterangan takhayul tentang angina topan dan banjir mengantarkan kia kepada banyak kepercayaan yang salah. Sekarang, kita berlanjut pda perkembangan yang bergantung pada pemahaman-pemahaman yang lebih besar dan pengendalian alam. Kita boleh mengatakan bahwa keahlian teknis kita telah membawa kita pada kerancuan lingkungan alam (ekologis) tapi realis sekuler akan menambahkan bahwa itu bisa saja membawa kita keluar darinya.
                Realisme sekuler mempertahankan bahwa ada berberapa gagasan mendasar dan bukti-bukti untuk diketahui bahwa hal itu bisa dipelajari hanya dengan pembelajaran pada materi dunia. Itu menempatkan tekanan yang besar dalam sebuah bukti yang mendasar tentang pembelajaran; baik tujuan dari penyelamatan diri dan perkembangan ilmu dan teknologi. Seorang bisa mengatakan bahwa sekolah-sekolah teknik seprti perguruan tinggi teknologi Massachusset sebagai “realis” dalam pendekatan pengajaran mereka. Uni soviet nampak telah memilih pendekatan pendidikan untuk keduannya baik tujuan teknis dan politik. Di Amerika Serikat, sudah ada dukungan yan gkuat bagi sejumalah pendidikan teknis dan ilmiah sejak peluncuran Sputnik pada tahun 1957. banyak kritikus-kritikus pendidikan sperti Admiral Hyman Rickover yang menentang bahwa pendidikan bangsa Amerika telah menjadi “lunak” sesuai dengan “embel-embel dan Keisengan semata” dan pendidikan perlu kembali kepada “dasar” pembelajaran seperti Matematika dan Sain.
                Realisme sebgai sebuah filsafat pendidikan telah lama ada bersama kita baik dalam satu jalan maupun dengan jalan yang lain, karena ia mememilahara dan tetap megaskan dengan sendirinya dalam sejumlah permasalahan. Ia penting karena jika kita mempunyai filosofi pendidikan yang lain, ketika kita bisa mengusahakan mereka, sebgai realisme adalah sebuah keharusan. Pijakan yang mengatakan bahwa kita akan selalu memiliki kebutuhan yang sama untuk beberapa data yang penting dan subjek (maple) seperti membaca, menulis dan aritmatik. Kecondongan ini nampaknya ditujukan utamanya ketika Uni Soviet meluncurkan satelit pertama. Banyak orang berkeyakinan bahwa posisi teknis tepat yang kedua kita dalam pandangan ini diarahkan dengan ukuran sekolah-sekolah, yang tidak hanya cukup mengajarkan materi balajar yang mendasar, terutama pada lingkungan matematika dan sain. Rickover menuding kekurangan dari kompetensi ilmuan-ilmuan di Negara ini sebanding dengan Uni Soviet. Dia juga memuji pendidikan di Swiss karena ketaatanya pada dasar-dasar dan meyakini bahwa system di Amerika harus dibuat demikian juga. Dia menyadarkan banyak kesalahan karena kekurangan kita pda teknis bagaimana mengetahui dan kreativitas pada kesalahan John Dewey dan progresivitas yang mengajukan sebuah pendidikan yang Pickover kira bukanlah hanya dangkal tapi juga berbahaya dalam istilah-istilah keselamatan diri kita. Sebuah kritik yang lebih sopan oleh Max Rafferty, yang mengarang buku Suffer Little Children adalah merupakan sebuah buku yang popular dan yang meyakini bahwa materi pelajaran dasar dan bahan-bahan yang lain pada pendidikan di Amerika, semacam berkenaan dengan keagamaan, patriotisme dan Kapitalisme telah diabaikan.
                Sekolompok pendidik yang secara sungguh-sungguh di kaitkan dengan kemunduran dasar sekolah-sekolah Amerika membentuk sebuah organisasi yang dinamakan The Council For Basic Education. Organisasi ini bertarung kuat untuk menjaga dan menambah matri pelajaran di sekolah-sekolah bukan hanya Rs tapi juga subjek materi seperti Sain dan teknologi. Seseorang pendahulu yang terkemuka dari lembaga ini, James Koerner, yakin bahwa bagian dari masalah yang ada dalam pelatihan guru-guru yang diamati di kelas-kelas adalah lebih dari masalah dasar dan yang datang ke ruang kelas dengan keadaan miskin intelektual.
                Permsalahan utama menurut orang-orang realis ialah sebuah budaya ketidakenakan yang umum yang disebabkan oleh kurangnya komitmen pada nilai-nilai fundamental. Hal ini ditujukan dengan pelanggaran disiplini dan ketidak hormatan pada tradisi asal. Mungkin, gambaran terbaik pada hal ini menjadi bukti bahwa sekolah-sekolah telah disalah arahkan dari pemusatan pada hal yang mendasar seperti membaca, menulis, berhitung dan pengembangan sikap. Perkembangan “pendidikan yang terbuka “ saat ini merupakan contoh yang disalah gunakan. Cukup menyuruh anak-anak balajar hal-hal yang penting tapi tidak selalu materi yang menarik, “lakukan yang menjadi milikmu” diberadakan dimana anak-anak diajak untuk “menjelajah” dan ajaran etika “menemukan” hal-hal yang menarik anak-anak yang jarang dijelaskan secara jelas ketertarikan dengan focus yang cukup untuk mengarahkan perkembangan edukasional kebutuhan mereka. Dengan catatan, mereka tidaka selalu tahu apa yang terbaik bagi mereka atau apa yang mereka lakukan. Dan ini dinyatakan atau dibuktikan pada masa dewasa dikehidupan nantinya yang meminta pendekatan pendidikan sperti ini gagal untuk menyiapkan mereka untuk dunia yang nyata. Mungkin butki yang tenggelam pada kegagalan “penemuan” dan pendekatan “terbuka” yang realis tentang, adlah sejumlah tulisan-tulisan sekolah menengah yang memalukan yang secara fungsional buta huruf.
                Pelanggaran komtimen terhadap nila-nilai budaya dasar bukanlah terbatas hanya pada pendidikan tapi juga direfleksikan di masyarakat yang lebih luas. Kebingungan sekitar perang Vietnam dan aturan Amerika di dalamnya adalah sebuah contoh utama. Demokrasi yang yang bergantung pada debat masalah public, tapi banyak kalangan realis merasa bahwa masyarakat yang teratur untuk membolehkan anak dewasa yang muda untuk memberontak/melawan kekuatan ketika Negara mewajibkan wajib militer mencerminkan tingkat pelanggaran dan kegagalan pendidikan untuk memperoleh kesetiaan pada nilai-nilai dasar.
                Mungkin gambaran terbaik dari tambahan kalangan realis adalah kasus Watergate, dimana pegawai pemerintah, trmasuk presidennya, trlibat dalam sebuah kegiatan politis yang tertutup dan illegal dan tak bermoral. Kritikan diarahkan pada bukti bahwa semua orang terlibat dalam skandal ini yang mengarah pada sekolah-sekolah di Amerika. Karena, sekolah secara tidakl langsung gagal untuk memberadakan pelatihan-pelatihan karakter tersebut dan nilai-nilai dasar yang perlu untuk etika kepemimpinan. Satu hal yang meragukan, meski dalam masa kesadaran kasus Watergate, tidak adanya sekolah-sekolah yang muncul untuk menghadapi tantangan. Meskipun semua berbicara tentang “kembali ke asal” dan  “akuntabilitas” dalam pendidikan banyak pengamat dari orientasi kalangan realis mempertanyakan apa yang sebenarnya harus dilakukan.
                Kegagalan tersebut bisa diliha pada tingkatan loikal dan nasional tapi ini juga hadir dalam pertemuan-pertemuan intrnasional. Banyak sudut kritikan terhadp pengikisan di Amerikan; politik, ekonomi dan militer, dan Amerikan tlah menjadi lemah untu menindak bangsa-bangsa lain yang telah di serbu oleh Negara tetangga yang kuat, dan Amerika tidak mampu mengaskan lagi kepemimpinan politis yang kuat seperti semula, mungkin yang paling memfrustasikan semua itu adalah penurunan kekuatan ekonomi, sebuah kekuatan di masa lalu, karena itu industri-industri di Amerikan mungkin ada pada sejumlah bangsa-bangsa kecil yang makmur yang mengendalikan sumber-sumber energi. Banyak bangsa yang telah menganggap pendidikan sebagai senjata untuk mencpai ekonimi, politik, dan kekuatan militer dan kritik yang mengherankan mengapa bangsa Amerika tidak menggunakan sumber ini sekarang dengan menunjukan sebuat komitmen pada pendidikan melalui perluaasan bantuan dan program-program melebihi pengekangan anggaran yang sesuai dengan saat-saat akhir ini.
                Satu hal dampak tragis dari semua ini, seperti yang sering ditunjukan oleh tokoh-tokoh seperti Admiral Hayman G. Rickover, ialah bahwa kemampuan dari sumber kita yang paling brharga – pemberian secara intelektual – telah dihamburkan. Kursus-kursus “mencairkan” dan “embel-embel/keisengan” tlah membatasi perkembangan murid-murid superior dengan membawa mereka pada tingkat penguasaan yang umum (biasa). Buku-buku panduan mencerminkan ini dengan materi bacaan yang disederhanakan dan isi yang melengkapi dongengan murid “rata-rata”. Sebagai pengganti pendongkrak murid-murid menuju kemampuan akademis mereka seperti halnya praktek yang menjatuhkan mereka pada rata-rata “yang diterima”.
                Lambang-lambang moderen dari realis klasik telah menerangkan sebuah pendekatan yang disebut The Great Book of Mortimer Adler, pendekatan ini menkankan pemahaman kebenaran dan pengetahuan yang kekal yang tleah melalui setiap zaman. Dengan demikian, kutikulum seharunyan diataur meliputi karya besar tersebut yang meskipun beberapa diantaranya ada di zaman yang telah uzur, namun masih menghadirkan pengetahuan fundamental tentang keberadaan individu dan sosila, lembaga-lembaga kemanusiaan, usaha-usaha keras intelektual dan moral dan petunjuk-petunjuk alamiah, kampus St. John di Anapolis memiliki program semacam ini dalam pergerakan dan ini adalah sebuah contoh bagus dari jenis penyokong pendidikan ralisme klasik. Di St. John, murid-murid membaca hal yang klasik, menganalisa mereka, kemudian mempraktekan mereka dalam sebuah pemahaman masalah-masalah terkini, meskipun buku-bukunya berumur tua tdak kurang dari lima puluh tahunan yang ada dalam daftar pegawai buku besar, murid-murid diarahkan untuk membaca karya penulis-penulis terdahulu seperti Faulkner dan Hemingway sebagai bacaan tambahan/pelengkap. Penekanan ini pada tulisan tulisan modern dan klasik, bagaimanapun, diatas dari kebenaran-kebenaran umum yang berhubungan erat dengan orang-orang dalam setiap tahun dan waktu.
                Mengikuti pada garis sebab ini, sebuah tawaran untuk perubahan edukasional yang telah memperoleh kesepakatan besar yang menguntungkan sejak tahun 1982 yaitu The Paidia Proposal oleh Mortimer J. Adler yang merupakan bagian dari anggota kelompok Paidia. Dalam proposal ini tawaran-tawaran yang mendasar adalah;1) sekolah dijadikan dalam sebuah jalur system, 2) sekolah dijadikan terbiasa dengan alam, bukan keahian dan kejuruan. Itulah yang akrab dengan tulisan-tulisan Adler sebelumnya dan hubungannya yang panjang dengan pendekatan Buku Besar terhadap pendidikan yang akan meliha ini sebagai sebuah kelanjutan dari tujuan diatas. Selagi Adler memberikan pertimbangan terhadap keahlian seperti pemecahan masalah matematika, sejarah, geogarafi dan pelajaran social, terdapa sebuah tekanan kuat yang diletakkan dalam gagasan-gagasan yang terdapat dala buku-buku seni. Adler  merasa bahaw semua murid seharusnya mengalami gagasan-gagasan besaar ini dan bahwa jalan trbaik dari pengajaran mereka adalah melalui metode Sokratis atau “maieutis” dari pertanyaan dan jawaan-jawaban dalam sebuah latihan bahwa Adler telah digunakan dalam pertunjukan-pertunjukan seluruh Negara, murid menganalisa kata-kata dan pernyataan-pernyataan yang terkandung dalam penyataan kemerdekaan.
                Proposal Adler meskipun mendapatkan sejumlah perhatian yang besar dari perss, belum menarik para guru dan administrator ke dalam sejamlah tingkatan yang lbih besar. Banyak pendidik mengaggap bahwa sebuah jalur system harus lebih aktif, ketika ada beberapa murid dalam tingkatan berbeda pada kemampuan dan bahwa jenis pendidikan yang dianjurkan oleh Adler menawarkan sebuah konsepsi elit dari pendidikan dimana hanya murid yang “cerdas” saja yang mampu menguasai matri dengan pndalaman yang mendalam. Kritik lain yang sudah adala dalam bentuk lain adlah sebuah pergerakan “kembali ke asal” dalam buku “Paideia Problems and Possibilities, lanjutan dari proposal  paideia, Adler berpendapat bahwa ketika ada beberapa persamaan untuk bergerak “kembali ke asal”. Ada juga perbedaan dalam pendekatan “paideia” yang menekankan pendekatan diskusi untuk belajar yang umumnya tidak digunakan adalah dasar-dasar pengajaran. Dalam merespon angagapan adanya orange lit, Adler menjelaskan bahwa pendekatannya untuk menajar di rancang untuk semua murid, bukan saja bagi kalangan kampus yang terikat. Jika proposal Adler tidak berhasil dalam mengubah sekolah yang tersebar luas, mereka tetap menarik perhatian. Contohnya, program paideia yang diketuai oleh Adler, trus berjalan di Institut untuk riset filosofis di Universitas Chicago dan National Center untuk program paideia yang di buka di Universitas North California pada bulan September tahun 1988.
                Kritik advokasi dalam “pendidikan dasar” mendasari mereka seperti orang yang gelisah dan resah dan mengataan bahwa pendidikan mereka dalam pendidikan seperti kembali ke sekolah banga-bangsa Amerika pada zaman terdahulu. Mereka menganggap itu adlah pendekatan konservatif. Aliran realisme lebih banyak tertarik dengan bukti-bukti ketimbang persaudaraan, kreativitas, dan hubungan antar manusia. Banyak pendidik yang memperthankan bahwa buktu-bukti bisa diajarkan dengan sebuah suasana yang menyenangkan tanpa aturan gaya pendidikan yang berhubungan dengan realisme. Kalangan realis menanggapi dengan mengatakan bahwa pendapat ini sering mengabaikan latihan-latihan dasar dalam pendidikan yang disembunyikan oleh sekolah-sekolah tertentu.
                Antara tahun 1982 dan 1984, sejumlah laporan –laporan nasional tentang pendidikan muncul seperti pembuatan Tingkatan (ditemukan pada abad ke 20); tantangan yang kompetitif Amerika (forumn pendidikan- bisnis yang lebih tinggi); beraksi untuk tantangan (komisi pendidikan wilayah) perkembangan pendidikan dan ekonnomi; Menuju Sebuah Kebijakan Pendidikan (Corporasi Cornegie); dan sebuah sekolah yang dinamakan: Menuju Masa Depan oleh John Goodlad. Laporan-laporan ini menekankan keyakinan bahwa bangsa Amerika berada dalam masalah dan mungkin itu ada beberapa serangan radikal yang perlu membetulkan keadaan. Sebuah hasil diskusi yang paling luas, Negara Dalam Resiko (bahaya) di wacanakan oleh Terrel H. Bell, seorang pembentuk sekretaris pendidikan. Laporan-laporan ini menghasilkan rekomendasi berikutnya bagi seluruh murid sekolah menengah; empat tahun dalam bahasa inggris, tiga tahun Matematika, tiga tahun Sain, tiga tahun pelajaran Sosial, satu setengah tahun Ilmu Komputer. Bagi mereka yang melanjutkan ke Kampus, dua tahun bahasa Asing juga diberlakukan. Umumnya, laporan-laporan tersebut mendorong standar yang lebih tepat dan terukur di sekolah-sekolah, sejumlah hal yang efektif masih di pakai di sekolah-sekolah tertentu hingga saat ini. Dan masa yang lebih lama atau sekolah yang lebih panjang. Sebagai tambahan hal ini, laporan juga memberlakukan standar pengajaran yang lebih tinggi. Sebuah kecerdasan untuk mengejar komptensi mengajar yang sama baiknya dengan prakteknya, dan aturan kepemimpinan kepala sekolah dan pemimpin.
                Kritikus juga menegaskan bahwa tidak satu hal pun yang benar-benar baru dari proposal ini, dan bahwa mereka kelihatan menggali banyak perubhan yang diberlakukan oleh orang konservatif atau organisasi pendidikan yang paling benar. Dengan menghargai laporan tsb, mungkin yang paling penting ialah judul laporan itu sendiri, yaitu, bahwa Komisi Nasional yang ekselen merasa baha sayang sekali perubahan-perubahan semacam ini di implementasikan. Kita menghadapi sebuah resiko sebgai sebuah Negara. Banyak tafsiran resiko yang harus disatukan bukan pada pencocokan dengan Negara lain dalam bidang ekonomi dan militer yang superior.
                Ketika kita melihat kembali ke sepanjang sejarah pendidikan masa lalu, kita diingatkan dengan cerita tentang Arkeolog yang menemukan sebuah kapsul tablet yang bertuliskan “Mengapa mereka tidak lagi mempelajari mereka di sekolah apapun?” fungsi pendidikan sejak dahulu adalah mengajari mereka (murid) jenis benda/hal kemasyarakatan yang perlu diketahui supaya bertahan hidup. Di Mesir kuno, murid diahrapkan untuk mengetahui tuntutan politis dan keagamaan an bagaimana menyiapkan sebuah alternative. Di Yunani dan Roma, pemuda diajari orasi sebagai sebuah jalan peningkatan pos-pos kehidupan mereka. Di abad pertengahan,beberapa diantaranya di siapkan untuk menjadi pendeta sedang yang lain diajari kode-kode dlam kesatriaan. Di awal permulaan sejarah Negara kita, suku India Amerikan telah menggabungkan upacara-upacara yang di dalamnya mendidik pemuda menuju cara-cara kesukuan. Pendidikan selalu digunakan sebgai sebuah fungsi yang sangat berharga. Kebutuhan untuk mengetahui hal-hal yang penting tersebut tidak berkurang saat ini. Bertentangan dengan kalangan realis, dengan sebuah bukti yang mungkin lebih besar, karena terdapat hal yang lebih banyak untuk dipelajari sebelumnya sama sekali. Ketika kita gagal mengajar seorang anak bagaimana membaca, menulis kita menghukumi bahwa anak kesulitan mendapatkan pekerjaan, dalam batasan ini, anak akan menjadi sebuah tanggung jawab ketimbang asset bagi masyarakat. Dengan cara yang sama, kteika kita gagal mengajar anak jenis persiapan dan keahlian yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan pemeliharaan teknologi kita, kita tidak menggunakan sekolah untuk kapasitas mereka yang paling penuh. Ini bisa menghancurkan status kita sebagai sebuah Negara yang kuat dan berpengaruh di dunia.
                Meskiopun kalangan realis menentang bahwa pendidikan seharusnya memajukan keahlian teknis dan menjadi ahli dan ilmuan, mereka tidak menentang pendidikan dalam hal kemanusiaan. Bagaimanapun, mereka menemukan bahwa sekolah bukanlah mengajari humanity dalam cara-cara peningkatan pengetahuan yang kondusif, itu nampak bahwa guru lebih tertarik dalam menjadikan kritik pada literature ketimbang mengajarkan literatur itu sendiri.
                Pendidik seperti Harry Broudy menginginkan guru memperhatikan secara kritis pada apa yang merka lakukan. Ketika mereka melihat dampak negative gejala sesuatu yang diperoleh dalam pendidikan, hal itu diharapkan bahwa mereka akan membalikan gejala ini dengan membalik kepada materi subjek dasar. Kalangan realis menganggap bahwa mereka telah menyamakan dengan semacam karikatur seperti detektif Mr. Gradgind, dan Irving Ichabod Grane. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak lebih dari hafalan dan pengalaman yang menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran. Bagaimanapun, mereka benar merasakan, bahwa pengalaman seperti ini sharusnya menguntungkan dalam istilah menciptakan anak-anak dengan kebutuhan pengetahuan dan keahlian. Mereka akan sangat menyukai lembaga-lembaga pendidikan kita yang lebih tinggi(menjadi ahli dalam bidangnya, dan mampu menjalankan model-model untuk perkembangan murid-murid di masa depan). Di dunia saat ini, ketika kita memproduksi sebuah generasi dari anak pertama untuk meyakini terbangnya manusia ke bulan dan tentunya berikutnya ke planet yang lain, kita harus menlengkapi mereka denan informasi untuk memahami kejadian tersebut untuk membantu dalam kemajuan pengetahuan di masa depan. Realis berpendapat, kita dapat melakukan ini hanya dengan murid yang memiliki pengetahuan yang penting dan mendasar.
                Itu harus di jaga dalam pemikiran bahaw ketika orang-orang realis membagi banyak perhatian, mereka juga adalah bervariasi (berbeda). Jika mereka sepakat sekolah seharusnya mengajarkan hal yang mendasar, mereka mencapai pengertian dari  hal yang mendasar “dari pandangan masing-masing individu – Contoh, Whitehead yang hamper selalu idealistis dalam kebijakannya bahwa pendidikan harus memperhatikan hal yang utama dengan gagasan, tapi dia menyalahkan apa yang direferensikan sebgai “pengikisan informasi” dan “gagasan yang lamban”, karena gagasan seharusnya bisa di pelajari dalam sebguah bentuk yang praktis dan berguna. Apa yang membuat pemikirannya ralistis adalah pandanganya bahaw seseorang belajar paling bnar dari matri dunia yang di dalamnya seseorang sebenarnya hidup. Dia mempertahankan studi klasikal dan spesialisasi jika studi ini memiliki kepentingan yang sama, pandangan Whitehead tentang hal yang mendasar bisa dibedakan dari apa yang seseorang pandang sebagai kebutuhan karena dia memiliki sebuah dugaan yang berbeda tentang apa yang seharusnya terkandung dalam pendidikan.
                Realis meletakan penekanan yang besar dalam sisi “praktis” pendidikan, dan konsep mereka tentang praktis mencakup pendidikan untuk moral dan perkembangan sikap. John Locke, Johann F. Herbart Spencer semuanya berpedoman bahwa pangkal tujuan pendidikan seharusnya adalah pendidikan moral. Whitehead dekat dengan posisinya tatkala dia mengatakan “… esensi pendidikan ialah bahwa ia harus religius” Spencer dalam contoh lainnya “apa yang paling berharga dari pendidikan?”, berpegang bahwa ilmu menyediakan baik moral dan pendidikan intelektual karena pencarian ilmu menuntut integritas, pengorbanan diri dan keberanian. Bagi Locke, sikap yang baik lebih utama ketimbang pelatihan intelektual; bagaimanapun, pandangan Locke dalam pendidikan karaktr nampak diarahkan utamanya pada bangsa Inggris yang berkelakuan baik pada masanya yang dianggap membentuk contoh masyarakat yang terbiasa. Herbart berpikir bahwa pendidikan moral ditemakan dalam pengetahuan, dan Spencer sepakat dengan teori ini.
                Dengan demikian, kita bisa melihat perbedaan pendekatan yang menuju kebenaran yang umum. Tapi mereka sepakat baha pendidikan seharusnya di dasarkan pada esensialnya dan praktikalnya. Tapi mereka membedakan pendekatan masing-masing individu pada hal tersebut. Tanpa mengekesampingkan pendekatan individu ini, bagaiamnapun, ada sebuah untu biasa yang mendasari. Hal-hal praktis dan esensial di dalam pendidikan ini mengantarkan pada sesuatu yang diluar mereka sendiri, sebuah unsur yang berbeda dengan aliran Arisoteles; yaitu, itu berproses dari materi menuju bentuk, dari yang tidak sempurna menuju ke yang sempurna. Kalangan realis adalah sebgai pengikut Aristoteles dalam memandang pendidikan sebagai proses peningkatan kekuatan rasional kita menuju kesempurnaan dan kareananya kita bisa mencapai kehidupan yang baik.

METODE-METODE PENDIDIKAN
Realis sekuler mempertahankan bahwa pemahaman tentang dunia mengharuskan sebuah pemahaman bukti-bukti dan cara-cara pada petunjuk dan pengklasifikasian pengetahuan. Pendirian hukum ilmiah, sebgai contoh, bergantung pada verifikasi data actual yang terbaru. Sekolah seharunya mengajarkna bukti mendasar tentang alam semesta ini, dan program sekolah yang bagus akan menghadirkan materi dengan cara yang menarik dan menyenangkan. Tidak hanya bukti, tetapi juga metode pencapaian bukti harus juga di ajarkan. Realis menempatkan sejumlah tekanan atas alasan yang kritis yang juga dibantu dengan pengamatan dan percobaan.
                Realisme sekuler memiliki dampak yang besar dalam filosofi pendidikan ketimbang realisme religius. Ini bukanlah hal yang mengejutkan, contohnya, yang mengkritis sperti Hyman Rickover dan James Bryant Conan, adalah para ilmuan. Jenis pendidikan yang mereka tawarkan utamanya adalah teknis dan mengarahkan kepada keahlian. Ide keahlian, yang juga tidak sama dengan kalangan idealis, memunculkan usaha untuk membersihkan dan mendirikan pengetahuan ilmiah tertentu. Realis sekuler juga menganggap bahwa kalangan umum cenderung pada angan-angan yang luas pada fantasi, sangat sedikit yang mampu dibedakan. Adalah sangat penting untik menciptakan apa yang kita ketahui dan ini bisa diwujudkan dengan menggambarkan bersama usaha banyak orang. Setiap orang bekerja dalam sedikit komponen pengetahuan. Realis percaya bahwa kekurangan pada guru secara personalitas daripada keefektifan guru untuk membagi pengetahuan tentang dunia yang dapat digunakan oleh para murid.
                Realis mendukung metode perkuliahan dan cara pengajaran formal lainnya, karena sifat ini sama dengan kesadaran dan berharga. Realis mempertahankan bahwa kesadaran diri adalah kejadian terbaik karena murid mampu mengetahui tentang dunia luar; konsekuensinya, mereka harus dibeberkan dengan kenyataan dan metode mengajar tersebut bisa menjadi efisien, teratur dan tersusun rapi untuk mengerjakan objek ini. Metode kuliah bukanlah satu-satunya yang kaum ralis ajukan, karena bagi mereka berketetapan bahwa apapun metode yang digunakan, ia harus dicirikan dengan integritas yang berasal dari pengetahuan yang sistimatis, teratur dan dipercaya. Mewakili sejumlah momen dalam sjarah kita yang kacau balau dan bagaimana kia mengalami penyakit dan sebab-sebabnya karean ketidak pedulian pengetahuan yang penting yang kita ambil untuk jaminan hari ini. Raihan kita tentang pengetahuan dan kenikmatan hidup yang lebih baik tlah menjadi sebuah hasil dari sebuah keterlambatan tetapi memegang kumpulan bukti. Orang-orang tidak dapat bertahan lama tanpa pengetahuan tentang bukti dasar yang minim, realis berpikir bahwa pendidikan yang sesuai dengan sisi factual dalam pembelajaran perlu untuk tidak mengharuskan di wujudkan. Dalam cara-cara yang menyakitkan atau membosankan; padahal, mereka berpegang bahwa pembelajaran seharusnya menyenangkan serta berguana. John Locke berpendapat baha permainan adalah sebuah bantuan yang berbeda untuk pembelajaran. Dia nampaknya telah memiliki sebuah perasaan terhadap psikologi anak, dan dia membela metode-metode yang nampak sangat moderen dan kontemporer. Tambahan mengenain kegunaan permainan, dia mendesak bahwa anak-anakn tidak seharusnya di jengkelkan dengan pelajaran-pelajaran yang membosankan, bahwa mereka tidak seharusnya didorong keluar dari tingkat kesiapan mereka (meskipun ini berarti menunda setahun dalam belajar mereka), bahwa anak seharusnya di berikan penghargaan positif untuk menggali pembelajaran mereka lebih jauh, dan baha guru seharusnya tidak pernah mendorong anak keluar dari kecondongan natural mereka. Dalam banyak anggapan, Locke berdiri sebgai seorang pelopor besar dalam teori pendidikan modern. Pengakuannya bahwa anak seharusnya tidak didorong di luar kesiapan dan kemampuan mereka kedengaran sangat kontemporer, dan sensitifitasnya terhadap kecondongan alamiah anak memiliki tantangan yang kuat ke dalam prinsip pokok teori perkembangan dan pertumbuhan anak secara kontemporer.
                Sementara beberapa realis seperti Locke yang sistematis dan teratur dari sudut aspek khusus pada anak atau lingkungan, yang lainya seperti Whitehead memeriksa sejumlah bentuk general dalam kegiatan manusia. Whitehead berbicara tentan “alur/ritmik” yang mengalir pda pendidikan yang dapat di lihat dalam tiga tingkatan primer. Yang pertama; tingkat romantis, yaitu di atas empat belas tahun, yang mana di masa ini kegiatan edukasional anak-anak harus dicirikan utamanya dengan menemukan tema-tema luas, membentuk pertanyaan dan menemukan pengalaman-pengalaman baru. Yang kedua, dari masa umur 14-18 tahun, merupakan masa ketelitian karakteristik dengan disiplin ilmu yang khusus dan pengetahuan tertentu. Yang ketiga, adalah umum, dari umur 18-sampai sekitar 20 tahunan. Masa ini memfokuskan anak menjadi individu yang efektif dan mampu bersesuaian dengan pengalaman langsung dimana mereka menempatkan prinsip pengetahuan dalam kehidupan.
                Meskipun perhatian di berikan kepada alam anak dan pengalaman yang mengalir oleh para tokoh realis sperti Locke dan Whitehead, kritikan pada realisme di tujukan dalam prakteknya, realisme nampak kaku. Mreka menentang bahwa, dalam faktanya terori kalangan realis berhasil dalam prakteknya seperti “lima langkah formal dalam pembelajaran” Herbart, persiapan, penyajian, asosiasi, sistimatika generalisasi dan penerapan. Russell Hamm menganggap bahwa pendekatan ini mengarahkan kepada pengulangan pekerjaan rumah secara mekanis, menyajikan materi baru, memiliki waktu bertanya dan menjawab, mengerjakan tugas dan menerima latihan/tugas pekerjaan rumah baru. Herbart, contohnya, juga merekomendasikan bahwa anak di jaga kesadarannya sebanyak mungkin, dan bahaw hukuman badani di gunakan bilamana perlu. Rekomendasinya mungkin ditujukan bagi pengikat realis untuk ketelitian dan petunjuk. Keinginan untuk petunjuk dan ketelitian kesadaran di dapat dalam sekolah kontemporer yang mempraktekannya, seperti bunyi bel, alokasi waktu belajar, kantor bagian, rencana belajar harian, penjadwalan kelas, peningkatan spesialisasi dalam kurikulum, paket materi kurikulum, dan bentuk susunan staf pda pengaturan admistratif.
                Meskipun semua realis menawarkan kepentingan pengetahuan tentang alam semesta psikis, masih ada perbedaan di akhir dimana pengetahuan di tempatkan. Realis religius meyakini bahwa pengetahuan seharusnya secara mutlak mengantarkan hal di luar pikiran itu sendiri seperti Tuhan atau Kebenaran. Seluruh kewajiban fundamental dari seorang guru ialah membantu murid mengetahui tentang dunia dan melihat manfaat pengetahuan ini sebagai sebuah cara untuk mencapai hal yang mutlak. Dalam beberapa sekolah gereja/agama, sebagai contoh, murid belajar tentang pelajaran semacam Geogarafi, sejarah, dan Sain, tapi subjek ini dihadirkan dengan cara yang menempatkan penekanan dalam karakter religius atau moralitas yang mereka perlukan. Realis sekuler, bagaimanapun mendasarkan untuk melihat pengetahuan tentang dunia psikis utamanya dalam nilai kegunaanya dalam meningkatkan teknologi dan memajukan warga Negara. Meskipun realis boleh mempelajari hal yang sama, hal ini mungkin dipandang untuk kepentingan yang berbeda-beda.
                Banyak realis yang mendukung kompetensi, akuntabilitas dan penampilan yang berdasarkan pengajaran. Merka menduga baha pertumbuhan/perkembangan pendidikan dengan istilah kompetensi, penampilan dan pengetahuan fakta dapa di capai dan bisa mengukur sebuah tingkat yang di pertimbangkan lebih jauh lagi, karena itu mungkin menjadi sulit untuk mengukur pertumbuhan seorang murid dalam wilayah nilai, pertimbangan etis dan hubungan social, kalangan realis pada umumunya menganggap bahwa apapun yang ada, ada di dalam beberapa bentuk yang mampu di ukur. Jalan terbaik dalam mendekati dan menyesuaikan dengan permasalahan semacam ini seperti etika ialah melalui pengetahuan kita tentang bukti dan etika tersebut. Itu mungkin, contohnya, bahwa ketika etika yang terbaik ialah sesuatu yang menunjukan kita bagaiamana untuk menempatkan diri kita dalam hukum alam yang tidak cocok dengan alam semesta.
                Realis menempatkan kepentingan yang bisa dipertimbangkan dlam aturan guru pda proses pendidikan. Seorang guru seharusnya yang menghadirkan materi yang sistematis dan cara yang teratur dengan harus menawarkan gagasan yang jelas yang menentukan criteria seseorang yang dapat menggunakan pembuatan keputusan-keputusan tentang seni, ekonomi dan politik dan pendidikan. Contohnya, realis hendak menyaktakan baha jenis kuas yang digunakan, corak warna, keseimbangan dan kualitas pda materi subjeknya, dan pesan yang dilibatkan. Hal yang sama dalam mempraktekan kegiatan pada pendidikan. Ada beberapa objek tertentu yang seorang dapat gunakan untuk menilai bahwa apakahkegiatan tertentu bermanfaat – contohnya, tipe materi yang di sampaikan, bagaimana pengorganisirannya, apakah itu cocok dengan dandanan psikologis anak atau tidak, apakah system penyampainnya cocok, dan apakah ia mencapai hasil yang di inginkan.
                Realis kontemporer menekankan kepentingan riset ilimiah dan pengembangannya “pertumbuhan ilmiah dalam pendidikan” telah diwujudkan utamanya sejak tahun 1900an dan telah membawa kemajuan pengaetahuan dalam bidang psikologi dan fisiologi pendidikan, dan pendekatan yang maju dalam pendidikan. Kemajuan ini juga tlahmenjadi tanggung jawab secara luas bagai pengguanaan tes IQ secara luas, standarisasi pencapaian tes, pengelompokan yan gsejejnis dari murid-murid dengan dasa kecerdasanya dan menjadi ukuran dan buku bacaan yang berseri. Perkembangan tersebut juga menimbulkan aplikasi sejumlah teknik-teknik administrative yang tepat secara empiris. Mungkin sejumlah perkembangan terkini merupakan tingkat pertumbuhan pada teknologi computer yang digunakan di sekolah-sekolah. Ketika perkembangan tersebut sering menemui perlawanan dan serangan, itu menunjukan bahwa aspek realisme dalam pendidikan juga menemui peningkatan penerimaan dalam bagian pada banyak pendidik professional. Kritik kontemporer pd pendidikan bangsa Amerika sering memojokan pda perkembangan penggunaan teknologi ilmiah sebagai sebuah keburukan utama di sekolah-sekolah. Yang lain, meski sedikit tujuan dalam kritikan mereka tentang teknologi dan sain itu sendiri, berselisihan dengan terori pokok kalangan realis sebagai bentuk pelaku kejahatan di belakang penyalah gunaan teknologi dan lain-lain; secara luas menyebabkan mereka mengira kalangan realis juga menerima dan tidak mengkritik hal yang berlabel “ilmiah” apapun posisi seseorang berharap untuk mengambil permasalahan tersebut, keberadaan masalah ini merupakan keyakinan bagi vitalitas gagasan yang dimiliki oleh kalangan realis.

KURIKULUM
Meskipun orang-orang realis memiliki perbedaan tentang materi pelajaran apa yang seharusnya ditempatkan dalam kurikulum, mereka setuju bahwa pembelajaran harus bersifat praktis dan bermanfaat. Locke, dalam beberapa pandangannya mengenai pendiidkan, membuktikan hal belajar praktis seperti memaca, menulis, menggambar, geografi, astronomi, berhitung, sejarah, etika dan hukum. Denan pelajaran tambahan seperti, menari, anggar dan balap. Locke, seperti juga Froebel, menekankan nilai pengetahuan pada kegiatan permainan dan fisik. Locke percaya bahwa anak-anak seharusnya menghabiskan banyak waktunya di udara terbuka dan membiasakan diri mereka dengan “panas dan dingin”, sinar dan hujan. Dia memfokuskan perhatiannya terhadap orang yang sempurna dan meliputi tidak halnya mengenai kecerdasan tapi juga diet, latihan/olah raga, dan rekreasi. Dia mempercayai arahan dalam membaca seharusnya dimulai sebisa mungkin saat anak-anak bisa berbicara. Menulis seharusnya di mulai segera mungkin sesudahnya. Dia mempromosikan pelajaran-pelajaran sperti bahasa, terutama bahasa Prancis dan Latin. Dia menyukai berkebun dan pertukangan sebagi bentuk pengalaman yang edukatif dan berguna, sama baiknya dengan gagasan tentang “sebuah perjalanan yang menyenangkan” dengan seorang tutor. Bagaimanapun, ketika seseorang membaca tulisan Locke dengan teliti dan hati-hati, seseorang mendapatkan bahwa ada dua jenis kurikulum dalam tulisannya; Satu diperuntukan bagi mereka yang miskin dan Satu lagi bagi mereka yang kaya. Dia mengusulkan bahwa semua anak antara yang berumur tiga dan empat belas tahun, dan mereka memiliki orang tua dengan gambaran tersebut, seharusnya dikirim ke dalam sebuah sekolah kerja selama mereka tinggal dengan orang tua mereka. Mereka seharusnya mempelajari cara-cara yang ada di sekolah ini, jadi bukan untuk merusak financial pemerintah lokal. Selama disana, mereka seharusnya memiliki sebuah “perut yang penuh dengan roti” dan dalam cuaca yang dingin dengan “air hangat saat letih yang cukup”. Mereka harus di ajari keahlian manual sperti menjepit, merajut dan “beberapa bagian manifaktur wol” dan beberapa pandangan religi.
                Sebuah keistimewaan histories tentang kurikulum orang realis tlah menjadi perhatian ke guru yang menggunakan metode didaktik dalam penyampaian objek pelajaran dalam pendidikan. Contohnya, Comenius, seorang pendidik dan teolog di abad ke 16, adalah yang pertama kali memperkenalkan sebuah penggunaan gambar-gambar yang tepat dalam proses pendidikan. Dia yakin bahwa adlah mungkin untuk seorang individu mencapai pengetahuan jika disediakan dengan jenis pendidikan yang utama. Jenis pendidikan yang utama ini seharusnya menjadi dasar dalam sebuah kurikulum untuk menyempurnakan kekuatan-kekuatan natural seseorang dengan pelatihan-pelatihan indera. Dia menekankan pentingnya alam belajar dan kurikulumnya meliputi pelajaran sperti; fisika, optic, astronomi, geografi dan mekanik. Dalam menekankan tujuan “filosofis” dalam pencapaian semua pengetahuan, Comenius merasa bahwa sekolah-sekolah seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan dengan guru-guru yang sistimatik.
                Ide pengembangan panca indera dalam pendidikan ii juga telah di adopsi oleh John Jacques Rousseau, Johan Pestalozzi dan Friedrich Froebel dan lain-lain. Pestolozzi berpedoman bahwa “kesan panca indera tentang alam adalah merupakan fondasi kebenaran pada petunuk manusia karena, ia merupakan satu-satunya landasan yang benar pada pengetahuan manusia. Selanjutnya, dia meyakini sebgai sebuah hasil dari kesan panca indera ini. Pestalozzi menggunakan keahlian semacam menjepit dan berkebun, dengan materi pelajaran semacam aritmatika untuk dikorelasikan dengan alam dengan menyuruh anak menerpakan sejumlah mata pelajaran. Froebel, penemu Pendidikan Kanak-kanak (TK) , yang belajar pada Pestalozzi Institut di Frankfurt, jg mempercayai dalam “objek pelajaran” dan metode edukasional primernya memfokuskan dalam “hadiah”, lagu-lagu dan game. Meskipun teknik pendidikan Froebel memulai dengan dunia materi dengan objek materi, dia melihat semua hal disatukan dengan Tuhan, yang menampakkan Dirin-Nya baik dalam alam psikis dan dalam ruh manusia.
                Johan F. Herbart adalah pendidik realis lain yang berpengaruh kuat dengan Pestalozzi. Herbart mengkritik apa-apa yang dia karakteristikan sebagai Kurikulum Atomistik pda hari ini. Dia merasa bahwa seharusnya ada sebuah system jeda “hubungan dan Konsentrasi” dimana masing-masing subjek akan bertahan, dan bisa diintegrasikan dengan subjek lain yang berhubungan. Pengajaran, dia yakini seharunya menjadi multilateral. Geografi, ekonomi dan sejarah seharusnya dia ajarkan sehingga murid dapat melihat hubungan yang menyediakan dasar-dasar untuk pengetahuan yang baru. Herbart merasa bahwa gagasan terjga hidup melalui hal yang menguntungkan sebuah fungsi pengetahuan juga untuk melihat bahwa gagasan yang dipelihara dalam pikiran melalui buku-buku kuliah dan perangkat pengajaran lainnya.
                Sejumlah pendidik masa kini yang menawarkan baik keuntungan dan kegunaan objek-objek dalam proses pendidikan adalah Maria Montessori. Dalam metode Montessori, ada beberapa bentuk pengalaman dengan blok-blok, silindr dan permasalahan geometris. Objek ini membantu tidak hanya dalam pembangunan pengetahuan (kognitif) anak tapi juga dalam perkembangan psikis anak.
                Meskipun pendekatannya asli dirancang untuk mereka yang secara menal di sebut anak detektif, dia kemudian memperluas itu meliputi semua anak. Montessori percaya bahwa kita dapat mengetahui anak-anak dengan mengamati mereka. Dan dia merasa terlalu banyak pendidik turut campur dengan kegiatan spontan anak-anak dalam bukut “rahasia masa anak-anak” dia menegaskan bahwa anak-anak memiliki sebuah dunia rahasia milik mereka yang pendidik bisa pelajari jika dia membuat usaha. Pada dasarnya, pendidikan berarti memindahkan batas-batas dari jalan seorang anak yang berusaha menemukan dunia. Oleh karena itu pendidikan seharusnya terdiri dari sebuah “lingkungan yang siap” dengan materi yang dapat digunakan oleh anak dan mengajari mereka bagaimana cara belajar. Metode ini secara kuat menjaga serangan pendidikan kaum realis tentang persepsi panca indera dan objek pembelajaran.
                Ketika kita melihat pada sebuah pandangan luas tentang tujuan-tujuan pendidik kaum realis untuk sebuah kurikulum, kita melihat bahwa itu dimaksudkan untuk menyatukan baik mental dan fisikal.

               


.