Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan merupakan
sumber dari segala kemajuan yang dicapai oleh suatu bangsa. Pun demikian dengan
kemajuan politik dan perekonomian suatu bangsa amat tergantung pada suksesnya
penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Dalam wilayah politik pendidikan
mempunyai pengaruh yang sangat berarti, bilamana suatu kualitas pendidikan bisa
mencapai mutu (quality) tinggi, ini berpengaruh pada lajunya
perkembangan politik yang ada. Munculnya generasi yang berkualitas di beberapa
negara maju merupakan efek dari adanya pendidikan yang berkualitas, dan ini
tentunya memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan suatu
bangsa. Pada akhirnya, ketika semua itu tercipta maka perekonomian di bangsa
tersebut akan menjadi baik. Sebagai hubungan timbal baliknya, politik
menentukan kebijakan pemerintahan suatu negara yang memberikan perhatian serta
dukungan, baik moral maupun materiil, untuk terlaksanannya suatu sistem
pendidikan di mana keadaan ini juga akan berpengaruh pada keberhasilan
pendidikan itu sendiri. Pada saat politik tidak bisa berperan secara stabil
maka sangat diragukan untuk menjamin keberhasilan penyelenggaraan pendidikan
yang baik.[1]
Pendidikan dan ekonomi juga
merupakan sistem yang mempunyai pengaruh timbal balik, saling mengait dan
menunjang karena di satu segi institusi pendidikan mampu menghasilkan tenaga
kerja dan membentuk manusia-manusia yang sanggup membangun ekonoi masyarakat
dan negara. Sebaliknya ekonomi merupakan tulang punggung kehidupan bangasa yang
menentukan maju mundurnya, kuat-lemahnya, lambat-cepatnya suatu proses
pembudayaan bangsa yang merupakan salah satu pendidikan. Berdasarkan kajian
lapanganpun, semakin tersebar pendidikan di suatu negara semakin cepat
pertumbuhan ekonomi negara itu begitu juga semakin meningkatnya perekonomian
suatu negara, berkaitan dengan meningkatnya pembelanjaan pendidikan yang diberikan
kepada pendidikan. Hal ini terkait dengan kebijakan pemerintah sebagai
institusi yang bertanggung jawab terhadap tatanan kehidupan masyarakat termasuk
masalah pendidikan.[2]
Tilaar mengutip penelitian
Theodor Schultz yang melakukan pengukuran kontribusi pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan teknik rate of return. Ia
membandingkan tingkat balik terhadap investasi sumber daya (rate of return
to human capital) dengan tingkat balik terhadap modal fisik (rate of
return to physical capital). Dari perbandingannya tersebut, Schultz
menemukan proporsi yang cukup tinggi dari tingkat pertumbuhan output di
USA yang disebabkan oleh pendidikan sebagai salah satu bentuk investasi
pengembangan sumber daya manusia. Metode ini pun telah pula diterapkan dalam
rangka menghitung kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
negara-negara berkembanga lainnya.[3] Pada kesimpulannya dinyatakan bahwa:
1.
Besarnya dan variasi penghasilan kelompok-kelompok masyarakat yang
berbeda dijadikan ukuran tentang kontribusi pendidikan terhadap output.
2.
Lebih tingginya penghasilan tenaga kerja terdidik menunjukkan
produktivitas yang lebih tinggi tenaga-tenaga terdidik sehingga kelompok
berpendidikan lebih tinggi ini memberikan kontribusi lebih besar terhadap
pertumbuhan ekonomi.[4]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar