RENUNGAN
UNTUK DUNIA
“Kecelakaanlah
bagi Setiap pengumpat lagi pencela, Yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitung, Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,” (Q.S. Al-Humazah; 1-3)
Apa yang dapat kita pelajari
dari ayat diatas?
Manusia hidup di dunia
dituntut untuk beribadah dan menyembah Allah. Dalam usaha ini manusia,
senantiasa dihadapkan untuk berkativitas dan melakukan hubungan sosial
horizontal sesamanya. Hubungan ini terjalain dalam berbagai bentuk tatanan
kehidupan, baik sosial, ekonomi, politik dan budaya. Katakanlah keempat
hubungan tersebut merupakan hal yang paling sering kita jumpai dalam wilayah
empiris komunitas kita. Pada akibatnya, hubungan ini akan menimbulkan semangat
untuk semakin maju dalam kehidupan. Terutama untuk memajukan kehidupan pribadi
sendiri.
Tidak dipungkiri setiap
orang membuat karya ataupun bekerja tujuannya adalah untuk mendapatkan materi.
Materi duniawi yang berupa harta benda, perhiasan, bangunan dan sebagainya.
Pada gilirinya setiap individu bisa menjadi lebih unggul dari lainnya dalam
perolehan materi duniawi tersebut. Di
sisi lain, ada individu yang bekerja hanya untuk mencukupi kebutuhannya sendiri
atapun keluarganya tidak lebih dari satu hari. Setiap ada kelebihan mereka
senantiasa mendermakannya pada pihak individu yang membutuhkan.
Ayat-ayat al-Qur’an di atas
mengingatkan kita semuanya bahwa apa yang kita peroleh oleh kerja keras
keringat kita tidaklah sepenuhnya menjadi milik kita. Apalagi dengan menumpuk
bahkan menjadi susah untuk memberikan sedekah pada pihak yang layak menerima. Perlu
ditegasakan pula, apakah semua kekayaan duniawi hasil keringat yang diusahakan
itu akan mampu menjadi kekal (eternal)?; apakah hal itu juga akan mampu
membuat keberadaan individu-individu kekal di dunia?
Melihat fenomena yang ada di
sekitar, sangatlah mengherankan bila masih sering ada individu yang hidup
kelaparan, mengemis, memulung, bahkan bertahan dalam hutan belantara dengan
makan seadanya yang ada di hutan. Tidak hanya itu, golongan ini juga tertinggal
dalam setiap aspek kehidupan lainnya; pendidikan, kebudayaan, dan peradaban.
Seharusnya, ini merupakan
tanggung jawab komunitas individu yang sudah hidup dalam berlebihan, meskipun
hanya dengan memberikan bantuan materi berupa sumbangan, sedekah, ataupun
zakat. Tidak perlu terlalu mengikuti pada apa yang hendak dilakukan harus
berdasar pada sesuatu yang mendapatkan pahala karena hal itu sudah diterangkan
dalam Nash. Kesadaran untuk peduli antar sesame mutlak diperhatikan dan
dilakukan dengan tidak mengkonsiderasikan pada hal-hal yang berbau Syarat.
Dengan mengedepankan
kepulian sosial antar sesame berarti sudah dengan sendirinya implementasi nash
itu dilakukan pula. Semangat sosial yang telah dicontohkan oleh suri teladan
Nabi Muhammad SAW haruslah tetap kita pelihara. Bahwa, antar sesame umat kita
harus saling mampu merasakan apa yang orang lain rasakan pula.